Beralih ke Gaya Hidup Berkelanjutan untuk Manusia dan Bumi
Ada banyak aspek kehidupan kita yang saling berhubungan. Keputusan kita mengenai cara hidup dapat berdampak pada kesehatan, perekonomian, orang lain, dan planet Bumi. Lalu, apa itu gaya hidup berkelanjutan? Aspek apa yang harus kita pertimbangkan untuk membangun cara hidup yang dapat memberikan dampak positif bagi manusia dan planet bumi?
Apa itu Gaya Hidup Berkelanjutan?
Konsep keberlanjutan bersifat multidimensi dan interseksional. Keberlanjutan mencakup banyak aspek, dan tiga aspek utama adalah lingkungan, sosial, dan ekonomi. Aspek-aspek tersebut saling berhubungan sehingga perubahan pada satu aspek dapat mempengaruhi aspek lainnya. Beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran global dalam penerapan keberlanjutan di banyak aspek kehidupan kita, termasuk gaya hidup.
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mendefinisikan gaya hidup berkelanjutan sebagai “kebiasaan dan pola perilaku yang tertanam dalam masyarakat dan difasilitasi oleh institusi, norma, dan infrastruktur yang membingkai pilihan individu untuk meminimalkan penggunaan sumber daya alam dan produksi sampah seraya mendukung keadilan dan kesejahteraan bagi semua.”
Dengan kata lain, beralih ke gaya hidup berkelanjutan berarti memahami bagaimana pilihan kita sehari-hari, bahkan hal-hal paling sepele seperti menu makan malam atau pakaian sehari-hari, dapat berdampak pada manusia dan Bumi. Namun, penting untuk diingat bahwa perubahan menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan bukanlah perjuangan individu. Perubahan sistem dan norma sosial yang sistemik harus mendukung hal tersebut, termasuk peraturan pemerintah, transformasi bisnis, dan inovasi lainnya dari para pemangku kepentingan utama.
Aspek Utama
Pada tahun 2016, UNEP menerbitkan kerangka kerja untuk membentuk gaya hidup berkelanjutan. Kerangka kerja ini mencakup beberapa aspek utama:
- Makanan
Apa yang kita makan dan minum berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat. Hal ini mencakup keseluruhan rantai nilai makanan—bagaimana makanan dan minuman diproduksi, diproses, didistribusikan, dan dibuang. Di tengah fenomena kelaparan global, susut dan limbah pangan, transisi sistemik besar diperlukan untuk mendukung sistem produksi, konsumsi, dan pembuangan pangan yang berkelanjutan.
- Perumahan
Rumah kita, cara kita membangunnya, dan cara kita tinggal di dalamnya, semuanya mempunyai dampak sosial dan lingkungan, termasuk kesejahteraan kita dan konsumsi energi. Bangunan nol emisi muncul sebagai cara untuk mengakomodasi ruang perkotaan yang lebih berkelanjutan, termasuk penggunaan desain bangunan biofilik. Memperhatikan penggunaan peralatan sehari-hari juga mesti disertai dengan intervensi skala besar dari pemerintah, dunia usaha, dan pemain penting lainnya.
- Mobilitas
Sektor transportasi merupakan salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca global. Namun, pada saat yang sama, sistem transportasi umum masih kekurangan fasilitas dan infrastruktur yang memadai untuk menciptakan pengalaman yang mudah diakses, inklusif, dan aman bagi semua orang. Oleh karena itu, jalan menuju mobilitas berkelanjutan, termasuk peralihan ke kendaraan listrik dan bahan bakar berkelanjutan, tidak boleh menimbulkan lebih banyak kerusakan pada manusia dan planet bumi.
- Barang jadi
Pola konsumsi kita dapat meninggalkan dampak pada masyarakat dan lingkungan, termasuk produk yang kita beli, bahan yang digunakan untuk memproduksinya, cara kita menggunakannya, dan seberapa sering kita menggantinya. Konsumen, perusahaan, dan regulator harus bergerak maju bersama menuju konsumsi dan produksi barang sehari-hari yang berkelanjutan.
- Waktu Luang
Cara kita menghabiskan waktu luang dapat memengaruhi konsumsi dan jejak karbon kita. Misalnya, naik taksi ke tujuan yang lebih dekat akan menghasilkan lebih banyak emisi dibandingkan berjalan kaki atau bersepeda. Kapan pun memungkinkan, kita dapat mencoba menerapkan cara-cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan saat berlibur.
Lakukan Apa yang Kita Bisa
Dunia sedang berubah, dan kita harus berkontribusi untuk menciptakan dunia yang lebih baik untuk semua. Memang benar bahwa peralihan menuju gaya hidup berkelanjutan mungkin tampak berlebihan, namun penting untuk diingat bahwa tidak ada gaya hidup berkelanjutan yang universal. Apa yang berkelanjutan bagi satu orang di suatu tempat belum tentu berkelanjutan bagi orang lain dalam kondisi berbeda.
Sebagai individu, kita harus melakukan apa yang kita bisa untuk meminimalkan kerusakan dan mendorong dampak positif terhadap lingkungan. Tentu saja, pemerintah, dunia usaha, dan organisasi juga harus mengambil bagian dalam meningkatkan inisiatif, kolaborasi, dan upaya untuk mendorong kemajuan dan pertumbuhan tanpa meninggalkan siapa pun.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.