Intervensi yang Lebih Kuat untuk Kesehatan Gigi dan Mulut

Foto: Freepik.
Gigi merupakan organ vital yang menunjang keseharian kita. Kesehatan gigi bukan hanya tentang gigi dan mulut yang sehat, tetapi juga menyangkut banyak organ lainnya. Memastikan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Peran Vital Gigi
Gigi sangat penting dan menentukan banyak hal dalam kehidupan seseorang. Selain untuk makan, gigi juga sangat penting untuk berbicara dan tersenyum—aspek psikologis yang mempengaruhi kepercayaan diri dan interaksi sosial. Kesehatan gigi juga menjadi indikator utama kesehatan mulut.
Gangguan terhadap kesehatan gigi dan mulut akan berpengaruh terhadap banyak hal. Gigi yang sakit, entah karena karies (kerusakan gigi), kalkulus (lapisan kotoran yang mengeras), periodontitis (peradangan pada gusi), edentulisme (kehilangan gigi), dan lain sebagainya, dapat menyebabkan seseorang menderita–sulit berkonsentrasi, sulit makan, sulit tidur, dan sulit bicara. Gigi yang sakit dalam waktu berkepanjangan juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental.
Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan mulut, dan kesehatan mulut adalah bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan. Laporan Status Kesehatan Mulut Global WHO tahun 2022 memperkirakan bahwa hampir separuh populasi dunia (45%) mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, mulai dari usia dini hingga lanjut usia. Lebih spesifik, terdapat 2 miliar orang yang menderita karies gigi permanen dan 514 juta anak menderita karies gigi sulung secara global.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut, antar lain konsumsi gula, penggunaan tembakau, penggunaan alkohol, dan kurangnya kebersihan. Selain itu, faktor sosial dan ekonomi juga sangat mempengaruhi. WHO mencatat 3 dari 4 orang yang mengalami penyakit mulut tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Selain masalah pada gigi yang telah disebutkan, ada banyak penyakit lain yang mempengaruhi kesehatan mulut. Beberapa di antaranya adalah kanker mulut, penyakit noma (Cancrum oris) yang banyak menyerang anak-anak yang menderita malnutrisi dan hidup dalam kemiskinan ekstrem, dan trauma oro-dental.
Lebih lanjut, masalah kesehatan gigi dan mulut juga dapat memicu penyakit kardiovaskular. Sebuah penelitian mengungkap bahwa infeksi atau peradangan kronis pada gigi dan gusi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung akibat bakteri. Sementara itu, orang dengan diabetes punya kemungkinan lebih tinggi terkena periodontitis.
Ketimpangan Akses Layanan Kesehatan Gigi
Di Indonesia, 56,9% penduduk berusia ≥ 3 tahun mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut menurut Survei Kesehatan Indonesia 2023. Namun ironisnya, hanya 11,2% yang menjalani pengobatan ke dokter gigi atau tenaga medis untuk mengatasi masalah tersebut. Waktu tunggu yang lama, ketiadaan biaya, dan memilih mengobati sendiri merupakan beberapa alasan utama mengapa hanya sedikit penduduk yang menjalani pengobatan atau perawatan rutin.
Oral Health Country Profile dari WHO juga menunjukkan fakta serupa. Kurangnya kebijakan, tindakan, dan sumber daya yang penting untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut masyarakat turut mempengaruhi kondisi ini, seperti tidak adanya penerapan pajak atas minuman manis dan tidak adanya rencana aksi kesehatan mulut nasional.
Di antara berbagai isu yang muncul, keterbatasan dan ketimpangan akses ke layanan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu yang paling menonjol. Tidak hanya terjadi di wilayah terpencil dan pedesaan, masalah ini juga terjadi di perkotaan. Biaya perawatan rutin yang relatif mahal, ditambah prosedur pelayanan panjang, juga sering menjadi hambatan.
Meningkatkan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pada Mei 2021, Negara-negara Anggota PBB menyepakati resolusi mengenai kesehatan mulut dalam Majelis Kesehatan Dunia ke-74, yang menyerukan perubahan paradigma dalam perencanaan kebijakan kesehatan mulut, dari model konvensional yang bersifat kuratif-restoratif menuju pendekatan promotif dan preventif. Tujuan akhirnya adalah mengurangi dampak lingkungan dari layanan kesehatan di seluruh dunia dan berkontribusi secara aktif terhadap pencapaian Cakupan Kesehatan Semesta (UHC) pada tahun 2030. Resolusi tersebut juga menegaskan bahwa kesehatan mulut harus menjadi bagian dari agenda penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM).
Sebagai langkah dalam implementasi resolusi kesehatan mulut tersebut, Negara-negara Anggota PBB mengadopsi Strategi Global Kesehatan Mulut pada Mei 2022 dalam Majelis Kesehatan Dunia ke-75. Strategi Global Kesehatan Mulut tersebut memiliki enam tujuan strategi, yaitu:
- Meningkatkan komitmen politik dan sumber daya terhadap kesehatan mulut.
- Mempromosikan kesehatan mulut dan pencegahan penyakit mulut.
- Mengembangkan model tenaga kerja yang inovatif dan memperluas pendidikan berbasis kompetensi untuk merespons kebutuhan kesehatan mulut masyarakat.
- Mengintegrasikan pelayanan kesehatan mulut dan memastikan perlindungan finansial dan persediaan penting dalam layanan kesehatan primer.
- Meningkatkan pengawasan dan sistem informasi kesehatan untuk memberikan umpan balik mengenai kesehatan mulut kepada pengambil keputusan.
- Melakukan dan terus memperbarui penelitian yang spesifik mengenai konteks dan kebutuhan yang berfokus pada aspek kesehatan masyarakat dari kesehatan mulut.
Intervensi yang Lebih Kuat
Masalah kesehatan gigi dan mulut pada dasarnya dapat dicegah dengan perawatan rutin yang dilakukan sejak dini. Namun, tidak semua orang menyadari dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut sehingga seringkali tidak membiasakan diri untuk melakukan perawatan. Selain itu, juga tidak semua orang memiliki akses yang cukup ke layanan perawatan gigi dan mulut karena faktor sosial-ekonomi, yang membuat kebiasaan itu tidak ada dalam “kamus” hidup mereka.
Oleh karena itu, perlu ada intervensi skala nasional yang lebih kuat dengan pendekatan yang komprehensif dan inklusif, salah satunya mencakup sosialisasi dan promosi kesehatan gigi dan mulut dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, dan di masyarakat secara luas. Perbaikan sistem layanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi dengan baik juga merupakan faktor kunci dalam hal ini.

Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor di beberapa media tingkat nasional.