Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Mengenal Konsep Pemakaman Ramah Lingkungan untuk Lingkungan yang Lebih Sehat

Pemakaman ramah lingkungan (green burials) menawarkan proses pemakaman dengan metode dan material yang ramah lingkungan.
Oleh Titis Fitriani
10 Juni 2024
Pemakaman, dilihat dari jauh.

Foto: Melissa Mullin di Unsplash.

Selama ribuan tahun, manusia telah menyiapkan tempat-tempat khusus untuk memakamkan orang-orang yang telah meninggal dunia. Namun tahukah Anda, proses pemakaman konvensional dapat membawa berbagai  dampak buruk terhadap lingkungan? Terkait hal ini, konsep pemakaman ramah lingkungan dapat menjadi solusi.

Dampak Lingkungan Pemakaman Konvensional

Pemakaman berkaitan erat dengan budaya serta keyakinan suatu masyarakat. Karena itu, dampaknya terhadap lingkungan sangat jarang dipertanyakan. Kenyataannya, pemakaman konvensional berdampak buruk terhadap lingkungan, mulai dari degradasi tanah, pencemaran air, hingga ancaman penyebaran penyakit. Pengawetan jenazah, misalnya, dapat mencemari tanah dan air sekitar pemakaman dari penggunaan zat-zat kimia seperti formaldehida, fenol, metanol, dan gliserin.

Selain itu, pemakaman konvensional umumnya menggunakan banyak material yang tidak ramah lingkungan yang dikubur bersama jenazah. Contohnya, peti mati yang terbuat dari besi atau logam. Material tidak ramah lingkungan ini sangat sulit terurai, serta mengeluarkan sejumlah zat kimia, mencemari tanah dan air di sekitarnya.

Pemakaman konvensional juga membutuhkan lahan yang sangat luas. Pada beberapa pemakaman tertentu yang dikenal dengan “Memorial Park”, dibutuhkan sangat banyak air, pupuk kimia, dan pestisida, untuk menjaga tampilan pemakaman agar tetap hijau dan asri. Bahan-bahan kimia ini, sekali lagi, dapat mencemari tanah dan air, serta berdampak pada kehidupan hewan liar di sekitar pemakaman.

Selain itu, pemakaman di lokasi dan kondisi tanah yang buruk (seperti berpasir atau berkerikil) juga dapat menimbulkan ancaman polusi dan penyakit bagi masyarakat di sekitarnya karena proses penguraian jasad yang tidak berlangsung dengan baik.

Kremasi juga memberi dampak lingkungan yang tidak lebih baik. Dalam prosesnya, kremasi yang umumnya menggunakan tenaga gas, dapat menghasilkan emisi karbon dalam jumlah yang tidak sedikit dari proses pembakaran, serta dapat melepaskan zat kimia lainnya yang berasal dari jenazah manusia. Satu kali kremasi diperkirakan menghasilkan 535 pon CO2, setara perjalanan mobil sejauh 974 km dengan mobil berukuran rata-rata.

Mengenal Pemakaman Ramah Lingkungan

Sebuah papan kayu di kuburan konservasi, bertuliskan “The Forest Conservation Burial Ground” dan “Open from dawn to dusk”.
The Forest Conservation Burial Ground, Ashland, Oregon, Amerika Serikat. | Foto: Dokumentasi Conservation Burial Alliance.

Pemakaman ramah lingkungan atau green burials bertujuan utama untuk mengurangi dampak lingkungan dari proses pemakaman. Beberapa prinsip pemakaman ramah lingkungan, di antaranya:

  • Penggunaan kain kafan atau peti yang dapat terurai (biodegradable casket). Peti mati yang dapat terurai mulai banyak diproduksi, dengan bahan baku bambu maupun kayu yang tidak dipernis.
  • Pemakaman jenazah dilakukan di lokasi khusus yang disebut natural burial grounds (kuburan alami), yang sekaligus mendukung konservasi lingkungan.
  • Tidak menggunakan bahan kimia berbahaya dalam proses pengawetan jenazah. 
  • Menggunakan nisan yang bahan bakunya ramah lingkungan, seperti potongan kayu sederhana.
  • Upacara pemakaman dilakukan dengan sederhana, sedikit menghasilkan sampah.

Ragam Praktik Pemakaman Ramah Lingkungan di Dunia

Meski masih sedikit, pemakaman ramah lingkungan mulai populer di berbagai lokasi di dunia. Dalam praktiknya, pemakaman ramah lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, di antaranya:

  • Pemakaman Natural (Natural Burials), yang mendorong keluarga menggunakan kain kafan serta perawatan jenazah yang minim bahan kimia.
  • Pemakaman Konservasi (Conservation Burial), yang mendorong keluarga untuk menguburkan jenazah pada suatu lahan khusus yang umumnya berupa hutan konservasi, di mana jenazah akan dimakamkan secara sederhana dan keluarga atau pengunjung dapat menanam pohon sebagai tanda kuburan seseorang.
  • Pengomposan Jenazah (Human Composting), yang cara kerjanya mirip dengan proses pengomposan pada umumnya, namun menggunakan teknologi dan etika perawatan khusus. Metode ini, selain ramah lingkungan, juga menghemat lahan untuk pemakaman karena tidak dibutuhkan lahan yang luas.
  • Aquamation (Water Cremation), yaitu kremasi jenazah menggunakan 95% air dan 5% sodium hidroksida. Hasil dari kremasi air ini adalah bubuk yang berasal dari tulang jenazah, sama seperti yang dihasilkan dalam proses kremasi konvensional. Perbedaannya, kremasi air tidak menghasilkan emisi karbon dan membutuhkan energi lebih sedikit. Sama seperti pengomposan jenazah, kremasi air juga tidak membutuhkan lahan untuk pemakaman.

Di tengah krisis iklim yang memaksa kita untuk bertindak lebih dalam menjaga kelestarian lingkungan, konsep pemakaman ramah lingkungan ini mungkin dapat diarusutamakan. Konsep ini juga perlu didukung dengan konsep berkabung yang sederhana, tidak bermewah-mewah, serta minim limbah, dan berfokus pada upacara mengingat dan mengenang mendiang. Namun, pengurangan dan pencegahan pencemaran lingkungan harus dilakukan pula melalui upaya-upaya lain, utamanya dengan mengadopsi gaya hidup berkelanjutan.
Editor: Abul Muamar


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Titis Fitriani
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Titis adalah Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan program sarjana Ilmu Hukum di Universitas Brawijaya. Ia memiliki passion di bidang penelitian lintas disiplin, penulisan, dan pengembangan komunitas.

  • Titis Fitriani
    https://greennetwork.id/author/titisfitriani/
    Meningkatkan Kualitas Kesehatan Difabel di Lamongan melalui Program TAS MANTRI
  • Titis Fitriani
    https://greennetwork.id/author/titisfitriani/
    PMA Pendidikan ‘Widyalaya’ untuk Tingkatkan Akses dan Inklusivitas Pendidikan
  • Titis Fitriani
    https://greennetwork.id/author/titisfitriani/
    Meningkatkan Kualitas Pendidikan Vokasi melalui Pendanaan
  • Titis Fitriani
    https://greennetwork.id/author/titisfitriani/
    Upaya Sumba Sustainable Solutions Tingkatkan Akses Listrik di Pedalaman Sumba

Continue Reading

Sebelumnya: Menengok Sawah Rendah Emisi di Delta Mekong
Berikutnya: Fitriani Bintang Akaseh, ASN yang Bekerja Melampaui Kewajiban untuk Pemberdayaan Masyarakat

Artikel Terkait

beberapa orang mendayung perahu di permukiman saat banjir. Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia

Oleh Andi Batara
7 Juli 2025
sayur selada di pipa hidroponik Upaya UEA Capai Kemandirian Pangan melalui Plant the Emirates
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Upaya UEA Capai Kemandirian Pangan melalui Plant the Emirates

Oleh Attiatul Noor
7 Juli 2025
lahan kering dengan sebuah pohon di kejauhan Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam

Oleh Abul Muamar
4 Juli 2025
miniatur bangunan dan cerobong yang mengeluarkan asap GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi

Oleh Kresentia Madina
4 Juli 2025
sekelompok orang berfoto bersama dengan sebagian berdiri dan sebagian berjongkok. Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene

Oleh Ihsan Tahir
3 Juli 2025
Serpihan arang dan serbuk arang Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi

Oleh Ayu Nabilah
3 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.