Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Urgensi Konservasi Padang Lamun

Padang lamun sangat penting bagi ekosistem laut dan kehidupan di darat. Konservasi padang lamun kini menjadi sebuah urgensi di tengah ancaman pemanasan bumi.
Oleh Kresentia Madina
13 Juni 2023
padang lamun di dasar laut

Photo: Benjamin L. Jones di Unsplash.

Kehidupan berlangsung di darat dan di bawah air. Sedihnya, kedua ekosistem tersebut berada di bawah ancaman degradasi lingkungan, termasuk padang lamun di dasar laut. Padang lamun merupakan salah satu habitat penting yang kerap diabaikan dalam upaya konservasi laut. Di tengah ancaman pemanasan bumi, konservasi padang lamun menjadi sangat penting.

Peran Penting Padang Lamun

Lamun adalah satu-satunya tanaman berbunga yang dapat hidup di bawah air. Lamun berbeda dengan rumput laut yang merupakan salah satu jenis alga. Lamun hidup di perairan laut yang dangkal, di mana mereka dapat membentuk padang rumput bawah air yang luas. Padang lamun menutupi setidaknya 300.000 kilometer persegi dasar laut dan ditemukan di 159 negara kecuali benua Antartika.

Padang lamun sangat penting, tidak hanya untuk ekosistem laut, tetapi juga untuk kehidupan di darat. Mamalia laut besar seperti manatee, dugong, dan penyu hijau memanfaatkan padang lamun sebagai habitat utama mereka dalam mencari makan. Padang lamun juga menjadi tempat pembibitan ikan-ikan kecil, melindungi terumbu karang, dan menyerap zat berbahaya yang ada di laut.

Bagi kehidupan di darat, padang lamun berfungsi mencegah erosi pantai dan menyimpan karbon. Meskipun hanya mencakup 0,1% dasar samudra, padang lamun dapat menyimpan hingga 18% karbon samudra dunia, menjadikannya penting untuk mengurangi emisi.

Ancaman terhadap Padang Lamun

Sebagian besar kehidupan laut terkonsentrasi di empat habitat utama: hutan rumput laut, hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Meskipun semuanya sama-sama rentan terhadap krisis, padang lamun adalah salah satu habitat yang paling tidak dilindungi. Sebuah laporan oleh UNEP menyatakan bahwa hanya 26% padang lamun yang berada di dalam kawasan lindung, jauh jika dibandingkan dengan 40% terumbu karang dan 43% hutan bakau.

Laporan tersebut lebih lanjut mengungkapkan bahwa luas padang lamun mengalami penurunan sejak 1930. Statistik terbaru memperkirakan bahwa 7% padang lamun hilang di seluruh dunia setiap tahunnya, setara dengan kehilangan satu lapangan sepak bola setiap setengah jam. Limpasan pertanian dan industri, pembangunan pesisir, perubahan iklim, dan kegiatan penangkapan ikan yang tidak diatur disebut sebagai ancaman utama bagi padang lamun.

Salah satu tragedi hilangnya padang lamun yang terkenal terjadi di Taman Laut Shark Bay, Australia. Pada tahun 2011, taman tersebut kehilangan 1.310 kilometer persegi padang lamun menyusul gelombang panas laut yang ekstrem. Gelombang panas terjadi di garis pantai Australia Barat, meningkatkan suhu air hingga 2-5°C lebih hangat dari rata-rata. Pemerintah Australia mencatat, kehilangan itu terjadi setelah padang lamun mengalami suhu laut ekstrem dalam jangka waktu lama.

Konservasi Padang Lamun

Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan fenomena pemanasan laut yang mengkhawatirkan. Fenomena tersebut disebut-sebut lebih berbahaya dari El Niño, dan dapat memicu gelombang panas laut yang intens. Karena itu, melindungi dan melestarikan padang lamun menjadi sangat penting, lebih penting dari sebelumnya.

Secara global, konservasi padang lamun masuk dalam misi Dekade Restorasi Ekosistem PBB. Laporan UNEP tersebut juga menyajikan beberapa rekomendasi utama bagi pembuat kebijakan, di antaranya mengembangkan peta global distribusi dan kesehatan padang lamun yang komprehensif, mengakui perlindungan lamun dalam agenda SDGs 2030 dan target kebijakan internasional lainnya. Rekomendasi lainnya adalah meningkatkan pendanaan nasional, bilateral, dan multilateral untuk melakukan upaya konservasi yang komprehensif. Lembaga pemerintah, peneliti, masyarakat, dan organisasi lainnya juga mesti ikut berperan dalam upaya konservasi padang lamun demi keselamatan dan keberlangsungan hidup biota laut dan kita sendiri.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Bagaimana Kota Umeå di Swedia Mengatasi Ketimpangan Gender di Perkotaan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Melihat Pendekatan Terpadu dalam Memperkuat Ketahanan di Afrika Selatan

Continue Reading

Sebelumnya: Upaya Kantor Bahasa Maluku dalam Revitalisasi dan Pelestarian Bahasa Daerah
Berikutnya: Asia Media Summit 2023: Meningkatkan Peran Media sebagai Saluran Pendidikan Publik

Artikel Terkait

seekor orangutan duduk di ranting pohon di hutan GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Oleh Abul Muamar
20 Juni 2025
mesin tik dengan kertas bertuliskan “artificial intelligence” Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
  • Kabar
  • Unggulan

Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab

Oleh Ayu Nabilah
20 Juni 2025
Pulau-pulau kecil di tengah laut Raja Ampat Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

Oleh Andi Batara
19 Juni 2025
bunga matahari yang layu Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana

Oleh Kresentia Madina
19 Juni 2025
tulisan esg di atas peta negara ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Opini
  • Unggulan

ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?

Oleh Setyo Budiantoro
18 Juni 2025
beberapa megafon terpasang pada pilar Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik

Oleh Kresentia Madina
18 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.