Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Brain Rot dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental

Derasnya arus informasi dan hiburan digital dapat membawa berbagai dampak negatif yang dapat berujung pada gangguan kesehatan mental. Fenomena ini dikenal sebagai ‘Brain Rot’.
Oleh Berlin Situmorang
16 Januari 2025
Seseorang menggenggam ponselnya dengan tampilan laman Tiktok.

Foto: Cottonbro Studio di Pexels.

Perangkat digital telah menjadi bagian integral dari kehidupan banyak orang hari ini, termasuk dalam mencari hiburan dan informasi. Dengan akses yang semakin mudah, berbagai konten informasi dan hiburan yang menarik perhatian dapat dinikmati kapan saja dan di mana saja. Namun, di balik kemudahan tersebut, arus informasi maupun hiburan digital dapat membawa berbagai dampak negatif yang seringkali tidak disadari, seperti siklus konsumsi konten yang tanpa henti dan menurunnya produktivitas dan ketergantungan berlebihan, yang dapat berujung pada gangguan kesehatan mental. Fenomena ini dikenal sebagai ‘Brain Rot’ yang kini semakin meluas dan membawa berbagai dampak yang merugikan.

Derasnya Arus Informasi dan Hiburan Digital Saat Ini

Kemajuan teknologi telah memungkinkan berbagai platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan lainnya memanfaatkan algoritma untuk menarik perhatian pengguna secara intensif. Salah satu daya tarik utamanya adalah konten berformat video pendek yang cepat dan menghibur, yang sering kali membuat individu tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam dalam menikmatinya.

Menurut survei We are Social tahun 2024, rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 7 jam dan 38 menit setiap harinya untuk mengakses internet, dan 58,9% di antaranya menggunakan internet untuk mengisi waktu luang. Pola ini menunjukkan bagaimana mengakses informasi dan hiburan digital menjadi aktivitas dominan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2023, generasi muda, khususnya generasi-Z, tercatat sebagai kelompok yang paling banyak mengakses internet. Pada saat yang sama, mereka cenderung memiliki kebiasaan doom scrolling atau menjelajah konten tanpa henti dan menjadi rutinitas yang sulit dihentikan. Kebiasaan ini membuat mereka semakin terikat pada arus informasi dan hiburan digital yang terus berkembang, memunculkan fenomena yang kini dikenal sebagai “brain rot”.

Dampak Brain Rot

Brain rot adalah istilah yang menggambarkan penurunan produktivitas dan fokus seseorang akibat konsumsi konten informasi dan hiburan berkualitas rendah secara berlebihan, terutama di media sosial. Penelitian menemukan bukti bahwa brain rot dapat membuat rentang konsentrasi semakin singkat, melemahnya daya ingat, dan mengganggu proses kognitif seseorang.

Fenomena ini juga berdampak pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya produktivitas. Penelitian tersebut juga menyebutkan bagaimana penggunaan internet yang intensif dan multitasking media yang berat berdampak pada kemampuan kognitif dan fungsi otak secara keseluruhan.

Sementara itu, pada aspek kesehatan mental, penelitian menunjukkan bahwa brain rot dapat memicu peningkatan rasa takut ketinggalan (Fear of Missing Out/FOMO), penurunan suasana hati, dan penurunan kepercayaan diri penggunanya.

Secara sosial, ketergantungan pada informasi dan hiburan digital membuat banyak orang merasa semakin terisolasi. Alih-alih berinteraksi langsung dengan teman atau keluarga, mereka lebih sering terfokus pada layar dan cenderung kecanduan. Dalam jangka panjang, fenomena ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal, dengan menurunnya komunikasi yang efektif dan meningkatnya kecemasan sosial.

Membangun Ruang Digital yang lebih Baik

Mengatasi dampak negatif dari teknologi memerlukan pendekatan yang melibatkan semua pihak, termasuk keluarga, teman, komunitas, lembaga pendidikan, dan pemerintah. Komunikasi terbuka dan edukasi, serta kesadaran yang lebih luas tentang bahaya ketergantungan pada teknologi digital dapat membantu mengatasi persoalan ini. Dengan demikian, dapat tercipta ruang digital yang lebih aman dan mendukung kesejahteraan mental, sambil tetap memprioritaskan konten yang positif dan edukatif.

Editor: Abul Muamar

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Continue Reading

Sebelumnya: Hutan Bukan Hanya tentang Karbon: Tak Tergantikan oleh Pertanian Monokultur
Berikutnya: Negara-Negara Serahkan Laporan Transparansi Dua Tahunan Pertama terkait Aksi Iklim

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia