Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Dengan menyelamatkan dan mendistribusikan makanan berlebih, kita tidak hanya sedang menyelamatkan lingkungan, tetapi juga membantu mengurangi bencana kelaparan dan menyalakan kemanusiaan yang tak terhingga nilainya.
Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak

Foto: Dokumentasi pribadi Dilla Atqia Rahmah.

Setiap manusia membutuhkan makanan yang layak untuk menjalani kehidupan. Namun, kemampuan setiap orang untuk mengakses makanan seringkali tidak sama. Saat sebagian orang memiliki makanan yang berlimpah, ribuan orang lainnya menghadapi kerawanan pangan. Saat makanan berlebih atau sisa pangan sering berakhir menjadi sampah, ribuan atau bahkan jutaan orang menderita kelaparan. Pengalaman saya sebagai relawan gerakan penyelamatan makanan di Kota Bandung membuka mata, hati, dan pikiran saya bahwa dengan menyelamatkan dan mendistribusikan makanan yang berlebih kita dapat mencapai setidaknya dua tujuan sekaligus: menyelamatkan lingkungan dan menyalakan kemanusiaan.

Sampah Makanan yang Menumpuk

Istilah food waste (sisa pangan) merujuk pada makanan yang masih layak dimakan namun dibuang, dan akhirnya menambah timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Sisa pangan telah menjadi permasalahan global yang mendesak untuk diatasi, termasuk di Indonesia. Berdasarkan laporan Food Waste Index 2024 yang dirilis oleh United Nations Environment Programme (UNEP), Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan rumah tangga terbesar di Asia Tenggara, mencapai 14,73 juta ton per tahun. Hal ini turut berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, terutama gas metana (CH4).

Tidak dipungkiri, masalah sisa pangan ini salah satunya berakar dari pola konsumsi yang buruk. Dalam kehidupan sehari-hari, sering saya melihat makanan yang masih layak dibuang begitu saja, entah ke tanah atau ke tempat sampah. Di pesta pernikahan, misalnya, tidak jarang orang mengambil makanan dalam jumlah banyak, tapi kemudian tidak menghabiskannya. Di acara-acara besar, tidak jarang pula kue-kue dalam kotak yang masih sangat baik kondisinya dibiarkan begitu saja, dan berakhir ditumpuk ke kantong pengumpulan sampah.

Surplus Makanan di Tengah Kerawanan Pangan

Surplus pangan atau makanan berlebih dari rumah tangga, usaha kuliner, hotel, dan sumber-sumber lainnya tidak jarang berakhir menjadi sampah makanan. Permasalahan itu terasa lebih nyata ketika saya menjadi relawan dalam sebuah gerakan penyelamatan pangan di Kota Bandung pada tahun 2024. Melalui pengalaman tersebut, saya jadi tahu bahwa surplus makanan yang masih layak konsumsi seringkali dibuang atau bahkan dihancurkan (sebagai bagian dari kebijakan bisnis mereka). Informasi semacam ini belakangan mulai banyak beredar, sehingga semakin banyak orang yang tahu.

Melihat surplus makanan yang melimpah dan sangat layak kondisinya, rasanya sangat disayangkan apabila hotel, industri makanan, dan sumber-sumber lainnya terus membuang makanan berlebih ke tempat sampah atau memusnahkannya. Di berbagai daerah, kelaparan dan kerawanan pangan masih banyak ditemukan. Merujuk data Badan Pangan Nasional, ada sekitar 68 kabupaten/kota di Indonesia yang rentan rawan pangan pada tahun 2024. Selain itu, Indonesia juga termasuk negara yang belum aman dari masalah kelaparan, berada di peringkat ke-77 dari 127 negara dalam Indeks Kelaparan Global tahun 2024.

Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan

Gerakan yang saya ikuti berupaya menyelamatkan dan mendistribusikan makanan-makanan berlebih kepada orang-orang yang membutuhkan. Dari hotel-hotel yang telah bermitra, kami mendapat berbagai jenis makanan, mulai dari dessert hingga makanan berat, yang kualitasnya masih baik. Kemudian, surplus makanan tersebut diolah kembali, seperti dikukus atau dimasukkan ke dalam oven, untuk memastikan kembali makanan berada dalam kondisi baik dan layak sebelum dibagikan.

Surplus makanan yang diolah dan disalurkan secara tepat dapat menjadi solusi bagi permasalahan food waste sekaligus kerawanan pangan. Surplus makanan yang diselamatkan tidak hanya membantu mengurangi timbunan sampah dan dampak lingkungan yang ditimbulkan, tetapi juga memberi manfaat langsung bagi penerimanya.

Ada kebahagiaan yang tak terperi di dada ini ketika saya ikut mendistribusikan surplus makanan tadi kepada mereka yang membutuhkan. Hangat rasanya hati ini melihat anak-anak dari sebuah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) di Bandung secara antusias menerima makanan yang kami bagikan. Makanan yang bagi sebagian orang mungkin dianggap tak berharga, bagi mereka adalah penyelamat dari kelaparan dan pemberi nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Ternyata, ketika kita menyelamatkan makanan, kita tidak hanya sedang menyelamatkan lingkungan dari emisi GRK, tetapi juga membantu mengurangi bencana kelaparan sekaligus menyalakan kemanusiaan yang tak terhingga nilainya.

Kolaborasi Semua Pihak

Pada akhirnya, dari pengalaman itu, saya mendapat pelajaran bahwa kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan dalam mengatasi masalah food waste dan kerawanan pangan. Namun, upaya pengurangan food waste juga dapat kita lakukan di tingkat individu atau keluarga dengan langkah-langkah sederhana. Di lingkungan keluarga saya, misalnya, ibu saya memiliki usaha aneka kue kecil-kecilan. Setiap ada surplus makanan dari penjualan atau pesanan, ibu biasanya menjual kembali makanan tersebut dengan harga yang jauh lebih murah dan tidak jarang membagikannya kepada para tetangga. Dengan demikian, tidak ada makanan berlebih yang terbuang.

Pengalaman sebagai relawan penyelamat makanan menjadi pengingat bagi saya pribadi untuk belajar lebih bijak dalam mengelola makanan sehari-hari. Langkah-langkah kecil seperti membeli dan mengonsumsi makanan secukupnya, memanfaatkan sisa makanan, dan ikut serta dalam gerakan penyelamatan makanan, akan berdampak bagi lingkungan dan masyarakat.

Editor: Abul Muamar


Terbitkan cerita ringan dari tengah masyarakat bersama Green Network Asia, pelajari Panduan Komunitas GNA.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Dilla Atqia Rahmah
+ postsBio

Dilla adalah mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran. Ia memiliki ketertarikan terhadap isu-isu sosial dan kemanusiaan.

    This author does not have any more posts.

Continue Reading

Sebelumnya: Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
Berikutnya: Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Lihat Konten GNA Lainnya

Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025
Tiga anak sedang mengikuti lomba balap karung di antara balon yang tergantung, sementara dua anak di samping memberi taburan bedak. Mereka mengenakan kaos merah putih dan berada di jalan tanah di antara pepohonan. Memperkuat Pendidikan Nonformal untuk Perluas Akses Pendidikan bagi Semua
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Memperkuat Pendidikan Nonformal untuk Perluas Akses Pendidikan bagi Semua

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
23 Oktober 2025
Dua orang duduk di perahu menyusuri perairan dengan salah seorang menebar benih ikan. Memberdayakan Pembudidaya Ikan Skala Kecil untuk Akuakultur Berkelanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memberdayakan Pembudidaya Ikan Skala Kecil untuk Akuakultur Berkelanjutan

Oleh Attiatul Noor
23 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia