Menengok Praktik Pengelolaan Ruang Laut Berkelanjutan di Desa Kadoda, Sulteng
Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki sumber daya laut yang begitu kaya. Kekayaan laut Indonesia telah menjadi sumber penghidupan bagi jutaan orang selama berabad-abad, terutama mereka yang tinggal di wilayah pesisir. Namun, pemanfaatan yang tidak berkelanjutan dan bahkan eksploitatif telah berdampak pada penurunan sumber daya laut yang signifikan. Di Desa Kadoda, Sulawesi Tengah, masyarakat setempat berupaya mengatasi permasalahan ini dengan menerapkan pengelolaan ruang laut yang berkelanjutan.
Eksploitasi Sumber Daya Laut
Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan sumber daya laut. Di Indonesia, beberapa faktor yang paling signifikan antara lain penangkapan ikan berlebihan (overfishing), pencemaran laut, dan kerusakan habitat. Penangkapan ikan yang berlebihan, sering kali menggunakan metode dan alat yang destruktif seperti pukat trawl dan bom, menyebabkan penurunan populasi ikan dan kerusakan pada ekosistem bawah laut. Pencemaran laut, baik dari limbah industri, sampah plastik, maupun pencemaran minyak, mengancam kesehatan ekosistem laut. Selain itu, kerusakan habitat, seperti penggundulan mangrove dan perusakan terumbu karang, mengurangi atau merusak habitat banyak spesies laut serta mengganggu keseimbangan ekosistem.
Situasi ini telah menciptakan krisis di banyak wilayah Indonesia, termasuk Sulawesi Tengah. Dengan empat wilayah pengelolaan ikan, Sulawesi Tengah masih menghadapi masalah perikanan ikan yang destruktif yang mendorong penurunan jumlah tangkapan ikan, yang pada gilirannya berdampak pada mata pencaharian masyarakat lokal dan berbagai masalah lainnya.
Upaya Pengelolaan Ruang Laut Berkelanjutan di Desa Kadoda
Secara administratif, Desa Kadoda masuk ke dalam wilayah Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah dan merupakan bagian dari Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT). Wilayah desa ini sendiri meliputi beberapa pulau, termasuk Pulau Papan yang terkenal dengan pariwisatanya dan Pulau Malenge. Wilayah Kepulauan Togean dikenal memiliki sumber daya laut yang melimpah, terutama terumbu karang, gurita, dan berbagai spesies ikan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi penurunan hasil tangkapan gurita di wilayah ini. Situasi tersebut kemudian mendorong masyarakat setempat untuk menerapkan pengelolaan ruang laut yang berkelanjutan. Dalam hal ini, mereka berupaya menyeimbangkan aktivitas penangkapan dan pelestarian. Didukung oleh organisasi Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (JAPESDA) dan pemerintahan setempat, masyarakat Desa Kadoda menerapkan sistem buka tutup wilayah tangkap gurita secara berkala dalam jangka waktu tertentu. Metode ini bertujuan untuk memberi jeda bagi gurita dan biota laut lainnya untuk berkembang dan memulihkan kondisi laut.
“Buka tutup sementara ini sama seperti menabung, memberi jeda dan memberi kesempatan kepada gurita untuk tumbuh dan berkembang, serta di saat bersamaan masyarakat dan nelayan sesungguhnya telah menerapkan prinsip konservasi. Keputusan ini telah melalui proses panjang bersama, mulai dari diskusi-diskusi kampung setiap bulan hingga musyawarah di tingkat desa,” kata Christopel Paino, Program Manager Japesda
Selain itu, masyarakat juga melakukan pengecekan dan pemulihan terumbu karang di wilayah tutupan tersebut secara berkala. Hal ini dilakukan untuk memastikan kesehatan terumbu karang yang berdampak pada peningkatan hasil tangkapan laut.
Sejak pertama kali diterapkan pada Oktober 2022, masyarakat setempat mengaku jumlah tangkapan mereka kembali meningkat dan praktik ini terus diterapkan hingga saat ini. “Hasil dari sistem buka tutup ini telah membuka mata semua masyarakat, mulai dari nelayan, pemerintah desa, desa tetangga, bahkan pemilik resort yang ada di sekitaran Desa Kadoda bahwa pengelolaan ini mampu meningkatkan hasil tangkapan, dan di saat bersamaan melakukan kegiatan konservasi menjaga laut dan terumbu karang yang ada di Togean,” kata Sardin Matorang, nelayan setempat yang aktif menyampaikan kondisi perikanan gurita di desanya.
Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Ruang Laut
Pengelolaan ruang laut yang berkelanjutan oleh komunitas akar rumput merupakan langkah penting dan berarti untuk mendukung upaya pelestarian ekosistem laut. Namun, hal ini perlu didukung dengan penyebaran informasi dan pemahaman yang lebih luas dan efektif mengenai krisis yang sedang terjadi saat ini. Pengetahuan dan pengalaman lokal perlu dipadukan dengan dukungan ilmiah dan teknis untuk memastikan pendekatan yang adaptif dan berbasis bukti. Langkah ini juga didukung oleh keterlibatan aktif dari seluruh pemangku kepentingan yang dapat menyediakan sumber daya, pelatihan, dan kebijakan yang mendukung.
Selain itu, partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pemantauan keberhasilan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas dari inisiatif semacam ini. Dengan pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak terkait, pengelolaan ruang laut berkelanjutan dapat mencapai dampak yang lebih besar dan memberikan manfaat jangka panjang bagi ekosistem dan komunitas pesisir.
Editor: Abul Muamar
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.