Persepsi Mahasiswa terhadap Tantangan dan Peluang Pekerjaan Hijau di Indonesia
Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim telah mendorong peralihan menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Peralihan tersebut membawa perubahan dan inovasi di berbagai aspek, termasuk dalam dunia kerja. Kini, muncul pekerjaan-pekerjaan baru yang mengusung konsep pekerjaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan—yang disebut dengan istilah pekerjaan hijau (green jobs). Namun, di tengah peluang dan tantangan yang ada, bagaimana persepsi mahasiswa di Indonesia terhadap pekerjaan hijau?
Survei yang dilakukan oleh Suara Mahasiswa UI (SUMA UI), bekerja sama Yayasan Indonesia CERAH, mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Pekerjaan Hijau: Potensi dan Tantangannya
Pekerjaan hijau adalah pekerjaan yang layak dalam sektor ekonomi apa pun yang berkontribusi terhadap pelestarian, pemulihan, dan peningkatan kualitas lingkungan. Diperkenalkan oleh ILO pada tahun 2010, pekerjaan hijau dimaksudkan untuk mengurangi dampak lingkungan dari perusahaan dan sektor ekonomi dengan meningkatkan efisiensi energi, bahan mentah, dan air. Pekerjaan hijau mencakup namun tidak terbatas pada pekerjaan-pekerjaan yang dapat membantu dekarbonisasi perekonomian; meminimalkan atau menghindari segala bentuk limbah dan pencemaran; melindungi atau memulihkan ekosistem dan keanekaragaman hayati; dan mendukung adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
Tidak hanya menyangkut lingkungan, pekerjaan hijau juga mempromosikan prinsip pekerjaan yang layak, yang mencakup pemenuhan hak-hak asasi pekerja, perlindungan sosial, serta dialog sosial.
Laporan World Economic Forum (WEF) bertajuk The Future of Jobs Report 2023 menyebutkan bahwa transisi hijau di sektor bisnis, implementasi ESG, dan adaptasi perubahan iklim telah mendorong pertumbuhan pekerjaan hijau secara signifikan.
Di Indonesia, pengembangan pekerjaan hijau berjalan beriringan dengan implementasi ekonomi hijau sebagai salah satu upaya pembangunan rendah karbon yang menjadi salah satu agenda prioritas nasional. Menurut Badan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia berpotensi memiliki sekitar 3 juta lapangan pekerjaan hijau pada tahun 2060.
Namun, yang tidak boleh dilupakan, pengembangan pekerjaan hijau juga memiliki risiko serius dalam sektor ketenagakerjaan, termasuk yang berkaitan dengan agenda transisi energi, salah satunya berupa pengangguran massal akibat hilangnya jenis pekerjaan lama.
Persepsi Mahasiswa
Survei yang dilakukan SUMA UI dan Yayasan Indonesia CERAH menggunakan 532 sampel responden yang merupakan mahasiswa tingkat sarjana dari berbagai fakultas dan perguruan tinggi di Indonesia. Survei berlangsung pada 25 Juli hingga 12 September 2023.
Berdasarkan hasil survei tersebut, 98% responden percaya bahwa pekerjaan hijau dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat, dan 71% percaya bahwa pekerjaan hijau memberikan peluang karier yang menarik bagi anak muda.
Namun, 55% persen responden kurang dan bahkan belum familiar dengan konsep pekerjaan hijau. Beberapa faktor penyebabnya adalah kurangnya akses informasi mengenai pekerjaan hijau; perguruan tinggi belum memberikan pendidikan, pelatihan, mata kuliah, atau kegiatan akademik mengenai pekerjaan hijau; dan pelatihan yang tersedia belum memadai untuk mempersiapkan anak muda dalam bidang pekerjaan hijau.
Survei tersebut juga mengemukakan beberapa tantangan terkait pekerjaan hijau yang dihadapi para responden, antara lain rendahnya penghasilan dalam pekerjaan hijau, keterampilan dan pemahaman yang tidak memadai, hingga prospek pekerjaan hijau yang dinilai kurang menjanjikan. Terkait hal ini, baik pemerintah maupun lembaga pendidikan dianggap belum cukup mendukung terciptanya lapangan pekerjaan hijau.
Dukungan yang Dibutuhkan
Hasil survei tersebut juga memaparkan bentuk dukungan yang dibutuhkan generasi muda dalam pekerjaan hijau, antara lain pelatihan untuk menguasai keterampilan hijau, informasi yang mendalam mengenai pekerjaan hijau, dan penyelenggaraan pameran pekerjaan hijau.
Untuk itu, para responden memberikan dua rekomendasi kepada pemerintah dan lembaga pendidikan, yakni:
- Mengadopsi kurikulum yang berkaitan dengan krisis iklim dan pekerjaan hijau.
- Menempatkan pengembangan pekerjaan hijau sebagai prioritas nasional.
Pada akhirnya, pengembangan pekerjaan hijau memerlukan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk peningkatan pemahaman, keterampilan, dan lapangan pekerjaan secara adil, serta investasi jangka panjang.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.