Gerakan Peduli Isoman Kota Tegal Dampingi Warga Positif COVID-19 Isolasi Mandiri Lahir Batin
Pandemi COVID-19 berdampak besar bagi kehidupan masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di kota Tegal. Sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat tentang PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat Jawa-Bali pada 3-20 Juli 2021, pemerintah kota Tegal menyekat ruas-ruas jalan dan melarang aktivitas malam hari. Kebijakan ini jelas mempengaruhi mobilitas warga, termasuk para pelaku usaha kecil.
Tidak sedikit dari para pelaku usaha kecil terpapar COVID-19, mengharuskan mereka isolasi mandiri. Mirisnya, pemasukan harian mereka jadi terhenti namun di saat yang sama mereka belum terjangkau bantuan pemerintah, sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Untuk itulah gerakan “Peduli Isoman” hadir sebagai upaya untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka.
Bagaimana gerakan Peduli Isoman membantu warga kota Tegal yang sedang isolasi mandiri? Berikut ini wawancara Hendri Lisdiant, inisiator gerakan Peduli Isoman Kota Tegal, dengan Zia Ul Haq dari Green Network melalui percakapan telepon pada Selasa, 27 Juli 2021.
Apa yang mendorong Anda membuat gerakan Peduli Isoman?
Awalnya karena ada teman pekerja transportasi daring yang harus isoman. Saya tahu dia hidup sendiri dan pasti kesusahan secara ekonomi. Maka saya dan teman-teman berinisiatif membantu kebutuhan logistiknya sampai dia sembuh.
Kemudian saya berpikir bahwa di luar sana tentu banyak orang seperti teman saya itu. Orang-orang yang harus isolasi mandiri, tidak berdaya secara ekonomi, dan belum terjangkau bantuan dari pemerintah kota. Apalagi setelah pemerintah menerapkan PPKM, pembatasan di mana-mana, pelaku usaha kecil yang biasa bekerja malam hari tidak bisa beroperasi. Saya kasihan! Maka saya mulai membuat gerakan Peduli Isoman ini.
Memangnya bagaimana penanganan warga yang bergejala COVID-19 di Kota Tegal?
Sebenarnya sudah ada bantuan logistik dari polres bagi warga isoman, namun agaknya perlu pembenahan dalam hal distribusi. Pernah ada satu keluarga yang isoman, tujuh orang, tapi bantuannya berupa makanan matang hanya dua kotak, itupun seminggu hanya dua kali. Pernah juga ada teman saya yang sehat malah dapat makanan (kotak) bantuan COVID-19. Saya kira hal-hal semacam itu perlu dibenahi lagi agar bantuan bisa optimal dan tepat sasaran.
Warga yang bergejala serius dipindah dan dirawat di rusunawa. Meski demikian ternyata masih banyak warga isoman yang belum terjangkau bantuan. Itulah yang jadi sasaran pelayanan kami. Gerakan Peduli Isoman yang kami lakukan belum seberapa dibanding apa yang sudah dilakukan pemkot dan polres. Kami hanya melengkapi saja.
Bagaimana teknis pelayanan gerakan ini?
Pertama, kami melakukan pendataan. Kami minta data dari ketua RT tentang warga yang sedang isoman. Kami juga menyebar pamflet di jejaring media sosial dan menerima permintaan bantuan melalui WhatsApp, tentu akan kami mintai surat hasil tes COVID-19. Lalu kami kunjungi mereka untuk memeriksa kondisi sebenarnya. Bagaimana gejalanya dan apa yang dibutuhkan. Setelah memastikan, kami akan mulai mengirimkan kebutuhan pangan sehari-hari mereka. Berupa makanan matang atau bahan pangan, sesuai kondisi. Selain makanan, ada pula vitamin dan prebiotik. Kami juga kerap memberikan motivasi agar mereka bersemangat untuk sembuh.
Berapa lama masa pelayanan Peduli Isoman?
Kami suplai kebutuhan pangan mereka sampai 14 hari atau lebih, sesuai perkembangan kesehatan. Ada juga yang mendapat rekomendasi dari puskesmas untuk isoman selama 20 hari, ya kami layani selama 20 hari. Menunya pun kami upayakan makanan bergizi.
Sumber daya tenaga dan dananya dari mana?
Relawan. Terutama dari teman-teman yang sering tongkrongan bareng. Ada teman-teman dari Lingkar Aksara dan Artkustik. Para relawan ini membantu masak di dapur dan mendistribusikan ke warga isoman. Sedangkan dananya dari dana pribadi dan patungan teman-teman. Kemudian setelah kami sebar pamflet di medsos mulai ada yang hubungi dan minta rekening untuk donasi.
Oiya, beberapa di antara warga isoman yang sudah sembuh juga kemudian ikut gabung di Peduli Isoman. Ada yang berdonasi, ada yang jadi relawan lapangan.
Berapa orang yang dilayani dan berapa beban biayanya?
Ada 90 orang dengan usia rata-rata di atas 45 tahun, meskipun ada juga yang anak-anak. Untuk biayanya fluktuatif ya. Kami bisa habis sekitar 700 ribu rupiah untuk satu hari. Jumlah ini terus berubah sesuai dengan perubahan jumlah warga isoman. Itu pun kami masak sendiri untuk minimalisasi pengeluaran.
Bagaimana kondisi kesehatan fisik dan mental mereka?
Bervariasi ya. Ada yang bergejala ringan, ada yang cukup berat sehingga tidak bisa beraktivitas. Ketika kami datang, mereka merasa terbantu dan lega. Saya kira itu penting ya, adanya perasaan terbantu dan dipedulikan. Ada semangat hidup yang tumbuh. Kami juga ajak mereka ngobrol, entah via telepon atau chat, untuk memantau perkembangan mereka.
Pernah ada satu keluarga isoman dampingan kami yang stress karena ada dua anggota keluarganya dipindah ke rusunawa. Dalam kondisi semacam itu kami mencoba berkomunikasi dengan mereka, menyemangati mereka, terutama agar mereka mau makan. Saya juga cerita pengalaman saat harus isoman dan akhirnya sembuh. Cerita-cerita pengalaman semacam ini cukup efektif menguatkan mereka.
Adakah bantuan atau kerjasama dengan pemerintah dan swasta?
Untuk saat ini belum ada. Tapi kedepannya saya ingin kerjasama, entah dengan pemkot, polres, atau teman-teman komunitas untuk memenuhi kebutuhan mental warga isoman. Mendampingi mereka secara kejiwaan agar terus semangat, tidak ketakutan, dan mau berusaha sembuh. Terutama para pasien yang dirawat di rusunawa dan jauh dari keluarga. Saya kira bantuan mental semacam itu tidak kalah penting dari bantuan makanan.
Apakah Peduli Isoman hanya melayani warga Kota Tegal?
Untuk saat ini kami hanya sanggup melayani di area Kota Tegal. Sebenarnya banyak juga permintaan dari luar wilayah kabupaten (Tegal) tapi kami tidak punya cukup energi. Terutama personil dan anggaran. Karena semakin luas jangkauannya tentu butuh dana lebih besar dan tenaga lebih banyak. Ada baiknya daerah-daerah lain juga membuat gerakan semacam ini secara mandiri.
Jadi sangat mungkin gerakan Peduli Isoman dipraktikkan di wilayah lain?
Sangat bisa! Apalagi untuk desa-desa di wilayah kabupaten, yang mana setiap desa punya dana desa. Itu bisa dimanfaatkan untuk membuat gerakan Peduli Isoman semacam ini, dengan mengoptimalkan Satgas Jogo Tonggo yang dicanangkan gubernur itu.
Apa tips bagi komunitas di daerah lain yang ingin membuat gerakan semacam ini?
Intinya adalah semangat menolong. Saat kita kesusahan, pasti sangat mengharap pertolongan. Begitu juga saat melihat orang lain kesusahan, sudah sepatutnya kita menolongnya. Sederhana saja.
Tips dari saya, pertama harus punya personil yang solid, tidak harus banyak. Ini mutlak dibutuhkan. Kedua, lakukan pendataan ke RT atau puskesmas setempat. Ketiga, pastikan data yang didapatkan dengan kunjungan langsung. Keempat, salurkan bantuan sambil intensif berkomunikasi dan memotivasi dengan warga isoman.
Bagaimana cara Anda memotivasi warga yang sedang isolasi mandiri?
Saya tanyakan apa yang mereka rasakan pada saat itu. Apakah pusing, sesak, pegal, tak bisa mencium bau, intinya saya biarkan mereka bercerita tentang keadaanya terlebih dahulu.
Saya juga menceritakan keadaan saya ketika positif COVID. Saya coba ciptakan satu frekuensi antara saya dan dia, atau dalam pengetahuan saya, ini disebut dengan mirroring. Maka dia pastinya sedikit banyak yakin bahwa dia sedang berbicara dengan orang yang pernah seperti dirinya.
Baru kemudian saya berikan masukan, mulai dari selalu berprasangka baik pada keadaan yang dijalani, jangan takut, hindari pikiran buruk sebab pikiran itu magnet, juga menghindari mengakses internet kecuali hanya untuk berkomunikasi. Hal ini sebagai upaya kita agar mereka tidak terlalu terjebak pada berita-berita menakutkan atau buruk.
Lalu motivasi supaya mereka tetap makan meski rasanya sedang tidak enak. Saya jelaskan kenapa mereka harus makan, berjemur, minum vitamin, atau ikuti anjuran dokter kalau memang mereka dapat pendampingan.
Semua komunikasi itu saya lakukan secara santai saja, tidak formal. Hanya berupa obrolan ringan dengan mereka sebagaimana obrolan biasa sehari-hari. Saya mencoba untuk tidak menggurui. Tapi mulai pekan ini kami juga membuat program pendampingan mental ini agak lebih formal sebagai salah satu layanan Peduli Isoman.
Bagaimana bentuk layanan pendampingan kesehatan mental dari Peduli Isoman ini?
Namanya “I’m Care Up – Berbagi Sehat” semacam gerakan Peduli Isoman secara daring. Ada beberapa relawan yang bergabung dengan kami yang berlatar belakang motivator, hipnoterapis, pemerhati anak, penyintas COVID-19, dan harapan kami bisa merangkul psikolog dan psikiater. Layanan ini untuk memberikan dukungan dan motivasi agar warga yang sedang isolasi mandiri bersemangat sembuh.
Teknisnya, warga yang membutuhkan pendampingan bisa menghubungi admin. Kemudian dihubungkan ke relawan melalui WhatsApp, entah chat, telepon, atau panggilan video. Kalau warga dampingannya dalam jumlah banyak, bisa juga kami layani melalui fasilitas komunikasi massal seperti Zoom atau Google Meet.
-Selesai-
Gerakan Peduli Isoman Kota Tegal membutuhkan relawan, khususnya psikolog untuk membantu membina proses pendampingan kesehatan mental warga isoman. Untuk terlibat dengan gerakan ini, hubungi kontak di pamflet.
Editor: Inez Kriya
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Zia adalah penulis kontributor untuk Green Network ID. Saat ini aktif menjadi Pendamping Belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).