Mempromosikan Penuaan Sehat dengan Kota Ramah Lansia

Foto: Li Lin di Unsplash.
Di tengah penuaan populasi global, kebutuhan untuk merancang kota yang mendukung lansia menjadi semakin mendesak. Dari keterbatasan mobilitas hingga isolasi sosial, banyak lansia yang menghadapi hambatan yang membuat mereka kesulitan dalam menjalani hidup secara utuh dan mandiri. Merespons hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengembangkan kerangka kerja Kota Ramah Lansia untuk membantu pemerintah di seluruh dunia dalam menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih inklusif, aman, dan suportif.
Penuaan Populasi Dunia
Populasi dunia menua dengan cepat. Penuaan populasi dulu mungkin hanya dianggap sebagai masalah yang hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Jepang, di mana 30% populasinya telah berusia di atas 60 tahun, Namun kini, penuaan populasi telah menjadi perhatian global. WHO mencatat bahwa pada tahun 2030, 1 dari 6 orang di seluruh dunia akan berusia 60 tahun atau lebih, meningkat dari 1 miliar pada tahun 2020 menjadi 1,4 miliar. Penuaan populasi ini terjadi paling cepat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana pada tahun 2050, akan ada dua pertiga populasi lansia.
Namun, banyak lingkungan perkotaan masih belum siap untuk mendukung penuaan yang sehat. Kesejahteraan fisik, sosial, dan mental lansia sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka tinggal, tetapi sebagian besar kota di seluruh dunia kekurangan infrastruktur yang ramah lansia, ruang publik yang aman, dan layanan yang mudah diakses. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa kondisi trotoar yang buruk, keterbatasan transportasi umum, dan fasilitas yang sulit diakses telah mengurangi mobilitas dan kemandirian lansia secara signifikan, terutama di kalangan lansia berpenghasilan rendah atau penyandang disabilitas.
Keterasingan sosial yang dialami lansia juga menjadi perhatian yang semakin meningkat. Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 27.000 perempuan berusia 71 hingga 104 tahun menemukan bahwa tingkat kesepian parah naik hampir dua kali lipat selama pandemi COVID-19, meningkat dari 10% sebelum pandemi menjadi 19% selama pandemi. Lebih lanjut, kesepian di kalangan lansia kini diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius, yang erat kaitannya dengan risiko depresi, kecemasan, penurunan kognitif, penyakit kronis, dan bahkan kematian dini yang lebih tinggi.
Kerangka Kerja Kota Ramah Lansia WHO
WHO meluncurkan Jaringan Global untuk Kota dan Komunitas Ramah Lansia (GNAFCC) pada tahun 2010 untuk mempromosikan lingkungan yang mendukung penuaan aktif dan sehat. Inisiatif ini mendorong kota-kota di seluruh dunia untuk mengadaptasi infrastruktur, layanan, dan kebijakan mereka agar lebih inklusif terhadap kebutuhan lansia.
Inisiatif ini mengidentifikasi delapan domain utama kota ramah lansia: transportasi, perumahan, partisipasi sosial, rasa hormat dan inklusi sosial, partisipasi sipil, komunikasi, dukungan komunitas, dan ruang terbuka. Domain-domain ini memandu kota dalam menciptakan lingkungan perkotaan yang mudah diakses, aman, dan suportif yang memungkinkan lansia untuk hidup mandiri dan berpartisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada tahun 2025, adaptasi GNAFCC telah menjangkau 1.705 kota dan komunitas di 60 negara, mewakili lebih dari 330 juta orang di seluruh dunia. Kanada, misalnya, telah menjadi pemimpin global dalam mengadopsi kerangka kerja Kota Ramah Lansia WHO, dengan lebih dari 560 komunitas berkomitmen untuk menjadi ramah lansia sejak tahun 2011. Kota-kota seperti Ottawa telah menerapkan Rencana Lanjut Usia komprehensif, yang dikembangkan melalui konsultasi ekstensif dengan para lansia, menghasilkan strategi yang dapat ditindaklanjuti di delapan domain utama tersebut. Inisiatif-inisiatif ini telah meningkatkan aksesibilitas, partisipasi sosial, dan kualitas hidup lansia di sana secara keseluruhan.
Membangun Kota yang Lebih Sehat dan Inklusif untuk Seluruh Kalangan Usia
Memahami dan meningkatkan kualitas hidup lansia telah menjadi aspek krusial dalam menegakkan hak-hak setiap warga negara, terutama dengan meningkatnya usia populasi global. Menaikkan usia pensiun merupakan salah satu respons terhadap pergeseran demografis ini, yang mengharuskan kota-kota untuk mendukung pekerja lansia melalui transportasi yang mudah diakses, layanan kesehatan universal, dan tempat kerja yang ramah lansia. Dengan demikian, kota ramah lansia memainkan peran penting tidak hanya dalam meningkatkan kualitas hidup pensiunan tetapi juga dalam memungkinkan perluasan partisipasi angkatan kerja. Dengan menciptakan jalur pejalan kaki yang lebih aman, transportasi umum yang lebih andal, dan ruang publik yang inklusif, kota tidak hanya harus mendukung lansia tetapi juga seluruh masyarakat untuk menjalani kehidupan yang bermakna seumur hidup.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.