Bagaimana Bank Makanan Bantu Atasi Kelaparan dan Limbah Pangan

Foto: Freepik
Dunia memproduksi lebih dari cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi setiap orang. Namun sayangnya, lebih dari 738 juta orang masih hidup dalam kelaparan. Pada saat yang sama, sekitar seperlima makanan yang diproduksi setiap tahunnya terbuang atau menyusut sebelum dikonsumsi. Kelaparan dan limbah pangan adalah masalah yang saling berkaitan, dan bank makanan dapat membantu menjembatani masalah tersebut.
Kelaparan dan Limbah Pangan
Berbagai faktor seperti cuaca ekstrem, konflik, krisis biaya hidup, dan krisis ekonomi terus memperburuk kondisi kelaparan, kerawanan pangan, dan kekurangan gizi di berbagai belahan dunia. Dampaknya paling dirasakan oleh perempuan serta kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Situasi ini mencerminkan masalah distribusi yang tidak merata dalam sistem pangan global.
Selain itu, susut dan sisa pangan telah menjadi masalah yang serius. Lebih dari satu miliar porsi makanan terbuang setiap harinya, mulai dari hasil panen yang menyusut selama masa pascapanen hingga bahan pangan yang tidak laku di pasar. Secara global, akumulasi susut dan sisa pangan ini menyebabkan kerugian ekonomi hingga $1 triliun/tahun (Rp 16 kuadriliun/tahun) dan menghasilkan 8–10% total emisi gas rumah kaca.
Bank Makanan
Kelaparan dan limbah pangan merupakan masalah yang sering terjadi dalam sistem pangan global. Secara teori, upaya mengakhiri kelaparan dan mengurangi limbah pangan harus saling terhubung–sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Salah satu cara yang dapat mengatasi masalah ini adalah bank makanan.
Selain menerima donasi, bank makanan pada umumnya juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan dan lembaga di seluruh rantai pasok untuk mengumpulkan makanan yang masih layak konsumsi dan bergizi, namun berisiko terbuang. Makanan tersebut akan disortir berdasarkan nilai gizi dan kebutuhan masyarakat lalu disalurkan ke berbagai lembaga mitra, dapur umum, dan organisasi.
Sebagai contoh, organisasi Feeding America telah mendistribusikan 723 juta makanan bergizi pada 2017. Selain itu, Sesc Mesa Brazil menjangkau sekitar 2,1 juta orang setiap bulannya, sekitar seperlima dari populasi yang mengalami kekurangan gizi. Sementara di Indonesia, ada Garda Pangan yang menyelamatkan dan mencegah makanan menjadi sampah, dan menyalurkannya ke masyarakat yang membutuhkan.
Menjembatani Kesenjangan
Meski bank makanan mampu mengurangi kelaparan dan limbah pangan secara signifikan, perannya masih bersifat sementara dan belum menyelesaikan akar permasalahan. Diperlukan solusi yang lebih komprehensif melalui intervensi terpadu dan kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi dua persoalan tersebutnya. Namun, bank makanan sebagai sistem yang telah berjalan tetap berperan penting dalam menjembatani kesenjangan distribusi pangan sehingga diperlukan peningkatan pendanaan, kebijakan yang mendukung, dan penguatan infrastruktur untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan efisiensi distribusi. Pada akhirnya, memastikan akses terhadap pangan yang aman, sehat, dan bergizi adalah tanggung jawab bersama.
Penerjemah: Kesya Arla
Editor: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan GNA Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, akselerasi dampak positif Anda untuk masyarakat (people) dan lingkungan (the planet).