Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Project Liang: Langkah Awal Pemulihan Terumbu Karang di Negeri Liang

Project Liang merupakan upaya penyelamatan ekosistem terumbu karang yang rusak akibat penangkapan ikan destruktif dan gempa bumi tahun 2019 di pesisir Negeri Liang.
Oleh Maharani Rachmawati
11 Februari 2025
Terumbu karang di bawah laut

Foto Marek Okon di Unsplash.

Ekosistem terumbu karang menyimpan segudang manfaat yang vital bagi kehidupan masyarakat pesisir dan pulau kecil. Tak hanya menyajikan kemolekan bawah laut, terumbu karang berperan bagi ekologi, ekonomi, hingga ketahanan pangan. Sayangnya, terumbu karang di banyak tempat terus mengalami degradasi akibat perubahan iklim, aktivitas antropogenik yang merusak, dan bencana alam. Di Negeri Liang, Maluku Tengah, sebuah Project Liang diluncurkan sebagai langkah awal restorasi ekosistem terumbu karang yang rusak akibat penangkapan ikan destruktif dan gempa bumi tahun 2019.

Kerusakan Terumbu Karang

Menurut penelitian, terumbu karang menyediakan perlindungan substansial dari bencana alam dengan mengurangi energi gelombang rata-rata hingga 97%. Strukturnya yang kompleks mendukung peran terumbu karang sebagai pemecah ombak. Oleh karena itu, kerusakan terumbu karang akan melemahkan ketahanan pesisir yang akan memicu peningkatan laju abrasi pantai.

Kombinasi perubahan iklim dan berbagai ancaman lokal telah mengakibatkan penurunan 50% terumbu karang di dunia dalam 30 tahun terakhir. Kondisi tersebut memicu terjadinya pemutihan karang dan kematian. Terumbu karang tercatat sebagai spesies yang paling rentan punah oleh Konvensi Keanekaragaman Hayati dan diperkirakan dunia akan kehilangan lebih dari 90% terumbu karang pada tahun 2050. Di Indonesia, 31,18% terumbu karang dinyatakan dalam kondisi jelek dan terumbu karang yang berstatus baik hanya tersisa 29,52%.

Ekosistem terumbu karang mengalami tekanan serius akibat aktivitas manusia, termasuk penangkapan ikan yang merusak, polusi sampah laut, penambangan terumbu karang, sedimentasi, dan pembangunan pesisir yang tidak berkelanjutan.

Project Liang

Pada 2019, terjadi gempa bumi yang melanda Maluku. Akibat gempa berkekuatan 6,8 SR itu, terumbu karang di pesisir Negeri Liang hancur. Selain gempa bumi, kerusakan terumbu karang di wilayah ini juga diperparah dengan penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab, termasuk penggunaan bahan peledak.

Melihat kondisi tersebut, Jala Ina, sebuah organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada isu pesisir dan pulau-pulau kecil, menggagas Project Liang, berkolaborasi dengan Pemerintah Negeri Liang dan AMATI Indonesia untuk memulihkan ekosistem terumbu karang di Negeri Liang.

Upaya pemulihan tersebut dimulai sejak 23 November 2024 dengan pembuatan 20 unit bank karang, salah satu cara pembibitan dan pembesaran karang. Terdapat 30 bibit karang pada setiap unit bank karang yang dipasang di kedalaman 12 meter di bawah laut. Jenis karang yang digunakan adalah Acropora dengan laju pertumbuhan 5-10 cm per tahun. Proses pembibitan dan pembesaran karang ini memakan waktu dua tahun. Pemantauan kesehatannya dilakukan 2-3 bulan sekali untuk memastikan pertumbuhan, tingkat kepadatan, dan kondisi kesehatan terumbu karang.

Pendidikan Kebaharian

Selain menjalankan misi penyelamatan terumbu karang, Project Liang juga menyelenggarakan Sekolah Bahari sebagai pendidikan alternatif yang mengintegrasikan pendidikan kebaharian bagi anak-anak Negeri Liang. Sekolah Bahari diharapkan dapat mendekatkan kembali anak-anak yang lahir dan bear di pesisir dan pulau kecil dengan ruang hidup mereka.

Jala Ina juga berusaha menyentuh kelompok nelayan dan perempuan di Negeri Liang dengan kegiatan pemberdayaan dan pendampingan teknis untuk memastikan keterlibatan masyarakat. Sementara para pemuda setempat dibekali dengan kemampuan dasar menyelam karena mereka adalah ujung tombak program restorasi dan pemulihan ekosistem ini.

Perlu Kolaborasi Multipihak

“Project Liang menjadi momentum awal dalam mengupayakan masa depan ekosistem laut yang lebih sehat dan lestari. Terumbu karang bukan hanya objek atraksi bawah laut, tetapi juga tulang punggung bagi masyarakat pesisir. Dengan adanya kerja sama ini, kita harap manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi dari terumbu karang dapat terus dirasakan,” tutur Direktur Eksekutif Jala Ina, M. Yusuf Sangadji.

Pada akhirnya, menjaga keharmonisan lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil tidak akan berhasil tanpa upaya kolaboratif dari pemerintah, peneliti, dunia usaha, dan komunitas lokal, yang masing-masing memiliki potensi unik dan signifikan yang dapat saling menguatkan.

Editor: Abul Muamar

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Pusat Edukasi Hiu Paus di Teluk Saleh untuk Perkuat Upaya Konservasi
Berikutnya: WHO Luncurkan Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kanker di Asia Tenggara

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

foto udara KEK Mandalika; terdapat jalanan dan beberapa bangunan di wilayah yang terhubung pantai dan laut Sisi Kelam Pengembangan Pariwisata di Kawasan KEK Mandalika
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Sisi Kelam Pengembangan Pariwisata di Kawasan KEK Mandalika

Oleh Seftyana Khairunisa
26 Agustus 2025
pasangan lanjut usia menggunakkan masker Polusi Udara dan Risiko Demensia yang Lebih Tinggi
  • Kabar
  • Unggulan

Polusi Udara dan Risiko Demensia yang Lebih Tinggi

Oleh Dinda Rahmania
26 Agustus 2025
Sekelompok laki-laki muda berfoto bersama seorang ibu di depan sebuah rumah. Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh

Oleh Naufal Akram
25 Agustus 2025
buku terbuka Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan

Oleh Yanto Pratiknyo
25 Agustus 2025
kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia