Suara Generasi Z Tentang Krisis Iklim dan Pekerjaan Hijau di Indonesia
Foto: Green Career Gate.
Di tengah deru pembangunan ekonomi Indonesia, sebuah kegelisahan muncul dari generasi penerus bangsa. Generasi Z, yang mewarisi bumi dengan suhu yang kian panas dan sistem alam yang kian rentan, sadar bahwa mereka tidak bisa hanya menjadi penonton. Di tengah krisis iklim yang semakin nyata dan pengangguran yang semakin meluas, sebuah inisiatif bernama Green Career Gate lahir untuk mendukung pekerjaan hijau di Indonesia.
Green Career Gate dan Keresahan Generasi Z
Terbentuknya Green Career Gate bermula dari kegundahan hati saya saat menyaksikan langsung penurunan hasil panen di Lampung, daerah asal saya, akibat dampak krisis iklim dan minimnya pengetahuan tentang bagaimana memitigasinya. Krisis iklim bukan lagi sekadar wacana ilmiah, melainkan realita yang menghadirkan ancaman multidimensi—dari pengasaman laut, gagal panen, hingga hilangnya keanekaragaman hayati. Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran terbuka pada 2024 mencapai 7,2 juta jiwa, dengan hampir separuhnya adalah pemuda berusia 15–24 tahun.
Kegelisahan itu berbuah menjadi pertanyaan reflektif: “Setelah lulus, gue bakal kerja apa ya?” Pertanyaan ini menjadi katalis bagi terbentuknya sebuah komunitas yang terdiri dari 30 pengurus berusia 19-25 tahun, berasal dari beragam latar belakang, dari mahasiswa hingga pekerja pemula. Kami disatukan oleh kepedulian pada lingkungan dan keresahan akan minimnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang ramah lingkungan, atau ‘pekerjaan hijau’.
Kerentanan di Tengah Krisis
Salah satu anggota Green Career Gate menyatakan kerentanan yang dirasakannya, “Bagaimana cara kami bertahan dengan kompensasi UMR sementara inflasi yang besar terus terjadi setiap tahunnya? Bagaimana kami bisa mendapatkan akses ke hunian yang layak sekaligus menjaga udara yang dihirup tetap bersih?”
Bagi Green Career Gate, pekerjaan hijau bukan sekadar wacana, melainkan sebuah jalur penyelamatan yang harus diwujudkan. Pada dasarnya, pekerjaan hijau merujuk pada pekerjaan yang layak dalam sektor ekonomi apa pun yang berkontribusi terhadap pelestarian, pemulihan, dan peningkatan kualitas lingkungan. Pengembangan pekerjaan hijau menjadi penting di Indonesia, yang dianggap masih sangat ramah terhadap ‘brown jobs‘ atau pekerjaan yang berpotensi merusak lingkungan, seperti yang terlihat dalam proyek-proyek Food Estate dan pembangunan masif di kawasan kritis seperti Raja Ampat.
Pengalaman personal seperti banjir berulang akibat alih fungsi lahan semakin mengukuhkan semangat mereka dalam mendukung pengembangan pekerjaan hijau melalui kegiatan-kegiatan di Green Career Gate, mulai dari riset tentang minat generasi muda terhadap karier hijau, talkshow, bootcamp karier, dan roadshow untuk memperkenalkan potensi karier hijau kepada pelajar dan mahasiswa.
Tantangan di Tengah Jalan
Upaya ini bukan tanpa tantangan. Salah satu kendala terbesar justru datang dari hal yang fundamental: belum adanya definisi pekerjaan hijau yang tetap di Indonesia. Hal ini mempersempit lingkup kami dalam proses menjalin kerja sama dengan berbagai pihak penting.
Meski berjalan di medan yang berbatu, upaya tidak berhenti dan harapan tidak pupus. Sepanjang Juni hingga September 2025, Green Career Gate telah menyelenggarakan delapan agenda dan berkolaborasi dengan lebih dari 37 pihak dari berbagai sektor, termasuk Kementerian PPN/Bappenas, sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan mendukung pengembangan pekerjaan hijau di Indonesia.
Kolaborasi ini menjadi salah satu bukti bahwa urgensi dan keinginan untuk beralih menuju pekerjaan hijau, sekaligus ekonomi hijau, sudah mulai tumbuh di Indonesia.
Di sisi lain, kolaborasi ini juga merupakan pintu gerbang perkenalan generasi muda menuju isu-isu keberlanjutan. “Pengalaman dari Green Career Prep membuat saya menjadi lebih peka dalam melihat peluang karier di bidang jurnalistik yang berfokus pada isu lingkungan. Selain itu, kelas ini juga mendorong saya untuk lebih percaya diri dalam menuangkan gagasan ke dalam tulisan yang dapat memberikan edukasi kepada masyarakat,” kata Cahyo, salah satu peserta Journalism Class di acara Green Career Prep.
Tangan Terbuka dan Kolaborasi untuk Pekerjaan Hijau
Pada akhirnya, ada optimisme bahwa generasi muda Indonesia bersedia bergerak bersama-sama dengan berbagai pihak untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi masyarakat dan planet Bumi. Kami tidak mau hanya menunggu, tapi memilih untuk bangkit, dengan segala kerentanan dan harapan kami, menjadi bagian dari solusi itu sendiri.
Untuk memastikan transisi yang mulus dan bertanggung jawab menuju sektor pekerjaan hijau, Green Career Gate berharap pentingnya sinergi strategis antar seluruh pemangku kepentingan, komitmen yang kokoh, serta implementasi langkah-langkah progresif dengan transparansi penuh.
Editor: Kresentia Madina & Abul Muamar
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Join SekarangDerifa adalah Founder Green Career Gate dan sarjana Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman. Ia memiliki ketertarikan padaisu feminisme, ekonomi hijau, krisis iklim, serta kejahatan lintas negara yang terorganisir.

Sehat Tidak Harus Mahal: Pangan Lokal untuk Pola Makan Sehat yang Lebih Terjangkau
Hilangnya Gletser di Seluruh Dunia dengan Laju yang Kian Mengkhawatirkan
Ekspansi Pertambangan di Kawasan Hutan dan Menakar Efektivitas Pemberlakuan Denda
Memahami Dampak Kenaikan Suhu terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Sinar Mas Land dan Waste4Change Hadirkan Rumah Pemulihan Material (RPM), Dorong Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab di Tangerang
Upah Layak sebagai Hak: Pentingnya Mengubah Paradigma dalam Sistem Pengupahan