Potret Kinerja Pengumpulan dan Daur Ulang Sampah Plastik di Indonesia

Foto: Finlan Aldan di Unsplash.
Karena penggunaannya yang luas dan kurangnya kesadaran, wawasan, dan tanggung jawab, plastik bekas pakai atau sampah plastik dapat dengan mudah ditemukan di sembarang tempat. Sampai hari ini, hampir setiap produk yang dijual di pasaran dibungkus dengan kemasan berbahan plastik, mulai dari makanan hingga pakaian, sehingga produksi sampah plastik terus berlanjut. Demi kelestarian lingkungan dan kehidupan yang lebih berkelanjutan, daur ulang sampah plastik telah dianggap sebagai salah satu solusi utama pengurangan tumpukan sampah. Lantas, seperti apa kinerja pengumpulan dan daur ulang sampah plastik di Indonesia?
Sampah Plastik yang Terus Mencemari Lingkungan
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, jumlah timbulan sampah dari 313 kabupaten/kota se-Indonesia mencapai 33,86 juta ton pada tahun 2024, dengan 40,18% di antaranya tidak terkelola. Dari jumlah tersebut, jumlah sampah plastik sebanyak 19,76%.
Ketergantungan yang tinggi telah menjadi salah satu penyebab utama tingginya produksi sampah plastik. Kemasan makanan dan minuman termasuk salah satu sumber utamanya. Meski plastik menawarkan berbagai manfaat praktis, lemahnya sistem pengelolaan sampah menyebabkan pencemaran lingkungan yang meluas, termasuk kebocoran ke sungai, laut, dan ekosistem alam lainnya, yang pada gilirannya mengancam kesehatan dan sumber penghidupan jutaan orang di berbagai tempat.
Plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, dan selama proses itu dapat mencemari tanah dan perairan. Mikroplastik dan nanoplastik yang terbentuk dari pelapukan plastik di lingkungan kini telah ditemukan dalam tubuh ikan, air minum, dan bahkan tubuh manusia.
Perkembangan Daur Ulang Sampah Plastik di Indonesia
Sebuah studi yang diterbitkan oleh Sustainable Waste Indonesia (SWI) bersama Indonesian Plastic Recyclers (IPR) mengukur tingkat pengumpulan dan daur ulang berbagai jenis plastik, sekaligus memetakan rantai nilai sampah plastik yang dapat didaur ulang. Melalui wawancara dengan lebih dari 700 pelaku industri serta data sekunder yang divalidasi oleh para ahli, studi yang dilakukan dalam rentang Juli-Desember 2024 ini menyajikan gambaran tentang kondisi pengumpulan dan daur ulang plastik di Indonesia.
Menurut studi tersebut, tingkat pengumpulan sampah plastik bekas pakai untuk didaur ulang sekitar 1.238 juta ton per tahun, sementara produksi sampah plastik mencapai 5.543 juta ton setiap tahunnya. Sementara itu, tingkat daur ulangnya secara keseluruhan baru mencapai 22%.
Studi tersebut mengungkapkan bahwa aktor-aktor di sektor informal seperti pemulung, pengepul, dan komunitas bank sampah memainkan peran paling signifikan dalam daur ulang sampah plastik di Indonesia, mencapai 80% dari semua jenis plastik yang dapat didaur ulang. Sedangkan kontribusi industri daur ulang nasional yakni 19% dari kebutuhan plastik nasional.
Meningkatkan Daur Ulang
Lebih lanjut, studi tersebut mengungkap bahwa total nilai ekonomi daur ulang plastik di Indonesia—mulai dari pengumpulan, agregasi, hingga daur ulang—cukup besar, yakni mencapai Rp 19 triliun per tahun. Sayangnya, meski terdapat kemajuan, secara keseluruhan daur ulang sampah plastik di Indonesia masih perlu ditingkatkan, terlebih karena setiap tahunnya masih terdapat jutaan ton plastik bekas pakai yang tidak terkelola dan tidak dapat didaur ulang.
Untuk meningkatkan kinerja pengumpulan dan daur ulang plastik di Indonesia, studi tersebut memberikan beberapa rekomendasi berikut:
- Membentuk kebijakan konten daur ulang wajib dan insentif pasar.
- Membangun sistem data terpadu untuk pelacakan ekonomi sirkular.
- Meningkatkan investasi dalam infrastruktur daur ulang dan dukungan bagi UMKM.
- Mengoptimalkan pengumpulan sampah melalui kolaborasi publik-swasta.
- Mempromosikan desain ramah lingkungan dan pelabelan standar untuk daur ulang.
- Memperluas skala refuse-derived fuel (RDF) untuk plastik bernilai rendah.
“Melihat dampak ekonomi dan pentingnya peran daur ulang plastik dalam pengelolaan sampah, diperlukan kolaborasi aktif lintas sektor, termasuk edukasi konsumen dalam memilah sampah dari sumber, transparansi pelaporan daur ulang secara nasional, serta inovasi teknologi untuk mendorong daur ulang plastik,” kata Dini Trisyanti, Direktur SWI sekaligus peneliti utama.
Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.