ICSC Luncurkan Alat Pemetaan Instalasi Panel Surya Atap di Filipina

Foto: Daniele La Rosa Messina di Unsplash.
Memanfaatkan potensi energi terbarukan merupakan bagian integral dari upaya transisi energi global. Di Asia Tenggara, Filipina merupakan salah satu negara dengan jumlah energi surya yang signifikan. Untuk memperkirakan dan memanfaatkan kapasitas operasional secara tepat, kini telah hadir sebuah alat pemetaan surya yang memanfaatkan citra satelit untuk mendeteksi instalasi panel surya atap di seluruh penjuru Filipina.
Energi Terbarukan di Filipina
Sebagai negara kepulauan, Filipina merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Kenaikan permukaan laut, khususnya, merupakan ancaman bagi banyak garis pantai dan pulau-pulau kecil di negara tersebut. Pada saat yang sama, Filipina juga masih bergantung pada bahan bakar fosil, yang menghasilkan 79% listriknya pada tahun 2024. Mempercepat penghapusan batu bara dan beralih ke energi terbarukan merupakan langkah penting dalam upaya dekarbonisasi negara ini.
Filipina memiliki salah satu sumber daya energi terbarukan terbesar di antara Negara-negara Anggota ASEAN, terutama energi surya dan angin. Menurut lembaga riset energi global Ember, pembangkit listrik tenaga surya di Filipina tumbuh sebesar 39% antara tahun 2022 dan 2023, dari 1,8 TWh menjadi 2,5 TWh. Dalam hal kapasitas energi terbarukan, pernyataan pemerintah juga menunjukkan kemajuan yang signifikan, dengan peningkatan sebesar 794,34 megawatt (MW) pada tahun 2024. Angka ini melampaui total instalasi dalam tiga tahun sebelumnya.
Pemetaan Instalasi Panel Surya Atap
Banyak instalasi panel surya atap di Filipina masih belum terdaftar dalam basis data nasional, sehingga menyulitkan penilaian kapasitasnya secara menyeluruh. Sementara itu, data real-time yang akurat dapat semakin meningkatkan pertumbuhan dan potensi implementasi energi terbarukan. Misalnya, data tersebut dapat menjadi dasar bagi lebih banyak proyek dan model energi terbarukan, termasuk dalam hal permintaan berdasarkan geografi dan demografi. Oleh karena itu, data ini diharapkan dapat mendukung rencana negara untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran pembangkit listrik sebesar 35% pada tahun 2030 dan 50% pada tahun 2040.
Pada Juli 2025, Institute for Climate and Sustainable Cities (ICSC) meluncurkan SPECTRUM, sebuah model dan platform web yang memanfaatkan citra satelit untuk memetakan instalasi panel surya atap di Filipina. SPECTRUM dapat mendeteksi beberapa kategori instalasi panel surya atap, termasuk residensial (di bawah 100 kilowatt), komersial dan industri (di atas 100 kilowatt), dan skala utilitas (di atas 1 megawatt). Model terkini memiliki akurasi di atas 85% dan telah mendeteksi kapasitas panel surya atap sebesar 1,8 megawatt secara nasional.
Meningkatkan Penggunaan Energi Terbarukan
Panel surya fotovoltaik (PLTS) menunjukkan pertumbuhan terbesar dalam pembangkitan energi terbarukan pada tahun 2023. Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa pertumbuhan ini hampir mencapai tingkat yang diproyeksikan untuk mendukung skenario Net Zero pada tahun 2050. Selain data real-time dan akurat, memajukan energi terbarukan juga membutuhkan upaya yang selaras dengan prinsip transisi yang adil, termasuk memperkuat kesejahteraan dan kesejahteraan pekerja serta sumber mineral kritis secara etis dan bertanggung jawab. Pada akhirnya, semua upaya dekarbonisasi untuk mengatasi masalah iklim harus menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan planet Bumi, baik saat ini maupun di masa depan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.