Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Waduk Gajah Mungkur Menjelma Daratan Akibat Kemarau Panjang

Waduk Gajah Mungkur mengalami kekeringan setiap kemarau datang, dan kekeringan adalah bencana iklim yang tidak boleh dibiarkan. Perlu penanganan serius untuk mengatasi masalah ini.
Oleh Abul Muamar
26 September 2023
seorang pria bertopi segitiga dari anyaman menunjuk sebuah sumur tua di tengah lahan waduk yang mengering.

Sutardi menunjuk salah satu sumur tua yang muncul kembali karena Waduk Gajah Mungkur mengering. | Foto: Abul Muamar.

Bukannya genangan air, Waduk Gajah Mungkur menjelma daratan kering sejak pertengahan 2023. Batu-batu bekas fondasi rumah-rumah warga, puing-puing kompleks makam berkijing putih, dan beberapa sumur tua terlihat di beberapa titik di sebelah utara dan barat, tepatnya di Desa Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. Sampan-sampan nelayan yang menganggur terparkir di antara kebun sayur, tanah yang retak-retak, dan rumput-rumput kecil yang tumbuh di beberapa titik yang agak lembab. Hanya ada sedikit genangan air yang tersisa nun di sebelah selatan.

“Ini [kekeringan] agak maju. Biasanya bulan Oktober atau November, tapi ini sudah kering,” ujar Sutardi, seorang warga setempat yang tengah menggembala kambing di lahan waduk yang kering kepada Green Network Asia, 23 September 2023.

Kekeringan Waduk Gajah Mungkur tahun ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Setidaknya dalam satu dekade terakhir, bendungan serbaguna Wonogiri itu mengalami kekeringan rutin setiap tahun. Selain kemarau panjang, kekeringan juga disebabkan oleh pendangkalan yang terakumulasi akibat sedimentasi. Karena kekeringan telah menjadi langganan, warga tanpa ragu memanfaatkan waduk tersebut menjadi lahan pertanian. Mereka menanam padi, jagung, dan sayur-sayuran.

Pembangunan Waduk Gajah Mungkur

Waduk Gajah Mungkur dibangun pada 1976-1981 sebagai bagian dari proyek pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. Pembangunan waduk ini menenggelamkan 51 desa di tujuh kecamatan, dan mentransmigrasikan sekitar 67 ribu warga ke beberapa daerah di Pulau Sumatera. Diresmikan pada 17 November 1981, waduk ini diproyeksikan dapat beroperasi selama 100 tahun.

Dengan luas daerah genangan mencapai 8.800 hektare, air tampungan waduk ini semula dimaksudkan untuk mengairi persawahan di beberapa daerah di Jawa Tengah, meliputi Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, dan Sragen. Selain untuk irigasi dan mengendalikan banjir, waduk ini juga ditujukan untuk PLTA, penyediaan air baku PDAM, perikanan darat, dan pariwisata. 

Kekeringan yang Semakin Parah

Proyeksi tersebut, beserta jangka waktunya, nyatanya jauh panggang dari api. Debit air Waduk Gajah Mungkur terus mengalami penyusutan dari waktu ke waktu. Kemarau panjang akibat cuaca ekstrem, badai El Nino, serta laju sedimentasi yang tak terbendung membuat waduk ini semakin kerontang.

“Pakan ternak jadi agak susah. Biasanya rumput di sini turah-turah (berlebih), tapi ini lihatlah,” kata Sutardi, menunjuk rumput-rumput halus yang tumbuh di antara tanah yang retak.

Selain berdampak terhadap irigasi di Wonogiri dan sekitarnya, keringnya Waduk Gajah Mungkur juga mengancam PLTA Wonogiri dan sumber air minum PDAM Giri Tirta Sari.

Kekeringan turut diperparah dengan kurangnya pepohonan di sekitar waduk. Banyak pohon di tepi waduk yang mengering dan sebagian dijadikan tempat pembuangan sampah. Yang lebih parah, kawasan sabuk hijau (green belt) Waduk Gajah Mungkur mengalami kerusakan akibat penebangan liar.

bebatuan dan puing-puing nisan kuburan dengan latar aliran air dan bebukitan di kejauhan.
Bekas kompleks makam warga di tengah Waduk Gajah Mungkur yang mengering. | Foto: Abul Muamar.

Perlu Penanganan Serius

Warga sekitar Waduk Gajah Mungkur mungkin tidak meratapi keadaan. Di tengah waduk yang mengering dan di bawah sinar matahari yang menyengat, mereka tetap menangkap ikan dan bercocok tanam. Selain air waduk yang tersisa, mereka juga menggunakan air dari sumur-sumur tua yang untungnya tidak ikut surut diterpa kemarau, dengan bantuan alat penyedot air dan selang yang panjangnya sekitar seratus meter. Sumur-sumur itu sudah ada sebelum waduk dibangun dan muncul kembali setiap waduk mengering.

Namun, kekeringan adalah bencana iklim yang tidak boleh dianggap remeh dan dibiarkan. Kekeringan dapat menyebabkan krisis air, mengancam keberlangsungan ekosistem, hingga mengancam ketahanan pangan dan ekonomi; dan karena itu memerlukan penanganan yang serius.

Sejauh ini, yang dilakukan pemerintah adalah melakukan penanaman vetiver (Chrysopogon zizanioides) yang dipadukan dengan tanaman keras dan berbagai tanaman produksi di hulu DAS Keduang. Terang, langkah itu jauh dari kata cukup. Penelitian menyatakan bahwa sistem peringatan dini sangat diperlukan untuk memitigasi dampak dan mengelola risiko bencana. Pemantauan dan prediksi mengenai kekeringan lanjutan merupakan hal yang krusial. Di samping itu, pemahaman tentang ketahanan dan kapasitas ekosistem, serta pemahaman mengenai kekeringan dan krisis iklim secara umum, perlu untuk terus ditingkatkan.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Langkah Pemerintah Dorong Pengelolaan Sampah Perkotaan menjadi Energi
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengulik Dampak Pembangunan Kawasan Industri Takalar

Continue Reading

Sebelumnya: Pinjaman Hijau sebagai Strategi Pembiayaan Berkelanjutan untuk Dukung Pertumbuhan Ekonomi
Berikutnya: Penambahan 200 Tanda untuk Istilah terkait Lingkungan dalam Kosakata Bahasa Isyarat Inggris

Lihat Konten GNA Lainnya

Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia