Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia

Foto: Ruben Hutabarat di Unsplash.
Masa tua seringkali identik dengan kesepian: ditinggal anak-anak yang telah menjalani kehidupan masing-masing, pasangan yang telah lebih dulu berpulang, dan para tetangga yang juga sibuk dengan aktivitas. Lebih dari sekadar masalah pribadi, kesepian di kalangan lansia adalah isu sosial multidimensi yang harus mendapat perhatian serius, terutama di tengah arus penuaan populasi.
Penuaan Populasi dan Isu Kesehatan Mental
Lansia adalah orang-orang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Jumlah populasi lansia di dunia, termasuk di Indonesia, mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2030, satu dari enam orang di dunia diperkirakan akan menjadi lansia menurut WHO. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2025, populasi lansia mengisi porsi 12 persen (sekitar 30 juta jiwa) dari total jumlah penduduk, yang berarti 1 dari 8 orang Indonesia merupakan lansia.
Selama ini, orang-orang tua yang duduk atau mengerjakan sesuatu seorang diri tanpa teman bicara di beranda rumah, mungkin telah menjadi pemandangan yang lazim. Sebagian orang yang melihat pemandangan demikian barangkali tidak berpikir bahwa kesepian orang tua adalah masalah serius. Kenyataannya, isolasi sosial dan kesepian di kalangan lansia berkaitan erat dengan isu kesehatan mental—yang juga berdampak terhadap kesehatan fisik.
WHO mencatat sekitar 14% lansia 60 tahun ke atas hidup dengan gangguan mental. Mereka bahkan harus menjalani masalah kesehatan mental tersebut dengan segala keterbatasan, termasuk kondisi disabilitas atau pelemahan fungsi organ/motorik, dan masalah kesehatan terkait penuaan lainnya seperti demensia.
Terlantar, Rentan terhadap Kekerasan, hingga Mati dalam Kesunyian
Kesepian kerap membawa lansia kepada keadaan terlantar dan bahkan rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, baik verbal, fisik, dan lainnya. Di Indonesia, telah sering muncul kasus penelantaran lansia, termasuk oleh orang-orang terdekat mereka sendiri. Pada beberapa kasus, orang-orang tua tersebut sejatinya ingin dapat hidup bersama keluarga mereka, namun ketakberdayaan membuat mereka terpaksa menerima hidup dalam kesepian atau dititipkan di panti jompo.
Ada juga beberapa kasus dimana lansia ditemukan mati dalam kesunyian, dan seringkali tidak langsung diketahui selama berhari-hari. Di Sukoharjo, misalnya, sepasang lansia meninggal dunia dalam sunyi dan baru diketahui setelah berminggu-minggu kemudian pada Mei 2025. Demikian juga yang terjadi di Jember (September 2025), Nunukan (September 2025), Bogor (Juli 2024), Depok (Januari 2024), dan banyak lainnya.
Kesepian sebagai Isu Kesehatan Masyarakat
Kesepian di kalangan lansia telah diakui sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius. Pengakuan ini penting sebagai pijakan untuk mendorong kebijakan, program, dan intervensi sosial yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup kelompok lansia. Studi menunjukkan bahwa kesepian tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga berkaitan erat dengan peningkatan risiko penyakit kronis, penurunan fungsi kognitif, hingga kematian dini. Mengakui kesepian sebagai isu kesehatan masyarakat memungkinkan perumusan strategi multidimensional yang melibatkan aspek kesehatan, sosial, dan dukungan komunitas.
Selain itu, pengakuan ini juga dapat mendorong perubahan di tengah masyarakat dalam memperlakukan lansia dan menciptakan peluang pengembangan inisiatif berbasis komunitas yang dapat memperkuat jejaring sosial lansia. Keterlibatan organisasi lokal, kelompok keagamaan, dan pemanfaatan teknologi digital dapat membantu menciptakan koneksi sosial dan ruang interaksi yang inklusif bagi lansia. Namun, tantangannya tidaklah mudah, seperti keterbatasan sumber daya kesehatan serta stigma yang masih melekat pada lansia. Oleh karena itu, implementasi yang efektif tetap membutuhkan komitmen yang kuat serta perubahan cara pandang masyarakat terhadap isu ini.
Mengatasi Isolasi Sosial dan Kesepian di Kalangan Lansia
Isolasi sosial dan kesepian dapat dialami oleh semua orang dari berbagai kalangan usia, termasuk remaja dan orang-orang muda. Namun, lansia menjadi kelompok yang paling rentan karena berbagai keterbatasan mereka. Oleh karena itu, mengatasi isu ini membutuhkan pendekatan komprehensif dan terintegrasi, termasuk namun tidak terbatas pada pelatihan keterampilan sosial, pengembangan kelompok komunitas atau pertemanan, dan terapi perilaku kognitif. Mempromosikan koneksi sosial, perawatan sosial menyeluruh, dan menciptakan kehidupan yang lebih ramah lansia dengan meningkatkan akses ke berbagai fasilitas dan layanan dasar yang memadai seperti transportasi serta teknologi informasi dan komunikasi juga dapat membantu mengurangi isolasi sosial dan kesepian di kalangan lansia. Tentu, regulasi dan kebijakan yang mengatasi masalah marginalisasi dan diskriminasi sangat krusial dalam hal ini.
Pada akhirnya, mengatasi isolasi sosial dan kesepian di kalangan lansia adalah bagian integral dari upaya pengurangan ketimpangan dan mewujudkan penuaan sehat, sebagaimana dideklarasikan oleh PBB melalui Dekade Penuaan Sehat (2021-2030). Menjalani kehidupan yang sehat dan afiat adalah hak semua orang, termasuk lansia.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.
Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan Anda