Menengok Sekolah Terapung Bertenaga Surya di Bangladesh, Inisiatif Berbasis Komunitas di Tengah Krisis Iklim

Foto: Shidhulai Swanirvar Sangstha.
Banjir tahunan dan krisis iklim telah mengganggu akses pendidikan bagi jutaan anak di Bangladesh. Di tengah tantangan ini dan kurangnya intervensi sistemik, inisiatif akar rumput dan lokal bermunculan. Salah satunya adalah Sekolah Terapung bertenaga surya yang bertujuan untuk menjembatani akses pembelajaran bagi anak-anak ketika banjir melanda.
Dampak Krisis Iklim terhadap Pendidikan
Peristiwa cuaca ekstrem telah mengganggu kehidupan di seluruh dunia. Pendidikan, aspek mendasar yang memungkinkan kita menjalani kehidupan yang baik, tidak luput dari dampaknya. Pada tahun 2024 saja, guncangan yang berkaitan dengan iklim seperti banjir, gelombang panas, dan badai telah berdampak terhadap lebih dari 242 juta siswa di 85 negara, menurut laporan UNICEF.
Asia Selatan adalah salah satu wilayah yang paling terdampak. Di Bangladesh, sekitar 35 juta anak terdampak bencana, dengan lebih dari 600.000 di antaranya kehilangan akses ke sekolah setiap tahun akibat banjir. Infrastruktur yang rusak, lingkungan belajar yang tidak aman, dan jalan yang sulit diakses membuat sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar—bahkan seringkali selama berminggu-minggu. Penghentian kegiatan belajar ini meningkatkan risiko putus sekolah, terutama di kalangan kelompok rentan. Singkatnya, gangguan yang sering terjadi ini dapat mempengaruhi hasil pendidikan siswa serta pertumbuhan pribadi dan profesional, bahkan melanggengkan siklus kemiskinan jika tidak ditangani.
Inisiatif Sekolah Terapung Bertenaga Surya
Merespons keadaan ini, sebuah organisasi nirlaba lokal, Shidhulai Swanirvar Sangstha, memperkenalkan Sekolah Terapung. Sekolah Terapung adalah sebuah inisiatif yang menyediakan ruang kelas bertenaga surya di atas perahu. Diluncurkan pada tahun 2002, program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di daerah-daerah terpencil di Bangladesh yang sering terputus dari sekolah selama banjir musiman.
Setiap Sekolah Terapung dilengkapi dengan panel surya yang memberi daya pada operasional perahu. Sekolah ini memiliki ruang kelas lengkap dengan buku, papan tulis, komputer atau laptop yang terhubung dengan internet, dan perangkat pembelajaran digital lainnya. Perahu-perahu tersebut mengikuti rute harian, menjemput siswa dari halte di tepi sungai dan kemudian berlabuh untuk memulai pelajaran.
Selain pendidikan formal, siswa juga mempelajari keterampilan digital dan mengeksplorasi kreativitas mereka, misalnya melalui menggambar digital. Sekolah Terapung juga mengajarkan kurikulum berbasis lingkungan sungai. Selain itu, energi surya memungkinkan penyelenggaraan kelas malam, mendukung anak-anak yang bekerja di siang hari.
Program ini juga mencakup perpustakaan terapung, unit pelatihan keliling, taman bermain, dan klinik. Menurut perkiraan, inisiatif Sekolah Terapung dapat menjangkau sekitar 150.000 penduduk desa setiap tahun.
Intervensi Sistemik tetap Harus Diupayakan
Inisiatif Sekolah Terapung di Bangladesh tidak hanya memberikan manfaat lokal tetapi juga membuka peluang replikasi di negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa. Konsep ini telah diadaptasi di negara-negara seperti Vietnam, Nigeria, dan Zambia, dengan penyesuaian terhadap kebutuhan lokal, urgensi, dan sumber daya yang tersedia. Dengan memanfaatkan material lokal dan energi terbarukan, model ini relevan dan dapat diperluas di wilayah yang kekurangan infrastruktur pendidikan berketahanan iklim.
Namun pada akhirnya, meskipun inisiatif berbasis komunitas dan terlokalisasi seperti ini dapat memberikan dampak yang luas, intervensi sistemik harus terus diupayakan untuk mengatasi masalah yang saling terkait antara bencana dan pendidikan. Membangun gedung sekolah yang aman, berinvestasi dalam proses pembelajaran adaptif, memastikan kesejahteraan tenaga kependidikan, dan mengintegrasikan pembelajaran iklim dan bencana ke dalam sistem pendidikan, merupakan beberapa langkah penting untuk membangun sistem pendidikan yang tangguh di tengah krisis.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.