Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Ancaman Inflasi Harga Pangan terhadap Ketahanan Pangan Dunia

Laporan SOFI 2025 FAO menyoroti inflasi harga pangan sebagai salah satu tren utama yang memengaruhi ketahanan pangan di seluruh dunia.
Oleh Kresentia Madina
5 Agustus 2025
sayuran dan buah-buahan yang dipajang

Foto: Markus Winkler di Unsplash.

Ketahanan pangan bukan sekadar menaruh sembarang makanan ke piring kita; melainkan soal pola makan yang sehat. Namun, ada banyak faktor yang menghambat kemampuan masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi, salah satunya adalah inflasi harga pangan.

Apa Itu Inflasi Harga Pangan?

Menurut laporan Kondisi Ketahanan Pangan dan Nutrisi di Dunia (SOFI) 2025 dari FAO, 32% populasi dunia tidak mampu menjangkau pola makan yang sehat pada tahun 2024. Laporan tersebut menyoroti inflasi harga pangan sebagai salah satu tren utama yang memengaruhi ketahanan pangan di seluruh dunia.

Inflasi harga pangan merujuk pada tingkat pertumbuhan pengeluaran rumah tangga untuk membeli makanan dan minuman non-alkohol selama periode tertentu. Harga pangan sendiri sangat ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Lonjakan permintaan yang tiba-tiba dan gangguan dalam produksi dan distribusi, misalnya, dapat menyebabkan ketidakstabilan harga.

Dalam rentang tahun 2020 hingga 2025, laporan tersebut mencatat bahwa 139 dari 203 negara mengalami inflasi harga pangan di atas 25%. Dari angka ini, inflasi melebihi 25% terjadi di 49 negara, dan melampaui 100% di 25 negara. Keadaan yang mulai pulih setelah berakhirnya Pandemi COVID-19 disebut sebagai salah satu alasan utama inflasi ini menurut laporan tersebut, di mana pemerintah memberikan bantuan keuangan berskala besar sementara ekonomi belum pulih. Hal ini mengakibatkan tingginya permintaan barang, yang berkontribusi pada lonjakan inflasi.

Pada saat yang sama, perang Rusia-Ukraina juga berdampak pada pertanian global. Perang ini menyebabkan kenaikan harga komoditas pertanian penting seperti pupuk dan menyebabkan harga pangan melonjak. Lonjakan ini berkontribusi terhadap 47% inflasi harga pangan di Amerika Serikat dan 35% di negara-negara Eropa. Selain itu, gangguan pertanian akibat faktor cuaca dan perubahan iklim turut memengaruhi hasil panen dan distribusi.

Implikasi terhadap Ketahanan Pangan

Inflasi harga pangan dapat menyebabkan kerawanan pangan yang lebih tinggi dan meningkatkan kasus malnutrisi. Inflasi harga pangan akan mengurangi daya beli rumah tangga, sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan akan makanan bergizi. Kondisi ini semakin parah ketika besaran upah tidak beradaptasi dengan kenaikan harga pangan, yang akan semakin meningkatkan kesulitan bagi rumah tangga, bahkan untuk sementara.

Rumah tangga yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan pokok, biasanya akan menempuh berbagai cara. Yang paling banyak dilakukan adalah membeli makanan yang lebih murah dan kurang bernutrisi, serta mengurangi keragaman pola makan dan frekuensi makan. Laporan tersebut mencatat bahwa kelompok makanan yang lebih padat nutrisi, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan makanan hewani, hampir selalu lebih mahal daripada makanan pokok bertepung. Sementara itu, pola makan sehat harus mencakup beragam makanan, yang semakin sulit diperoleh di tengah inflasi harga pangan.

Mirisnya, sebagian rumah tangga mungkin akan menerapkan siasat yang tak adil. Dalam realitas masyarakat patriarki, jatah makan untuk perempuan seringkali dikurangi. Hal ini akan memperparah kerentanan mereka dan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, seperti anemia pada perempuan dan anak perempuan. Laporan tersebut menemukan bahwa kenaikan harga pangan sebesar 10% berkaitan dengan peningkatan prevalensi wasting (terlalu kurus) sebesar 2,7 hingga 4,3% dan peningkatan wasting parah sebesar 4,8 hingga 6,1% pada anak balita.

Mengatasi Faktor Internal dan Eksternal

Meskipun inflasi harga pangan terjadi di seluruh dunia, yang paling terdampak adalah masyarakat dari negara-negara berpenghasilan rendah. Memperkuat sistem perlindungan sosial nasional yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan nutrisi, seperti bank makanan dan restoran umum, merupakan langkah krusial untuk beradaptasi dengan harga pangan yang sangat fluktuatif. Karena kemampuan membeli makanan berkaitan erat dengan pendapatan, negara juga harus mengatasi masalah pengangguran yang mendesak dan memastikan pendapatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Selain itu, karena ketahanan pangan global bergantung pada pertukaran komoditas antarnegara, memastikan perjanjian perdagangan internasional dan regional yang efektif dapat menjadi stabilisator ketika terjadi guncangan. Pada akhirnya, kerja sama internasional dan kebijakan nasional sangat penting untuk mengatasi masalah mendesak dan memperkuat ketahanan pangan dunia.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Proyeksi Pengembangan dan Peluang Transportasi Energi Terbarukan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Memastikan Distribusi Pendapatan yang Adil sebagai Pilar Keadilan Sosial

Continue Reading

Sebelumnya: Halmahera Wildlife Photography: Ikhtiar Pelestarian Satwa Liar di Maluku Utara Lewat Fotografi
Berikutnya: Menciptakan Lingkungan Kerja yang Ramah Ibu Menyusui

Lihat Konten GNA Lainnya

Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia