Wayang Merdeka: Mengubah Sampah Jadi Wayang, Mengenalkannya dengan Cara yang Menggembirakan
Wayang merupakan salah satu produk seni budaya terkemuka di Indonesia. Seni pertunjukan yang melibatkan musik dan cerita ini ditetapkan sebagai Warisan Mahakarya Dunia yang Tak Ternilai dalam Seni Bertutur oleh UNESCO pada 7 November 2003. Namun, di Indonesia wayang tidak serta merta diterima dan dipahami oleh semua pihak. Perkembangan zaman, mispersepsi, dan misinformasi bahkan membuat wayang cenderung dijauhi dan diabaikan.
Merespons hal itu, lahirlah Komunitas Wayang Merdeka di Yogyakarta pada Februari 2022. Komunitas ini ingin melestarikan wayang sebagai warisan seni budaya Indonesia dengan mengenalkannya kepada semua kalangan, khususnya anak-anak. Green Network berkesempatan wawancarai tiga anggota sekaligus penggagas Wayang Merdeka di Rumah Indonesian Visual Art Archive (IVAA) pada Selasa pagi menjelang siang, 26 Juli 2022. Mereka adalah Hangno Hartono, Dwi Rahmanto, dan Lejar Daniartana Hukubun.
Apa yang mendasari pembentukan Wayang Merdeka?
Pembentukan Wayang Merdeka ini awalnya adalah respons kami terhadap realitas di mana wayang ditinggalkan dan dijauhi, sampai ada kehebohan yang mendiskreditkan wayang, yang saat itu ramai di media sosial. Ada tokoh agama yang menyebut wayang itu haram. Beberapa seniman Jogja saat itu sempat marah, tetapi kami menyadari bahwa Jogja itu bukan karakternya untuk merespons hal seperti itu secara vandalis–secara kasar. Kami meresponsnya dengan cara yang berbudaya dan literatif.
Kami memahami bahwa pendiskreditan itu pada dasarnya hanyalah masalah ketidaktahuan saja. Ketika wayang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama tertentu, kami ingin membersihkan persepsi negatif itu. Jadi kami mereponsnya dengan literasi, dengan memperkenalkan pengetahuan dan konsep-konsep wayang seluas mungkin, dengan cara yang sederhana dan dapat diterima oleh orang awam sekali pun.
Seiring berjalannya waktu, kami bergerak tidak hanya sebatas untuk merespons anggapan itu, tetapi juga sekaligus memikirkan bagaimana supaya wayang bisa bermanfaat dan memberikan sumbangsih bagi kehidupan sosial, di samping agar bisa dipahami oleh siapa pun dan terlestarikan.
Apa yang dimaksud dengan “merdeka” di sini?
Merdeka yang kami usung di sini adalah bebas dalam berekspresi. Bentuk ekspresinya tidak harus berupa wayang yang punya motif tradisi atau cerita tertentu. Jadi “merdeka” adalah bebas dari pakem dan narasi apa pun. Wayang tidak harus melulu berupa cerita Mahabharata atau Ramayana, tentang Pandawa Lima. Narasi kekinian yang kontekstual juga bisa diwayangkan, dan itu perlu. Misalnya kalau anak-anak senangnya dengan cerita alien, ya, kita bikin wayang alien. Jadi bentuk wayangnya lebih beraneka ragam, tidak yang itu-itu saja.
Kemudian dari sisi bahan pembuatannya, membuat wayang tidak mesti harus dari kulit seperti yang konvensional, tetapi apa saja bisa kita jadikan sebagai bahan pembuat wayang. Artinya kita dinamis. Kita menyesuaikan dengan dinamika zaman.
Apa saja kegiatan Wayang Merdeka?
Sebulan sekali kami mengadakan workshop atau pelatihan, ada atau tidak ada permintaan, tetap kita adakan workshop secara gratis. Tempatnya fleksibel, tidak harus di ruang tertentu. Ruang terbuka, di jalan, di mana pun, akan kami adakan.
Beberapa workshop yang sudah kami adakan itu antara lain di Plaza Ngasem, Worksop Wayang Ranting Daun Singkong, kemudian Workshop Wayang Suket di Titik Nol Km, lalu Workshop Wayang Kardus bekerja sama dengan Komunitas Urban Farming Ledok Code, dan workshop Wayang Anak yang diikuti anak-anak SD Tumbuh di Jogja National Museum.
Dalam workshop -workshop itu peserta belajar banyak hal mengenai wayang, mulai dari cara membuatnya sampai bagaimana memainkannya.
Dalam pelatihan-pelatihan yang kami adakan, kami juga peduli terhadap difabilitas. Seperti kemarin di SD Tumbuh, banyak anak yang belajar itu merupakan difabel. Selain itu, kami juga mengadakan pameran, seperti kemarin ada pameran upcycle art Wayang Alien, dua hari, di Farming Urban Ledok dan di sini (Rumah IVAA), yang mana itu masuk dalam agenda Indonesian UFO Festival 2022.
Siapa saja yang terlibat di Wayang Merdeka?
Yang terlibat adalah para seniman-seniman wayang dan semua orang yang ingin belajar wayang. Tapi kami fokus mengenalkan wayang kepada anak-anak karena mereka adalah generasi penerus yang akan melestarikan kebudayaan. Dengan memperkenalkan wayang kepada anak-anak, kami berharap mereka memikirkan tentang kedalaman-kedalaman dalam hidup ini. Tidak yang artifisial, tidak yang hanya tampak di permukaan, tetapi juga yang ada di kedalaman. Seperti makna dari akar kata wayang itu sendiri–bayangan.
Nilai-nilai apa yang ingin Wayang Merdeka sampaikan kepada anak-anak?
Pada prinsipnya yang ingin kami lakukan adalah bagaimana agar anak-anak mengembangkan imajinasinya. Workshop-workshop yang kami adakan, itu melatih imajinasi, menghidupkan rasa, dan mengajak anak-anak dan peserta peduli terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Nilai-nilai itu kami sampaikan, salah satunya lewat penggunaan bahan untuk pembuatan wayang. Ada dari rumput, ranting daun singkong, sampah plastik, dan bahan-bahan lain yang ada di sekitar kita. Jadi, intinya adalah melatih kreativitas melalui apa yang ada di sekitar kita, dan itu penting untuk melatih anak-anak kita.
Selain itu yang paling penting adalah kami ingin anak-anak, sebagai generasi penerus, bisa melek wayang. Kami ingin mengenalkan wayang dengan cara yang menggembirakan, agar wayang bisa dekat dengan anak-anak dan tidak bersifat elitis. Kalau anak-anak bermain wayang alien, misalnya, itu lebih mudah diterima dan mereka akan gembira mempelajarinya. Kalau anak-anak senang mempelajarinya, kecintaan terhadap wayang mudah-mudahan juga akan tumbuh.
Bagaimana wayang bisa jadi alat edukasi untuk publik?
Yang perlu diketahui soal wayang, selain ada edukasi keseniannya, juga ada pelajaran moral yang disampaikan. Umpamanya, menjauhi permusuhan, pemujaan terhadap kehidupan, pemujaan terhadap semesta. Itu nilai-nilai moralitas yang bisa diungkapkan lewat wayang. Jadi konsep wayang itu ahimsa—tidak ada konflik, tidak ada kekerasan. Moralitas itu penting sebagai landasan untuk kita menjalani kehidupan bersosial.
Jadi, wayang bisa menjadi medium atau sarana untuk menyampaikan edukasi atau pesan kepada publik, melalui cerita yang dibawakan. Misalnya kalau kita mau menyampaikan ke publik agar tidak mencemari lingkungan, itu bisa dilakukan lewat wayang. Persis itulah yang kami usung dalam Upcycle Art Wayang Alien dalam Festival UFO kemarin, di mana diceritakan bahwa alien turun ke bumi sebagai penyelamat, menculik orang-orang yang gagal memahami masalah lingkungan.
Wayang Merdeka juga peduli dengan kelestarian lingkungan, apa saja yang dilakukan?
Problem utama dunia saat ini adalah lingkungan dan kami sangat menyadari hal itu. Kami berangkat dari situ. Teman-teman di sini punya ide-ide kreatif untuk menciptakan sampah menjadi produk kesenian. Kalau bukan sampah, ya, bahan-bahan alami yang tidak mencemari lingkungan–seperti ranting daun singkong dan rumput.
Untuk skala pemanfaatan sampah yang kami lakukan mungkin memang tidak luas secara geografis, tetapi yang terpenting adalah bahwa yang kami lakukan ini bisa menjadi inspirasi untuk tidak membuang sampah sembarangan, untuk memanfaatkan sampah menjadi benda yang berguna atau bermanfaat.
Masalah lingkungan ini salah satunya soal plastik. Karena plastik terurainya lebih lama, dampaknya ke lingkungan lebih bahaya. Bisa dimakan hewan, bisa merusak tanaman, bisa menyebabkan banjir. Makanya kami lebih mengutamakan penggunaan sampah plastik ketimbang jenis sampah yang lain.
Kami juga menjalin kerja sama dengan berbagai komunitas lain yang juga peduli terhadap isu lingkungan, seperti Komunitas Farming Urban Ledok Code itu. Jadi saling berjejaring.
Sejauh mana produk seni budaya, dalam hal ini wayang, bisa menjawab tantangan atau masalah kiwari?
Seperti yang saya katakan tadi, wayang bisa menjawab tantangan lintas zaman melalui nilai-nilai moralistiknya, nilai-nilai kemanusiaan, inklusivisme, dan sebagainya. Banyak nilai-nilai didaktik moralistik di dalam wayang yang dalam konteks kehidupan sosial akan selalu relevan di setiap zaman. Mau semodern apa pun itu. Agar wayang bisa berperan di situ, tentu harus diperkenalkan terlebih dahulu.
Pesan dari Wayang Merdeka dalam kaitannya dengan keberlangsungan hidup dan lingkungan?
Kami berharap apa yang kami lakukan bisa menginspirasi teman-teman di mana pun berada, apapun aktivitasnya, agar bersama-sama merawat lingkungan. Kalau kami memanfaatkan sampah plastik untuk dibikin menjadi wayang, mungkin teman-teman di bidang lain bisa mengubahnya menjadi benda lain yang berguna sesuai bidangnya.
Yang penting dari apa yang Wayang Merdeka lakukan adalah gerakannya. Gerakan sosial itu yang terkadang dilupakan oleh para seniman. Yang sifatnya sosial, mengajari masyarakat, baik anak-anak maupun dalam cakupan yang lebih luas, agar sadar akan keindahan juga sadar lingkungan. Tugas seniman itu bukan hanya menyebarkan hal-hal yang sifatnya artistik, tetapi juga hal-hal yang bersifat sosial, terutama mengedukasi, untuk pendidikan.
Terakhir, pelestarian lingkungan ini kerja kita bersama, kerja berjejaring semua komunitas dan kalangan, bukan Wayang Merdeka saja. Dan itu yang paling penting.
Aktivitas Wayang Merdeka dapat diikuti melalui akun media sosial mereka di Instagram Wayang Merdeka.
Editor: Marlis Afridah
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.