Merawat Budaya “Purpose-Driven” dan Belajar Terus Menerus di Tim Kami
Green Network Asia telah beroperasi selama sembilan bulan sebagai organisasi berbasis pengetahuan. Dalam rentang waktu ini, kami telah mengembangkan tim dan merapikan operasional kerja setahap demi setahap. Saat ini, kami telah memiliki komunitas pekerja pengetahuan (knowledge worker) in-house dan freelance yang menerjemahkan misi kami melalui produksi layanan berkualitas untuk mitra dan semua stakeholder kami.
Tim Green Network Asia mengadopsi ide-ide mutakhir dalam sistem dunia kerja baru dengan menerapkan model kerja jarak jauh (remote) sejak awal berdirinya, dan memperbolehkan anggota tim kami untuk bekerja dari mana saja (Work from Anywhere/WFA). Seiring tim kami yang terus tumbuh dan berkembang melintasi batas, saya merasa penting untuk memprioritaskan peningkatan kualitas tim kami dan mendukung perkembangan serta proses belajar setiap anggota tim.
Di Green Network Asia, kami ingin setiap anggota tim memperoleh manfaat terbaik dari fleksibilitas geografi yang ditawarkan oleh WFA (seperti meningkatnya kesejahteraan dan keseimbangan antara kehidupan dengan pekerjaan/work-life balance) sembari memastikan kekhawatiran-kekhawatiran yang mungkin muncul karena WFA (seperti keterasingan dan terbatasnya kesempatan untuk Pembelajaran dan Pengembangan) bisa ditangani.
Beberapa waktu terakhir, kami mulai melakukan sesi “Monthly Gathering” secara virtual yang didedikasikan untuk Pembelajaran dan Pengembangan. Di sesi-sesi ini, kami ingin bersosialisasi; berkolaborasi; berdiskusi; berinovasi; bersama-sama menyelesaikan masalah; dan berbagi pengetahuan serta keterampilan dari mana saja di seluruh dunia.
Meningkatkan budaya “purpose-driven”
Green Network Asia selalu menjadi organisasi berbasis tujuan (purpose-driven). Kami masih dan akan terus berpegang pada deklarasi organisasi ini.
Bersama sebagai tim, kami merangkul nilai dan budaya yang terus-menerus mendorong jiwa, hati, dan pikiran kami untuk selalu termotivasi oleh tujuan (purpose-driven), bersemangat (passionate), penuh kasih (compassionate), otentik (authentic), empatik (emphatic), etis (ethical), beragam (diverse), inklusif (inclusive), inovatif (innovative), kolaboratif (collaborative), respek (respectful), dan penuh integritas (full of integrity), memproduksi pengetahuan berbasis fakta (factual), dimaksudkan agar menjadi inspirasi (inspirational) untuk perubahan positif di tengah masyarakat.
Berefleksi pada dinamika tim sehari-hari, dan sebagaimana diceritakan oleh masing-masing anggota tim tentang diri mereka dalam Monthly Gathering kami yang pertama (11/2/2022), saya belajar bahwa mereka tidak hanya pintar, beretika, dan analitis, tetapi dalam lingkup yang sangat pribadi, juga merupakan individu-individu yang terdorong oleh tujuan (purpose-driven) dan ingin melakukan hal-hal yang baik untuk masyarakat.
Kombinasi nilai-nilai “purpose-driven” dengan orang-orang yang merangkul nilai-nilai itu adalah sebuah kekuatan yang besar. Dalam setiap layanan yang kami produksi, kami mendorong setiap anggota tim untuk selalu bertanya pada diri sendiri, “apakah kerja saya berpotensi berguna bagi masyarakat?”, “apakah karya saya memberdayakan?”, “apakah saya menciptakan nilai dengan memproduksi dan membagikan pengetahuan ini?”.
Merawat budaya belajar terus menerus
Sebagai sebuah perusahaan berbasis tujuan (purpose-driven), kami menghargai dan tidak meremehkan (take for granted) kehadiran individu-individu yang juga terdorong oleh tujuan. Tim kami selalu merupakan asset paling penting bagi organisasi kami dalam menciptakan nilai untuk semua stakeholder dan masyarakat. Itulah mengapa kami menciptakan kebijakan, program, dan praktik-praktik yang membuka peluang bagi anggota tim kami untuk terus belajar, bertumbuh, dan berkembang.
Hal ini sejalan dengan Employee Wellbeing Report 2021, laporan berbasis data mengenai kebahagiaan dan keberhasilan di tempat kerja yang diterbitkan oleh Glints. Laporan ini menekankan bahwa kesempatan-kesempatan untuk terus belajar dan bertumbuh telah menjadi kunci terbesar bagi budaya kerja yang baik.
Kami merawat budaya belajar terus menerus dengan menciptakan kesempatan-kesempatan belajar individu di posisi masing-masing (personalized on-the-job learning) di dalam tim. Yang lebih penting lagi, kami juga melakukan pembelajaran berbasis komunitas (community based learning) yang memungkinkan anggota tim kami untuk belajar dari satu sama lain serta dari para ahli di bidangnya di dalam dan di luar organisasi kami.
Saya masih harus belajar banyak dalam memimpin sebuah tim, tetapi ini merupakan kurva belajar yang dengan senang hati saya tempuh. Pada dasarnya, kami semua adalah orang-orang yang berbeda. Dan saya tahu bahwa cara terbaik untuk terus maju adalah dengan belajar bersama, merayakan perbedaan-perbedaan kami sembari bekerja bersama untuk mencapai tujuan kami dalam nilai-nilai yang kami rangkul bersama.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Iffah Hannah
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Marlis adalah Founder & CEO Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Ilmu Kebijakan Publik dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore. Ia seorang peneliti Kebijakan Publik dengan pendekatan interdisipliner dan praktisi Public Affairs dengan fokus terpadu pembangunan berkelanjutan dan keberlanjutan.