Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mikoko Pamoja, Proyek Karbon Biru untuk Ketahanan Iklim di Kenya

Melalui proyek karbon biru, Mikoko Pamoja memulihkan hutan mangrove, mengurangi emisi, dan berinvestasi kembali dalam air bersih dan pendidikan di pesisir Kenya.
Oleh Attiatul Noor
25 Juni 2025
penampakan mangrove

Foto: Ihsan Adityawarman di Pexels.

Krisis iklim adalah kenyataan yang sangat terasa, ditandai dengan peningkatan suhu global yang signifikan. Pemanasan global memicu berbagai masalah, termasuk krisis keanekaragaman hayati, peristiwa cuaca ekstrem, bencana alam, kerawanan pangan dan air, gangguan ekonomi, dan bahkan konflik di berbagai penjuru dunia. Di Kenya, masyarakat Teluk Gazi meluncurkan Mikoko Pamoja, sebuah proyek karbon biru yang secara aktif melindungi dan memulihkan hutan mangrove, untuk mendukung aksi iklim dan ketahanan masyarakat pesisir.

Ekosistem Karbon Biru

Selama 200 tahun terakhir, aktivitas manusia—terutama penggunaan bahan bakar fosil—telah menjadi penyebab utama perubahan iklim. Meningkatnya suhu global telah memicu dan memperburuk masalah yang ada seperti kekeringan, kebakaran hutan, kenaikan permukaan laut, banjir, mencairnya gletser, dan menurunnya keanekaragaman hayati.

Solusi berbasis alam, seperti pemulihan dan konservasi ekosistem pesisir, menawarkan cara untuk mengatasi masalah ini. Dalam hal ini, karbon biru dapat berperan.

Karbon biru merujuk pada karbon yang tersimpan dalam ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, rawa pasang surut dan rawa asin, serta lamun. Ekosistem ini dapat menyerap karbon hingga sepuluh kali lebih banyak daripada hutan tropis setiap tahun dan menyimpan tiga hingga lima kali lebih banyak karbon per satuan luas, sehingga sangat penting untuk mengurangi emisi karbon. Lebih dari itu, ekosistem pesisir berfungsi sebagai penopang dasar bagi keanekaragaman hayati laut dan masyarakat pesisir, termasuk dalam ketahanan pangan, pendapatan, dan perlindungan garis pantai.

Proyek Mikoko Pamoja

Pada tahun 2010, masyarakat Teluk Gazi di Kenya meluncurkan Mikoko Pamoja, sebuah inisiatif berbasis masyarakat yang menggabungkan konservasi ekosistem pesisir dengan pembangunan sosial ekonomi. Proyek ini menjual kredit karbon dari restorasi mangrove untuk mencapai tiga tujuan: mengurangi perubahan iklim, melestarikan keanekaragaman hayati, dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat.

Ekosistem mangrove di Kenya telah menurun hingga 20% antara tahun 1990 hingga 2020. Di Teluk Gazi sendiri, penurunan ini terjadi karena deforestasi, penebangan liar, degradasi lahan, dan perubahan iklim. Untuk mengatasi masalah ini, Inisiatif Mikoko Pamoja berupaya melestarikan 117 hektare hutan mangrove, yang setara dengan hampir 16% ekosistem mangrove Teluk Gazi. Proyek ini juga mendukung restorasi pantai dengan menanam kembali 4.000 pohon mangrove, sebagai bagian dari upaya mengatasi masalah sedimentasi dan erosi akibat penebangan liar. Selain itu, proyek ini telah membentuk polisi masyarakat dan menandai batas-batas cagar alam yang dilindungi untuk mencegah deforestasi.

Pendapatan yang diperoleh melalui perdagangan kredit karbon dalam proyek ini dikembalikan kepada masyarakat untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan pendidikan bagi warga. Proyek ini juga telah melatih 12 guru lokal tentang konservasi mangrove.

Mendorong Konservasi dan Kolaborasi

Mikoko Pamoja menunjukkan bagaimana inisiatif berbasis alam yang dipimpin masyarakat dapat menawarkan solusi iklim yang potensial sekaligus memberi manfaat langsung bagi penduduk setempat. Selain itu, inisiatif ini juga menggarisbawahi potensi proyek karbon biru dalam mengatasi tantangan lingkungan dan sosial ekonomi di wilayah pesisir. Implementasi yang efektif dan bertanggung jawab dari proyek-proyek sejenis mengharuskan pemerintah, masyarakat lokal, dan sektor swasta untuk bekerja sama berinvestasi dalam konservasi berbasis komunitas, memastikan mekanisme kredit karbon yang adil, dan memperkuat kebijakan yang melindungi ekosistem pesisir.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Continue Reading

Sebelumnya: Mengevaluasi Koperasi Desa Merah Putih sebagai Penggerak Ekonomi Pedesaan
Berikutnya: Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa

Lihat Konten GNA Lainnya

Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia