Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Asia
Primary Menu
  • Beranda
  • Topik
  • Terbaru
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Figur
  • Opini
  • Komunitas
  • Muda
  • Dunia
  • SDGs
  • Event
  • Pelatihan
  • #LetterfromtheFounder
  • Unggulan
  • Wawancara

Siklus Hidup Produk dan Praktik Baik untuk Keberlanjutan: Wawancara dengan David Croft dari Reckitt

Penghitungan emisi karbon sebuah produk tidak berhenti saat produk tersebut tiba rumah konsumen, tetapi berlanjut hingga produk tersebut habis dipakai.
Oleh Lalita Fitrianti
1 Februari 2023
David Croft, Global Head of Sustainability di Reckitt.

David Croft, Global Head of Sustainability di Reckitt. | Foto oleh Reckitt.

Umumnya, kita tidak terlalu memikirkan barang-barang rumah tangga dan sekadar membeli barang yang paling baik di supermarket terdekat. Kita tidak memperhitungkan bagaimana sebuah produk dapat berkontribusi terhadap emisi karbon, terutama ketika produk yang sama digunakan oleh 20 juta rumah tangga.

Pada 9 Desember 2022, kami mewawancarai David Croft, Global Head of Sustainability di Reckitt. Reckitt adalah perusahaan kesehatan dan nutrisi global yang beroperasi di 180 negara. Beberapa produk terkenal mereka meliputi Dettol, Vanish, Air Wick, Finish dan Clearasil. Croft mengajak kami melihat perjalanan tentang bagaimana produk Reckitt menjangkau rumah 20 juta konsumen dan bagaimana perjalanan tersebut dapat mengubah cara pandang kita tentang produk rumah tangga.

Dari Pemasok ke Manufaktur

Ketika kita berbicara tentang siklus sebuah produk, kita melihat dari hulu ke hilir: dari mana dan bagaimana bahan-bahan itu berasal, di mana diproduksi, bagaimana didistribusikan, dan penggunaannya di rumah tangga konsumen. Tantangan dalam mengelola siklus hidup produk, terutama di perusahaan global seperti Reckitt, adalah bagaimana memastikan semua pemangku kepentingan yang relevan dalam rantai pasoknya mematuhi standar yang sama.

Reckitt bekerja sama dengan pemasok untuk tidak hanya memastikan mereka terus memasok bahan dengan aman untuk perusahaan, tetapi juga membantu mereka memasok secara berkelanjutan. Reckitt, bersama perusahaan FMCG (Fast-Moving Consumer Goods) besar lainnya, bekerja sama dengan Manufacture 2030 dalam program global untuk mendukung pemasok dalam mengukur dan mengurangi jejak karbon mereka. Program ini melihat praktik pertanian serta pembuatan bahan-bahan tersebut. “Itu mungkin sekitar tiga perempat dari total jejak kami jika Anda memasukkan semua listrik atau gas yang digunakan di rumah orang,” kata Croft.

Dia melanjutkan, “Sangat penting bagi kami untuk bekerja dengan pemasok kami; tidak hanya di pabrik kami sendiri, tetapi juga di pabrik mereka untuk membantu mereka mengurangi jejak karbon.”

Pekerjaan berlanjut saat bahan-bahan ini sampai di pabrik Reckitt. Dalam upaya meminimalkan jejak karbon manufakturnya, Reckitt belajar menjadi lebih hemat energi. Bagaimana? Dengan menggunakan panel surya di pabrik-pabrik di Bangkok, Singapura, dan China; diversifikasi sumber gas di pabrik-pabrik bertenaga gas dengan TPA untuk mengurangi 30% penggunaan gas bumi; dan menggunakan alat-alat yang lebih hemat energi seperti bola lampu LED.

“Kami berencana untuk mengurangi emisi karbon hingga 65% pada tahun 2030. Pada akhir tahun 2021, kami telah mencapainya. Kami mendapat pengurangan karbon 66% di pabrik kami,” kata Croft.

Peta jalan Reckitt untuk mencapai nol bersih pada tahun 2040
Foto oleh Reckitt.

Di Rumah Konsumen

Lalu, bagaimana ketika produk tersebut sampai ke rumah konsumen? Di sinilah Kalkulator Inovasi Berkelanjutan Reckitt bekerja.

Fungsi utama Kalkulator Inovasi Berkelanjutan adalah untuk mengukur jejak suatu produk, yang meliputi jejak karbon, air, kemasan, serta jejak kimia. Pada dasarnya, semua produk melalui alat ini untuk mengidentifikasi aspek mana yang harus diperbaiki. Tidak hanya berlaku untuk rantai nilai dari produsen ke konsumen, tetapi juga saat produk tersebut berada di rak penggunanya.

Melalui Kalkulator Inovasi Berkelanjutan, Reckitt menemukan bahwa sebagian besar emisi karbon mereka berasal dari saat produk mereka mencapai rumah tangga masyarakat. “Itu mungkin sekitar seperempat dari total jejak (karbon) kami,” kata Croft.

Dengan pemikiran tersebut, Reckitt terinspirasi untuk mendesain produk tertentu agar lebih hemat energi. Misalnya, merek Reckitt, Vanish, menghilangkan noda dari pakaian, sehingga membantu memperpanjang umurnya. Selain menjauhkan pakaian dari tempat pembuangan sampah, Vanish juga memungkinkan konsumen untuk mencuci pakaian mereka dalam suhu yang lebih rendah menggunakan lebih sedikit energi dan lebih sedikit air. Contoh lain adalah meningkatkan desain pengharum ruangan Air Wick agar lebih hemat energi saat dicolokkan atau, dalam kasus lain, hanya menggunakan satu baterai, bukan dua.

Yang terakhir namun tetap penting, bagaimana dengan limbahnya? Bukan rahasia lagi bahwa FMCG merupakan penyumbang sampah plastik terbesar. Di Reckitt saja, 20% jejak karbon mereka berasal dari kemasan. Untuk mengatasi masalah yang mereka buat, Reckitt telah membuat produk mereka lebih kecil dan dengan lebih dari 70% kemasan yang dapat didaur ulang.

Namun, Croft bersikukuh bahwa diperlukan lebih banyak keterlibatan untuk mengurangi dampak sampah plastik. Dia meyakini bahwa bisnis hanya dapat melakukan banyak hal dengan meminimalkan jejak kemasan mereka, sehingga jaringan daur ulang yang dapat diakses juga merupakan hal yang penting.

“Tidak ada gunanya kami membuat sesuatu yang sepenuhnya dapat didaur ulang jika orang kemudian tidak mendaur ulang atau jaringan daur ulang itu tidak ada,” kata Croft. “Kami juga mendorong orang-orang yang bekerja dengan kemasan plastik di berbagai negara untuk memperkuat jaringan daur ulang karena itu juga merupakan bagian penting untuk menutup lingkaran tersebut.”

Dampak terhadap Masyarakat

Dampak perusahaan besar terhadap masyarakat lokal dan mata pencaharian sangat signifikan. Praktik yang sehat, berkelanjutan, dan baik dapat menciptakan dampak positif. Ini berlaku tidak hanya untuk bisnis inti Reckitt tetapi juga pemasoknya.

Misalnya, Reckitt bekerja keras untuk memastikan sumber lateksnya, yang berasal dari Thailand, dipanen secara berkelanjutan. Bersama dengan Fair Rubber Association, Reckitt telah membantu sekitar seribu petani karet untuk mendapatkan sertifikasi sebagai pemasok karet perdagangan yang adil. Dengan cara ini, mereka dapat memperoleh penghasilan lebih tinggi, berinvestasi lebih banyak dalam pertanian mereka, dan memiliki mata pencaharian jangka panjang.

Kata Croft, “Kami menyadari bahwa petani membutuhkan mata pencaharian yang berkelanjutan. Tidak hanya untuk mereka secara pribadi, tetapi juga untuk jaringan pasokan berkelanjutan kami. Jadi, ini bekerja dua arah. Membantu mereka sekaligus memberi mereka ketahanan yang lebih banyak.”

Seorang pria India mendayung perahu di cekungan Gangga, India, dengan latar belakang rumah-rumah dan orang-orang di tepi sungai.
Cekungan Gangga, India. | Foto oleh Laporan Dampak Investasi Sosial Reckitt 2021.

Program penting lainnya adalah bagaimana pabrik Reckitt di Hosur, India, mendapat sertifikat netral air. Namun, kontribusi mereka yang paling menonjol adalah apa yang mereka lakukan di daerah tangkapan air di Cekungan Gangga. Reckitt telah membantu pengisian air di daerah tangkapan air, yang memungkinkan akses dan pasokan air yang lebih baik bagi masyarakat setempat.

“Bukan hanya pabrik kami, tapi semua orang yang menimba air untuk masyarakat di sana. Kami telah membantu memperkenalkan pemanenan air yang lebih baik, mengembalikan aliran air, dan itu membantu masyarakat di sana.”

Transparansi adalah Kunci

Merek besar dengan jutaan konsumen mudah jatuh ke jurang greenwashing. Dalam lima tahun terakhir, Reckitt bekerja keras untuk menjaga transparansi melalui berbagi pembelajaran dan pelaporan dengan semua pemangku kepentingan, seperti pemerintah, LSM, pemasok, bahkan konsumen.

“Kami tahu bahwa berbagi tentang bagaimana sesuatu tidak bekerja, sama pentingnya dengan berbagi bagaimana sesuatu bekerja,” kata Croft. “Itu adalah transparansi dan pengungkapan.”

Dalam COP27 yang dihadiri Croft, Reckitt terbuka untuk membahas tidak hanya praktik baik mereka, tetapi juga pembelajaran yang mereka peroleh. Berkaca dari produk masa lalu, serta temuannya di Kalkulator Inovasi Berkelanjutan, Reckitt mampu mengidentifikasi bagian mana dari rantai nilai mereka yang harus dipertahankan dan bagian mana yang harus ditingkatkan.

Sebagai catatan untuk perusahaan FMCG lainnya di seluruh dunia, Croft menekankan pentingnya transparansi dan kolaborasi. “Saya pikir yang penting di sini adalah transparansi,” kata Croft. “Transparansi membantu menciptakan peluang, solusi, dan juga menciptakan kolaborasi yang membangun kepercayaan dan itu sangat penting saat kita melangkah maju.”

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Daftar Sekarang

Lalita Fitrianti
Website | + posts

Ata adalah Manajer Kemitraan Bisnis di Green Network. Dia adalah alumnus Magister Ilmu Manajemen Lingkungan dari University of Queensland, Australia.

  • Lalita Fitrianti
    https://greennetwork.id/author/lalitafitrianti/
    Dampak Buruk Produksi Kendaraan Listrik terhadap Keanekaragaman Hayati
  • Lalita Fitrianti
    https://greennetwork.id/author/lalitafitrianti/
    Mengulik Manfaat dan Peluang Carbon Offset di Asia Tenggara
  • Lalita Fitrianti
    https://greennetwork.id/author/lalitafitrianti/
    Mekanisme Transisi Energi dan Senja Kala Batu Bara
  • Lalita Fitrianti
    https://greennetwork.id/author/lalitafitrianti/
    Potensi Hidrogen sebagai Sumber Energi Bersih di Asia

Continue Reading

Sebelumnya: Langkah Keberlanjutan IKEA dan Pentingnya Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan Global
Berikutnya: Upaya ASDP Turunkan Pencemaran Laut dengan Green Shipping

Artikel Terkait

Polusi udara tampak diproduksi dari aktivitas pabrik Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS

Oleh Maulina Ulfa
22 September 2023
ilustrasi sampul laporan pembangunan berkelanjutan global 2023 GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Nazalea Kusuma
22 September 2023
sebuah tangan memegang poster bertuliskan ‘stop war’. Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi

Oleh Abul Muamar
21 September 2023
tangkapan layar Zoom Meeting yang terdiri dari seorang perempuan dan tiga laki-laki Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia

Oleh Kresentia Madina
21 September 2023
dua pria di tengah sungai dengan perahu kayu. Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat
  • Kabar
  • Unggulan

Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat

Oleh Abul Muamar
20 September 2023
foto aerial sebuah hutan dengan ilustrasi berbentuk daun dengan tulisan CO2 di tengahnya Asia Carbon Institute Dorong Akselerasi Pasar Karbon Sukarela di Asia
  • Kabar
  • Unggulan

Asia Carbon Institute Dorong Akselerasi Pasar Karbon Sukarela di Asia

Oleh Kresentia Madina
19 September 2023
Sidebar Insan Figur
Sidebar Bespoke Event
  • Terbaru
  • Terpopuler
  • Partner
  • Polusi udara tampak diproduksi dari aktivitas pabrik Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS

  • ilustrasi sampul laporan pembangunan berkelanjutan global 2023 GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan

  • sebuah tangan memegang poster bertuliskan ‘stop war’. Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi

  • tangkapan layar Zoom Meeting yang terdiri dari seorang perempuan dan tiga laki-laki Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia

  • dua pria di tengah sungai dengan perahu kayu. Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat
    • Kabar
    • Unggulan

    Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat

  • Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura
    • Kabar

    Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura

  • Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia

  • UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker
    • Kabar

    UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker

  • Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh
    • Figur

    Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh

  • Ahmad Bahruddin bersama rekan-rekannya mendirikan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat
    • Wawancara

    Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat

  • seorang pria botak duduk di depan sebuah pohon besar di hutan. Dedikasi Alex Waisimon Menjaga Hutan Adat dan Satwa Endemik Papua
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Dedikasi Alex Waisimon Menjaga Hutan Adat dan Satwa Endemik Papua

  • seorang perempuan berpakaian merah rajutan berdiri di depan pintu dengan dedaunan di atasnya. Lian Gogali, Menghidupkan Kembali Harmoni di Poso Lewat Sekolah Perdamaian
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Lian Gogali, Menghidupkan Kembali Harmoni di Poso Lewat Sekolah Perdamaian

  • seorang perempuan berkaca mata sedang mengajar dengan memegang papan tulis dengan huruf-huruf alfabet. Butet Manurung, Memberikan Pendidikan yang Memerdekakan untuk Masyarakat Adat Orang Rimba
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Butet Manurung, Memberikan Pendidikan yang Memerdekakan untuk Masyarakat Adat Orang Rimba

  • seorang perempuan duduk di depan sebuah dinding dengan cermin di belakangnya. Indah Darmastuti, Mewujudkan Sastra yang Lebih Inklusif untuk Difabel Netra
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Indah Darmastuti, Mewujudkan Sastra yang Lebih Inklusif untuk Difabel Netra

  • seorang pria berkaus biru duduk di kursi roda dengan latar lukisan di dinding Agus Yusuf, Pelukis Difabel yang Bercita-cita Bangun Sekolah Seni Ramah Difabel
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Agus Yusuf, Pelukis Difabel yang Bercita-cita Bangun Sekolah Seni Ramah Difabel

Tentang Kami

  • Tentang
  • Tim
  • Jaringan Penasihat Senior
  • Jaringan Penasihat Muda
  • Jaringan Kontributor
  • Panduan Artikel Opini
  • Panduan Artikel Komunitas
  • Panduan Siaran Pers
  • Bekerja dengan Kami
  • FAQ
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
  • Telegram
  • Etsy
  • Tokopedia
  • Media Link 11
  • Media Link 12
  • Media Link 13
  • Media Link 14
  • Media Link 15
© 2023 Green Network Asia - Indonesia