Bisakah Bioteknologi Mendukung Ketahanan Pangan dan Transisi Energi?
Masalah modern membutuhkan solusi modern. Pandemi COVID-19 yang belakangan terjadi, ditambah dengan perubahan iklim dan berbagai krisis di seluruh dunia, menjadi bukti bahwa kita harus terus mencari solusi, perbaikan, dan inovasi untuk mendorong perubahan yang berkelanjutan.
Sains, teknologi, dan informasi terus berkembang dan berbaur dengan berbagai aspek kehidupan kita. Salah satu bidang ilmu yang berkembang pesat sebagai hasil penelitian interdisipliner adalah bioteknologi. Lalu, bagaimana bioteknologi dapat mendukung perjalanan kita menuju keberlanjutan?
Mengenal bioteknologi
Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan mendefinisikan bioteknologi sebagai “penerapan prinsip-prinsip ilmiah dan teknik untuk pengolahan material oleh agen biologis untuk menyediakan barang dan jasa.” Dengan kata lain, bioteknologi mengacu pada penggunaan proses, organisme, atau sistem biologis untuk menghasilkan produk yang meningkatkan kehidupan manusia dan kesehatan planet.
Dari makanan hingga obat-obatan, begitu banyak produk bioteknologi telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Bioteknologi mencakup berbagai konsep, prosedur, dan fungsi, mulai dari penggunaan ragi untuk membuat roti dan minuman fermentasi hingga mekanisme pembuatan vaksin yang lebih kompleks.
Sebagai cabang ilmu yang terus berkembang, bioteknologi berpeluang menawarkan banyak solusi atas permasalahan dunia yang terus berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir, penggerak pembangunan berkelanjutan telah mengakui bioteknologi sebagai alat yang ampuh. Bioteknologi memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung berbagai aspek kehidupan manusia dan membantu menjawab masalah paling mendesak di dunia, seperti krisis pangan global dan emisi gas rumah kaca.
Penggunaan bioteknologi untuk pembangunan berkelanjutan
Pertanian dianggap sebagai salah satu praktik paling awal bioteknologi. Bertahun-tahun yang lalu, para petani berupaya menghasilkan tanaman dengan hasil terbaik melalui pembiakan dan menciptakan pupuk dan pengendali hama yang efektif. Saat ini, berbagai inovasi telah dikembangkan untuk membantu memperkuat ketahanan pangan dunia dengan dampak lingkungan yang minimal.
Misalnya, para ilmuwan telah mencoba “menumbuhkan” daging dari sel hewan tanpa menggunakan hewan sungguhan—yang disebut daging hasil budidaya. Karena industri daging adalah salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, membudidayakan daging bertujuan untuk mengurangi jejak karbon, konsumsi air, dan penggunaan lahan industri daging seraya tetap memproduksinya.
Ahli bioteknologi Kaiser Jamil memandang bioteknologi sebagai alternatif dan perkembangan yang menjanjikan. “Bersama teknologi pertanian canggih lainnya, bioteknologi menawarkan cara yang menarik dan bertanggung jawab terhadap lingkungan untuk memenuhi permintaan konsumen akan pertanian berkelanjutan,” kata Jamil.
Di luar pertanian, penerapan bioteknologi menghasilkan berbagai solusi berkelanjutan. Dalam industri energi, biofuel—yang bersumber dari bahan tanaman seperti batang jagung dan rumput—dikembangkan sebagai alternatif bahan bakar terbarukan untuk mengurangi jejak karbon dari produksi bahan bakar fosil. Di Filipina, para peneliti sedang mengembangkan bioplastik berbasis mangga dan rumput laut untuk menggantikan pembungkus plastik yang menggunakan bahan bakar fosil.
Penelitian dan pengembangan
Meskipun manfaatnya melimpah di berbagai industri, penerapan bioteknologi memiliki tantangan. Misalnya, memproduksi daging budidaya membutuhkan proses yang rumit dan mahal yang sebagian besar belum siap untuk ditingkatkan. Contoh lain adalah bagaimana beberapa negara Eropa melarang Makanan yang Dimodifikasi Secara Genetik/Genetically Modified Food (GMO) karena berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan hewan serta ekosistem. Produksi biofuel juga menimbulkan kekhawatiran, seperti kenaikan harga pangan dan risiko degradasi lahan, hutan, dan ekosistem. Produksi bahan bakar—terutama yang menggunakan tanaman generasi pertama—mengancam akan mengambil alih lahan yang sebelumnya digunakan untuk pertanian, menimbulkan risiko deforestasi untuk mencari lahan baru untuk ditanami.
Pengukuran risiko merupakan langkah penting dalam memanfaatkan potensi bioteknologi. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) telah melakukan proses evaluasi, penilaian, dan rekomendasi untuk memastikan keamanan makanan transgenik (GMO). Karena permintaan global untuk biofuel diperkirakan tumbuh sebesar 28% pada tahun 2026, penting juga untuk mengupayakan ketersediaan lahan dan sumber daya tanaman lainnya agar produksi tetap berkelanjutan. Evaluasi berkelanjutan juga harus dilakukan di bidang lain di mana bioteknologi diterapkan.
Kemajuan bioteknologi memberi kita banyak potensi dan solusi dalam perjalanan kita menuju keberlanjutan. Namun, pemanfaatan bioteknologi harus berjalan beriringan dengan kemanusiaan, tanggung jawab, akuntabilitas, dan kerja sama antara pemerintah, lembaga akademik, dan perusahaan. Dengan begitu, penerapan bioteknologi dapat menjadi solusi yang kokoh dan berkelanjutan untuk kebaikan semua orang dan planet ini tanpa mengorbankan siapa pun.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.