Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Meningkatkan Pemenuhan Hak Reproduksi Perempuan Demi Populasi yang Lebih Tangguh

Populasi dunia telah mencapai 8 miliar orang. Bagaimana pemenuhan hak reproduksi perempuan saat ini dan kaitannya dengan ketahanan populasi?
Oleh Kresentia Madina
13 Juli 2023
foto hitam putih kerumunan orang.

Foto: Rob Curran di Unsplash.

Pada November 2022, PBB mengumumkan bahwa populasi dunia mencapai 8 miliar. Yang perlu digarisbawahi, populasi bukanlah soal angka semata. Ada berbagai faktor yang perlu diperhatikan untuk membentuk penduduk yang lebih sejahtera, antara lain dengan mendorong hak-hak reproduksi perempuan. Laporan Keadaan Populasi Dunia 2023 memberikan wawasan tentang keadaan hak reproduksi perempuan saat ini dan hubungannya dengan ketahanan populasi.

Populasi Dunia saat Ini

Laporan Keadaan Populasi Dunia 2023 disusun oleh penasihat eksternal, peneliti dan penulis, serta staf teknis dan editor UNFPA. Laporan tersebut menemukan bahwa pemahaman yang memadai tentang populasi dapat menuntun kita untuk menghasilkan solusi bagi masalah ketahanan demografis dan membantu kita membentuk masa depan yang lebih sejahtera.

Secara umum, angka 8 miliar menunjukkan bahwa banyak orang hidup lebih lama karena peningkatan layanan kesehatan dan perkembangan lainnya. Namun, fakta bahwa angka tersebut dicapai di tengah berbagai krisis dapat menimbulkan kecemasan bagi mereka yang menganggap angka tersebut terlalu tinggi. Pada saat yang sama, ada juga kasus negara dengan tingkat kesuburan yang rendah, yang seringkali menunjukkan minimnya kelahiran.

Namun, perspektif di atas sebagian besar masih terfokus pada jumlah, bukan kehidupan manusia. Ketika fokus hanya berpusat pada angka, berbagai masalah nyata penduduk Bumi menjadi rentan terabaikan, termasuk hak reproduksi perempuan. Laporan tersebut mengemukakan bahwa mengadvokasi keadilan seksual dan reproduksi dapat menciptakan populasi yang tangguh di masa depan.

Hak Reproduksi Perempuan

seorang wanita menggendong bayi
Foto: AMIT RANJAN di Unsplash.

SDGs 5 bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan. Indikator 5.6.1 secara khusus mengukur proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang mengambil keputusan yang tepat terkait hubungan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan kesehatan reproduksi.

Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa jalan untuk mencapai tujuan tersebut masih panjang. Laporan UNFPA menunjukkan bahwa 44% mitra perempuan di 68 negara tidak dapat menjalankan otonomi tubuh mereka sebagaimana diukur dengan indikator SDG 5.6.1. Selain itu, hampir setengah dari seluruh kehamilan tidak tepat waktu atau tidak diinginkan. Ada juga kasus perkawinan anak, dengan hampir sepertiga dari semua perempuan di negara berpenghasilan rendah dan menengah telah menjadi ibu di usia remaja.

Fakta di atas sering diabaikan dalam kebijakan demi mendapatkan tingkat kesuburan yang ‘tepat’. Secara global, banyak negara telah menerapkan kebijakan dan langkah untuk mengatasi tingkat kesuburan yang rendah. Ini termasuk peraturan untuk layanan kesehatan reproduksi dan seksual, mulai dari perawatan persalinan hingga layanan KB hingga akses kontrasepsi dan aborsi. Namun, laporan tersebut mengindikasikan bahwa ketika layanan kesehatan seksual dan reproduksi dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan fertilitas, hasilnya bisa menjadi kontraproduktif.

Menempatkan tingkat fertilitas sebagai tujuan reproduksi seringkali sama artinya dengan menempatkan rencana reproduksi perempuan sebagai prioritas kedua. Mengingat reproduksi setiap perempuan berbeda-beda dan kondisi ideal kesuburan mereka dapat berubah seiring waktu sesuai dengan keadaan, maka pemenuhan hak dan pilihan masyarakat harus menjadi aspek utama dalam membentuk populasi yang sehat, tangguh, dan berkembang di masa depan.

Kerja Sama Mewujudkan Populasi yang Tangguh

Pada tahun 1994, pemerintah dunia mengadopsi Program Aksi dari Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan. Kesepakatan tersebut memuat prinsip, komitmen, dan rencana aksi tentang hak asasi manusia, populasi, kesehatan seksual dan reproduksi, kesetaraan gender, dan pembangunan berkelanjutan.

Bertahun-tahun telah berlalu sejak perjanjian tersebut diadopsi, dan dunia telah melihat sejumlah perkembangan penting dalam kesetaraan gender. Jalan masih panjang untuk mencapai masyarakat di mana hak-hak reproduksi perempuan dihargai dan menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan kebijakan, terutama menyangkut masalah populasi.

Laporan tersebut mengajak kita untuk mengajukan pertanyaan yang lebih baik mengenai populasi kita. Fokus untuk mendukung hak-hak lansia, mendorong hak-hak reproduksi perempuan, dan mengantisipasi perubahan populasi mesti mendapat perhatian yang lebih dari sekadar soal angka fertilitas. Demografi yang tangguh akan menghasilkan ketahanan populasi, terlepas dari tingkat kesuburan atau migrasi.

“Ini membutuhkan kerja sama dengan masyarakat sipil, sektor swasta, dan keluarga untuk mengadopsi kebijakan holistik untuk penuaan yang sehat dan aktif, reformasi pasar tenaga kerja dan pensiun, kehangatan keluarga, dan [manajemen migrasi] yang lebih baik serta mempromosikan hak dan pemberdayaan reproduksi,” kata para ahli saat mengerjakan demografi untuk laporan tersebut.

Baca laporan selengkapnya di sini.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Seruan untuk Aksi Iklim yang Lebih Kuat di KTT Iklim 2025
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Bagaimana Laut Kaspia Menyusut Akibat Tekanan Perubahan Iklim
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menghentikan Penurunan Populasi Lebah Dunia
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Risiko Iklim di Australia

Continue Reading

Sebelumnya: Mendorong Perlindungan Sosial bagi Pekerja Ekonomi Gig
Berikutnya: Pembiayaan USD200 Juta dari Bank Dunia untuk Perkuat Sistem Pangan Lebanon

Lihat Konten GNA Lainnya

dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025
Dua perempuan menampilkan tarian Bali di hadapan penonton. Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Bersama di Asia Tenggara

Oleh Attiatul Noor
13 Oktober 2025
perempuan yang duduk di batang pohon besar, laki-laki berdiri di sampingnya dan dikelilingi rerumputan; keduanya mengenakan pakaian tradisional Papua Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat

Oleh Seftyana Khairunisa
10 Oktober 2025
stasiun pengisian daya dengan mobil listrik yang diparkir di sebelahnya. Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan

Oleh Kresentia Madina
10 Oktober 2025
seorang pria tua duduk sendiri di dekat tembok dan tanaman Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia

Oleh Abul Muamar
9 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia