Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Asia
Primary Menu
  • Beranda
  • Topik
  • Terbaru
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Figur
  • Opini
  • Komunitas
  • Muda
  • Dunia
  • SDGs
  • Event
  • Pelatihan
  • #LetterfromtheFounder
  • Opini
  • Unggulan

Berakhirnya Era Keemasan Beras Indonesia

Kita membutuhkan program dan kampanye nasional yang kokoh dan berkelanjutan untuk menghilangkan "cuci otak" sosial budaya mengenai beras yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Oleh I Dewa Made Agung Kertha Nugraha
15 Juli 2022
Proses pertumbuhan padi menjadi beras

Aspek Historis

Beras memiliki sejarah panjang di Indonesia. Pada masa kerajaan, beras adalah makanan kaum bangsawan yang disajikan untuk raja, brahmana, dan saudagar ternama. Pada masa penjajahan Belanda, beras dijadikan sebagai alat politik dan bisa dinikmati rakyat jelata.

Sekitar tahun 1861-1871, penjajah Belanda mencatat bahwa budidaya padi di Indonesia tidak menguntungkan. Hasil pengamatan tersebut dituangkan dalam buku “Budidaya Padi di Jawa” (1986) yang ditulis oleh Sajogyo & William L Collier. Disebutkan bahwa total kerugian atas beras yang ditanam di 21 kota mencapai 5.775 ton emas. Kerugian ini terjadi tidak hanya karena petani memamah lebih dari yang bisa mereka kunyah, tetapi juga karena rendahnya produktivitas.

Kini, beras telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sebagai makanan pokok, dan produksinya menjadi landasan upaya ambisius setiap rezim presiden dalam hal ketahanan pangan. Setiap tahun, pemerintah menganggarkan subsidi bernilai triliunan rupiah untuk pupuk, benih, dan infrastruktur pertanian seperti irigasi dan pengering.

Dampak negatif

Dari segi lingkungan, beras termasuk biji-bijian yang paling mencemari, mengeluarkan gas berbahaya dua kali lebih banyak dibanding gandum. Selama ribuan tahun, petani padi di Indonesia bergantung pada praktik membanjiri sawah untuk menghentikan pertumbuhan gulma. Faktanya, menanam padi dalam kondisi banjir menghasilkan hingga 12% emisi metana global, gas yang menyebabkan sekitar seperempat pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Analisis Environmental Defense Fund tahun 2018 mengungkapkan bahwa pertanian padi memiliki efek merusak jangka pendek yang sama terhadap pemanasan global layaknya 1.200 pembangkit listrik tenaga batu bara. Angka tersebut setara dengan emisi karbon tahunan jangka panjang dari bahan bakar fosil di Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris jika digabungkan.

Sementara itu, konsumen yang sadar kesehatan mulai meninggalkan nasi demi karbohidrat yang “lebih sehat” dengan indeks glikemik (IG) yang lebih rendah untuk mencegah diabetes.

Menurut LMC International, di Indonesia, porsi kalori karbohidrat dari nasi menurun hingga 10% setiap tahun seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita dari tahun 1961 hingga 2013. Bisa jadi, semakin kaya orang cenderung mengonsumsi lebih banyak karbohidrat alternatif selain nasi.

Saatnya beralih

Ada konsensus bahwa konsumsi beras per kapita akan turun dari waktu ke waktu pada tataran global. Kontribusi Asia terhadap permintaan beras dunia akan turun menjadi 13%, sedangkan Afrika akan berlipat ganda dari 6% menjadi 15%.

Saatnya telah tiba. Kita mestinya tidak lagi terobsesi dengan gagasan bahwa nasi adalah makanan pokok kita. Mengingat bahwa konsumsi beras secara umum menurun seiring dengan meningkatnya pendapatan dan produksi beras merusak lingkungan, memfokuskan kebijakan ketahanan pangan kita pada produksi beras tampaknya tidak lagi relevan.

Indonesia memiliki berbagai sumber pangan berbasis darat dan laut. Dalam hal ini, diversifikasi pangan sangat memungkinkan sekaligus diminati.

Apa yang mesti dilakukan

Pemerintah mesti memberikan lebih banyak perhatian dan sumber daya untuk memproduksi tanaman pangan dan hortikultura lainnya. Ada empat poin utama untuk mencapai kesuksesan ketahanan pangan: ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan keberlanjutan.

Dalam bidang diversifikasi pangan, Pemerintah Indonesia harus memulai dari tahap yang paling mendasar: kebijakan diversifikasi pemanfaatan lahan untuk mentransformasi petani atau agribisnis dari pendekatan monosektoral menjadi pertanian pangan yang beragam. Contohnya dapat dilihat dalam rencana Uzbekistan 2020 dalam mengurangi produksi gandum dan meningkatkan produksi pangan alternatif lainnya.

Tahap selanjutnya di tingkat petani. Kita masih kekurangan benih berkualitas tinggi untuk sumber pangan alternatif. Program litbang diversifikasi benih harus dilakukan secara masif.

Untuk mempercepat upaya ini, pemerintah dapat membuka Kemitraan Pemerintah-Swasta (Public-Private Partnership/PPP) untuk meningkatkan hasil dan program benih bersubsidi yang terjangkau. Program ini harus dipromosikan berdasarkan kearifan lokal, preferensi pangan, dan sumber daya pangan lokal yang ada di setiap daerah.

Hal penting lainnya adalah membuat produk panen terjangkau dan mudah diakses. Fungsi pendukung, utamanya logistik, harus menjadi perhatian serius. Data dari Laporan Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) tahun 2019 menunjukkan bahwa rantai pendingin Indonesia masih tertinggal. Sayuran dan buah-buahan adalah kunci utama food loss (hilangnya makanan karena kualitas jelek/menurun) maupun lonjakan harga di seluruh rantai pasokan.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dapat membuat proyek infrastruktur rantai pendingin dan logistik pertanian yang bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan di sepanjang rantai nilai. Salah satu proposalnya adalah menciptakan pasar grosir dan pusat logistik yang holistik untuk melayani kebutuhan lokal dan eksternal. Dengan berkurangnya kerugian pasca-panen, infrastruktur ini akan mendorong produksi tanaman hortikultura dan produk perikanan.

Terakhir, fokusnya harus ditujukan kepada masyarakat umum. Kita membutuhkan program dan kampanye nasional yang kokoh dan berkelanjutan untuk menghilangkan “cuci otak” sosial budaya mengenai beras yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.

Kita bisa memulainya dari tingkatan rumah tangga dengan mempromosikan lagi kampanye “revolusi meja makan” pada pedoman diet publik yang baru. Pedoman baru ini bisa ditempelkan di berbagai fasilitas kesehatan, tempat, bahkan kafetaria pabrik.

Ini sejatinya memang tugas Hercules. Karenanya, mari kita mulai dari yang kecil!

Penerjemah & Editor: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Daftar Sekarang

I Dewa Made Agung Kertha Nugraha
+ posts

Dewa adalah Pendiri Indonesia Food Security Review & Setara Agritech. Dia juga seorang analis Riset di Carbonesia.

    This author does not have any more posts.

Continue Reading

Sebelumnya: WE Day UGM 2022: Meningkatkan Kesadaran akan Perubahan Iklim dan Mendorong Pemberdayaan Masyarakat
Berikutnya: Potret Kemiskinan dan Kelaparan Global saat Ini

Artikel Terkait

Polusi udara tampak diproduksi dari aktivitas pabrik Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS

Oleh Maulina Ulfa
22 September 2023
ilustrasi sampul laporan pembangunan berkelanjutan global 2023 GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Nazalea Kusuma
22 September 2023
sebuah tangan memegang poster bertuliskan ‘stop war’. Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi

Oleh Abul Muamar
21 September 2023
tangkapan layar Zoom Meeting yang terdiri dari seorang perempuan dan tiga laki-laki Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia

Oleh Kresentia Madina
21 September 2023
dua pria di tengah sungai dengan perahu kayu. Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat
  • Kabar
  • Unggulan

Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat

Oleh Abul Muamar
20 September 2023
foto aerial sebuah hutan dengan ilustrasi berbentuk daun dengan tulisan CO2 di tengahnya Asia Carbon Institute Dorong Akselerasi Pasar Karbon Sukarela di Asia
  • Kabar
  • Unggulan

Asia Carbon Institute Dorong Akselerasi Pasar Karbon Sukarela di Asia

Oleh Kresentia Madina
19 September 2023
Sidebar Insan Figur
Sidebar Bespoke Event
  • Terbaru
  • Terpopuler
  • Partner
  • Polusi udara tampak diproduksi dari aktivitas pabrik Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS

  • ilustrasi sampul laporan pembangunan berkelanjutan global 2023 GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan

  • sebuah tangan memegang poster bertuliskan ‘stop war’. Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi

  • tangkapan layar Zoom Meeting yang terdiri dari seorang perempuan dan tiga laki-laki Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia

  • dua pria di tengah sungai dengan perahu kayu. Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat
    • Kabar
    • Unggulan

    Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat

  • Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura
    • Kabar

    Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura

  • Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia

  • UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker
    • Kabar

    UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker

  • Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh
    • Figur

    Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh

  • Ahmad Bahruddin bersama rekan-rekannya mendirikan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat
    • Wawancara

    Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat

  • seorang pria botak duduk di depan sebuah pohon besar di hutan. Dedikasi Alex Waisimon Menjaga Hutan Adat dan Satwa Endemik Papua
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Dedikasi Alex Waisimon Menjaga Hutan Adat dan Satwa Endemik Papua

  • seorang perempuan berpakaian merah rajutan berdiri di depan pintu dengan dedaunan di atasnya. Lian Gogali, Menghidupkan Kembali Harmoni di Poso Lewat Sekolah Perdamaian
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Lian Gogali, Menghidupkan Kembali Harmoni di Poso Lewat Sekolah Perdamaian

  • seorang perempuan berkaca mata sedang mengajar dengan memegang papan tulis dengan huruf-huruf alfabet. Butet Manurung, Memberikan Pendidikan yang Memerdekakan untuk Masyarakat Adat Orang Rimba
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Butet Manurung, Memberikan Pendidikan yang Memerdekakan untuk Masyarakat Adat Orang Rimba

  • seorang perempuan duduk di depan sebuah dinding dengan cermin di belakangnya. Indah Darmastuti, Mewujudkan Sastra yang Lebih Inklusif untuk Difabel Netra
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Indah Darmastuti, Mewujudkan Sastra yang Lebih Inklusif untuk Difabel Netra

  • seorang pria berkaus biru duduk di kursi roda dengan latar lukisan di dinding Agus Yusuf, Pelukis Difabel yang Bercita-cita Bangun Sekolah Seni Ramah Difabel
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Agus Yusuf, Pelukis Difabel yang Bercita-cita Bangun Sekolah Seni Ramah Difabel

Tentang Kami

  • Tentang
  • Tim
  • Jaringan Penasihat Senior
  • Jaringan Penasihat Muda
  • Jaringan Kontributor
  • Panduan Artikel Opini
  • Panduan Artikel Komunitas
  • Panduan Siaran Pers
  • Bekerja dengan Kami
  • FAQ
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
  • Telegram
  • Etsy
  • Tokopedia
  • Media Link 11
  • Media Link 12
  • Media Link 13
  • Media Link 14
  • Media Link 15
© 2023 Green Network Asia - Indonesia