Menurunnya Kadar Oksigen Sungai-Sungai di Dunia
Foto: Jack Charles di Unsplash.
Sungai mengalir melintasi kota, desa, dan hutan, menjadi jantung kehidupan bagi banyak orang. Sungai mengairi tanaman, menyediakan air bersih, dan membentuk budaya serta perekonomian masyarakat di sekitarnya. Sayangnya, sungai-sungai di dunia mengalami penurunan kadar oksigen, menciptakan zona mati dan mengancam kemampuannya untuk menopang kehidupan.
Kondisi Sungai yang Mengkhawatirkan
Sungai menutupi kurang dari 1% permukaan Bumi. Ekosistem sungai menyediakan air tawar bagi kita dan merupakan rumah bagi sepersepuluh spesies yang kita kenal. Sungai juga memfasilitasi transportasi, mata pencaharian, dan produksi pangan, terutama bagi wilayah-wilayah yang terkurung daratan.
Sungai juga penting bagi siklus hidrologi dan karbon Bumi. Sungai menyerap dan menyimpan panas Bumi, dan fungsinya sebagai pengangkut alami yang bergerak menyediakan nutrisi bagi plankton, tumbuhan, dan semua kehidupan di hilir.
Namun, sungai-sungai di dunia mengalami kondisi yang mengkhawatirkan. Perubahan iklim dan polusi memberi tekanan pada sungai-sungai di Bumi, membuatnya lebih kering dari sebelumnya dan dengan kadar oksigen yang menurun.
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut di dalam sungai-sungai di seluruh dunia semakin menipis. Kondisi ini dapat menyebabkan periode hipoksia yang lebih lama di sungai, sebuah ancaman potensial bagi ekosistem sungai secara global. Yang mengkhawatirkan, ini bukanlah temuan yang langka, karena penelitian sebelumnya di Amerika Serikat dan Eropa Tengah menemukan bahwa 70% dari 800 sungai yang diteliti mengalami kehilangan oksigen, dan 87% memiliki suhu yang lebih hangat dari biasanya.
Zona Mati dan Menurunnya Kadar Oksigen Sungai
Ekosistem sungai membutuhkan oksigen terlarut yang cukup untuk proses respirasi yang mengubah makanan menjadi energi. Ketika oksigen terlarut di dalam air tidak mencukupi, sungai mengalami hipoksia, yang mengakibatkan “zona mati“. Kondisi ini menyebabkan fungsi tubuh makhluk hidup di dalamnya terganggu, yang dapat mengakibatkan kematian kehidupan bawah air dan ketidakseimbangan ekosistem.
Para peneliti mengidentifikasi perubahan iklim sebagai penyebabnya. Meningkatnya suhu global menciptakan air yang lebih hangat, sehingga memudahkan molekul oksigen lepas. Setiap derajat pemanasan air mengurangi kapasitasnya untuk menahan oksigen terlarut. Pada saat yang sama, suhu air mempengaruhi suhu tubuh organisme akuatik. Semakin hangat tubuh, semakin tinggi kebutuhan oksigen tepat ketika kadar oksigen dalam air semakin sedikit.
Namun, suhu yang lebih panas bukanlah satu-satunya penyebab. Polusi kimia dari aktivitas industri dan manusia sehari-hari juga berkontribusi terhadap menurunnya kadar oksigen di sungai. Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) melaporkan perluasan “zona mati” Teluk Meksiko yang disebabkan oleh limpasan pupuk dari Cekungan Mississippi. Sementara itu, di India, Badan Pengendalian Pencemaran Pusat menemukan bahwa lebih dari 48% sungai yang dipantau tidak memenuhi standar oksigen minimum. Lembaga tersebut menyebut pembuangan limbah industri dan kebocoran limbah sebagai penyebabnya.
Sungai yang Sehat untuk Semua
Menerapkan solusi holistik untuk mengelola kadar oksigen di sungai merupakan langkah prioritas. Solusi berbasis alam, seperti menciptakan zona penyangga riparian dengan menanam jalur vegetasi yang dipenuhi rerumputan atau pepohonan di antara sungai dan area terbangun, adalah salah satunya. Zona penyangga ini membantu mendinginkan suhu air dengan memberikan naungan dan menyaring polutan.
Selain itu, tata kelola adalah kunci. Menghentikan penyebaran zona mati sungai membutuhkan tata kelola yang kuat di semua tingkatan, mulai dari tingkat regional dan lintas batas hingga lokal. Pemerintah harus menerapkan kebijakan pengendalian polusi yang lebih kuat dan memberi insentif bagi praktik ramah lingkungan dari bisnis. Penegakan hukum dan pemantauan yang ketat juga sangat penting. Penggunaan teknologi seperti sensor bertenaga baterai untuk mengukur kadar oksigen terlarut dan melacak perubahan kualitas air dapat mendukung pengambilan keputusan berbasis data dan intervensi tepat waktu.
Pada akhirnya, partisipasi aktif masyarakat lokal sangat penting dalam pengelolaan sungai yang berkelanjutan. Ada banyak cara untuk melibatkan masyarakat yang paling terdampak oleh perubahan, mulai dari memberdayakan sains warga hingga mendukung inisiatif yang dipimpin masyarakat. Sungai yang sehat merupakan tujuan bersama demi kesejahteraan manusia dan planet Bumi.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Dukung gerakan Green Network Asia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member Sekarang
Bagaimana Kampung Nelayan Merah Putih dapat Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir?
(Bukan Sekadar Kisah) Miliarder yang Mewakafkan Seluruh Hartanya bagi Bumi
Bagaimana Sains Warga dapat Bantu Atasi Polusi Plastik
COP30: Momen Genting untuk Mengadopsi Indikator Adaptasi Iklim
Menepis Kolonialisme Hijau dalam Transisi Energi Indonesia
Bagaimana Wisata Mewah Ancam Suku Maasai Mara di Kenya