Pink Tax dan Beratnya Ongkos Menjadi Perempuan
Foto: Freepik.
Tahukah Anda bahwa perempuan sering membayar lebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibandingkan laki-laki? Fenomena ini, yang dikenal dengan istilah Pink Tax, melanggengkan kerawanan finansial perempuan dan memperkuat kesenjangan gender di masyarakat.
Memahami Pink Tax
Pink Tax merujuk pada fenomena di mana perempuan sering membayar harga lebih tinggi untuk produk dan layanan yang dipasarkan khusus untuk mereka. Salah satu contoh yang mencolok adalah biaya produk menstruasi, yang merupakan kebutuhan esensial bagi separuh populasi dunia, namun masih dikenakan pajak sebagai barang mewah. Akibatnya, banyak perempuan harus mengeluarkan lebih dari 1.700 USD untuk produk menstruasi sepanjang hidup mereka. Hal ini turut berkontribusi pada kemiskinan menstruasi, yang membuat perempuan kesulitan membeli produk menstruasi dasar.
Bias harga ini juga kerap berlaku pada berbagai produk umum seperti perawatan pribadi (pisau cukur, sampo, deodoran), pakaian, dan mainan. Harga yang lebih mahal untuk barang-barang sehari-hari dapat memperparah kerawanan finansial perempuan, akibat meningkatnya biaya hidup mereka secara keseluruhan. Biaya ini berdampak lebih parah pada kelompok marginal yang menghadapi hambatan ekonomi berlapis.
Selain itu, kesenjangan harga ini juga memperkuat stereotip gender lewat pemasaran yang menargetkan perempuan sebagai konsumen utama yang gemar berbelanja dan menghabiskan lebih banyak uang dibandingkan laki-laki.
Tren di Berbagai Belahan Dunia
Sebuah laporan dari New York City DCA mengungkapkan bahwa dari 794 produk yang ada, 42% di antaranya memiliki harga yang lebih tinggi untuk perempuan, sementara hanya 18% produk yang lebih mahal untuk laki-laki. Produk-produk perawatan pribadi perempuan sekitar 13% lebih mahal, dan pakaian perempuan berharga sekitar 8% lebih mahal meskipun dengan bahan dan desain yang serupa. Laporan tersebut juga menemukan bahwa meskipun produk anak-anak sering identik kecuali warnanya, versi “untuk perempuan” secara rutin dibanderol dengan harga yang lebih tinggi.
Kesenjangan harga ini terjadi di berbagai belahan dunia. Di Inggris Raya, studi menunjukkan bahwa produk yang dipasarkan untuk perempuan dan anak perempuan, seperti mainan, kosmetik, dan pakaian, berharga sekitar 37% lebih mahal daripada produk yang ditargetkan untuk laki-laki. Bahkan seragam sekolah anak perempuan dibanderol sekitar 12% lebih tinggi baik di tingkat sekolah dasar maupun menengah.
Sayangnya, isu ini seringkali luput dari perhatian. Di India, kesadaran publik tentang Pink Tax masih rendah, dengan hanya sekitar 23% orang yang familiar dengan isu ini. Ongkos tersembunyi ini menambah tantangan ekonomi yang lebih luas, terutama karena perempuan India telah menghadapi kesenjangan upah gender sekitar 19%, sehingga menciptakan beban ganda berupa pengeluaran yang lebih tinggi dengan pendapatan yang lebih rendah.
Mengatasi Pink Tax
Mengatasi Pink Tax dapat dilakukan melalui kombinasi kebijakan dan advokasi publik.
Beberapa negara dan daerah telah mengambil langkah untuk melarang penetapan harga berbasis gender. Misalnya, negara bagian California di AS melarang perusahaan mengenakan harga berbeda untuk produk yang dipasarkan ke gender berbeda kecuali ada justifikasi biaya yang jelas dan netral gender. Sementara itu, di tingkat Uni Eropa, sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Komisi Eropa pada tahun 2025 menunjukkan kemungkinan pengetatan aturan anti-diskriminasi yang ada untuk mengatasi disparitas harga berbasis gender yang tidak beralasan dengan lebih baik. Taiwan juga telah mengambil langkah penting dengan menyediakan produk menstruasi gratis di sekolah dan universitas, mengurangi beban finansial perempuan dan berupaya mengatasi kemiskinan menstruasi.
Dari sisi konsumen, kampanye melalui media sosial telah menjadi salah satu alat paling efektif untuk meningkatkan kesadaran tentang Pink Tax, terutama di kalangan generasi muda. Meskip tidak serta merta menghilangkan Pink Tax, kampanye digital dapat mendorong akuntabilitas sosial dan membantu mengubah perilaku pasar dengan memberikan penghargaan kepada merek yang mengadopsi praktik penetapan harga yang adil. Kebijakan terkoordinasi dan kesadaran konsumen dapat menciptakan pasar yang lebih adil, menutup kesenjangan gender, dan meningkatkan keadilan ekonomi bagi perempuan di seluruh dunia.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Jika Anda menilai konten ini bermanfaat, dukung gerakan Green Network Asia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia. Dapatkan manfaat khusus untuk pengembangan pribadi dan profesional Anda.
Jadi Member Sekarang
Menilik Fenomena Pengolahan Sampah Plastik menjadi Bahan Bakar di Tingkat Akar Rumput
Mengatasi Risiko Konsumsi Minuman Berpemanis dalam Kemasan
Bagaimana Insentif Positif dapat Hentikan Penurunan Keanekaragaman Hayati
Mengatasi Deprivasi Hak Anak Multidimensi untuk Dukung Kesejahteraan Anak
Langkah Singapura dalam Melindungi Korban Kekerasan Siber
Melihat Kemajuan Proyek Great Green Wall dengan Merangkul Pengelolaan Lahan Adat