Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Meningkatnya Tren Gaya Hidup Berkelanjutan di Dunia, Bagaimana di Indonesia?

Gaya hidup berkelanjutan tidak selalu harus melibatkan “cara-cara baru" atau segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumsi, melainkan juga dapat berupa praktik-praktik tradisional, teknologi kuno, dan pola hidup “sederhana” yang tidak terlalu konsumtif.
Oleh Abul Muamar
1 Agustus 2024
seorang pria membaca buku di tempat terbuka di antara ilalang

Foto: Ben White di Unsplash.

Selama berabad-abad, aktivitas manusia telah menyebabkan berbagai kerusakan di muka Bumi. Mulai dari pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan hingga praktik industri yang tidak bertanggung jawab dan eksploitasi sumber daya alam atas nama pengembangan ekonomi, semuanya telah menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan yang akhirnya menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Seiring meningkatnya risiko atas krisis yang terjadi, penerapan gaya hidup berkelanjutan menjadi semakin penting. Laporan Healthy & Sustainable Living 2023 yang dirilis oleh lembaga riset GlobeScan menunjukkan adanya tren peningkatan gaya hidup berkelanjutan di banyak negara meski tidak signifikan.

Gaya Hidup yang Berdampak Buruk

Selama ini, disadari atau tidak, ada banyak kebiasaan yang dapat menimbulkan berbagai dampak buruk; tidak hanya terhadap lingkungan, tetapi juga terhadap perekonomian, kesehatan, dan keberlangsungan hidup makhluk hidup lainnya. Beberapa contoh gaya hidup tersebut adalah:

  • Penggunaan plastik sekali pakai. Di antara kita, mungkin sudah tidak terhitung lagi berapa banyak plastik yang kita gunakan yang akhirnya menjadi sampah, baik itu berakhir di TPA ataupun di sungai dan laut. Banyak dari sampah plastik itu yang merupakan plastik sekali pakai. Plastik-plastik tersebut telah menimbulkan berbagai dampak buruk yang signifikan. Pencemaran air sungai dan laut, kematian ikan-ikan, dan kerusakan ekosistem laut, termasuk tiga hal yang paling sering kita saksikan.
  • Membuang makanan. Di seluruh dunia, banyak orang yang tidak menghabiskan makanan, bahkan ada yang sengaja melakukannya demi menghindari stigma rakus, terutama saat menghadiri sebuah pesta. Ironisnya, masih banyak orang di seluruh dunia yang kekurangan makanan dan mengalami kelaparan akut. Kabar buruknya, Indonesia termasuk salah satu negara yang menghasilkan sampah makanan terbesar di dunia setiap tahunnya.
  • Penggunaan kendaraan pribadi. Di dunia modern, mobilitas setiap orang pada umumnya cukup tinggi, terutama mereka yang hidup di wilayah perkotaan. Sayangnya, banyak orang yang memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding transportasi umum karena alasan lebih fleksibel dan nyaman. Tingginya angka kendaraan di jalan telah menyumbangkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah signifikan setiap tahunnya.
  • Penggunaan pendingin. Untuk melawan suhu Bumi yang semakin panas, banyak orang di seluruh dunia yang menggunakan pendingin. Namun, penggunaan pendingin untuk menangkal panas merupakan sebuah paradoks. Di satu sisi, pendingin memang menyelamatkan banyak orang dari kematian akibat cuaca ekstrem; namun di sisi lain, pendingin juga menjadi kontributor signifikan emisi GRK. Tidak hanya soal emisi, penggunaan pendingin juga mempertegas ketimpangan yang terjadi di seluruh dunia.

        Tren Gaya Hidup Berkelanjutan

        Melibatkan hampir 30.000 responden di 31 pasar di 23 negara, termasuk Indonesia, laporan Healthy & Sustainable Living 2023 mengeksplorasi sejumlah perubahan positif terkait gaya hidup. Beberapa kebiasaan yang menunjukkan tren peningkatan dibanding tahun 2019 antara lain: membawa tas belanja sendiri (67% dari 63%), daur ulang sampah (59% dari 53%), menghindari penggunaan plastik sekali pakai (46% dari 42%), dan membeli produk organik (41% dari 37%).

        Namun, meski terdapat tren peningkatan, gaya hidup berkelanjutan belum menjadi arus utama secara global karena sejumlah hambatan. Tingginya biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan merupakan salah satu faktor utama. Produk-produk yang lebih sehat dan ramah lingkungan pada umumnya dijual dengan harga yang lebih tinggi, termasuk buah-buahan dan ikan segar, terutama jika dibandingkan dengan harga makanan instan dan ultra-olahan.

        Sebanyak 49% orang mengatakan kurangnya keterjangkauan menghalangi mereka untuk menjalani gaya hidup sehat dan berkelanjutan. Selain itu, 60% orang mengatakan bahwa mereka sangat ingin mengubah gaya hidup mereka menjadi lebih sehat, namun hanya 30% yang mampu melakukan “perubahan besar”.

        Di Indonesia sendiri, belum ada data yang memadai dan komprehensif terkait penerapan gaya hidup berkelanjutan. Sejumlah penelitian yang telah ada hanya menyediakan data parsial berdasarkan wilayah atau kebiasaan spesifik seperti perilaku membuang makanan, pemanfaatan ulang sampah plastik, dan penggunaan kendaraan pribadi. Namun, keadaannya diperkirakan tidak berbeda dengan tren yang berlangsung secara global.

        “Orang-orang tidak mengubah perilaku mereka sesuai skala yang dibutuhkan menurut sains. Aksi-aksi yang lebih berdampak, seperti mengutamakan konsumsi sayuran ketimbang daging, atau mengutamakan beli barang bekas dibanding barang baru, masih belum banyak dilakukan,” kata tim GlobeScan dalam laporan tersebut.

        Perlu Intervensi

        Bertolak dari data dan temuan tersebut, tim peneliti GlobeScan menilai bahwa perubahan yang berarti hanya mungkin dicapai dengan intervensi pemerintah dan komitmen yang kuat dari dunia usaha. Sebanyak 72% konsumen yang diwawancarai dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa mereka menginginkan lebih banyak informasi tentang bagaimana perusahaan membuat produk mereka lebih baik bagi lingkungan. Untuk membantu mengarusutamakan gaya hidup berkelanjutan, seluruh pihak dapat mengikuti kerangka kerja yang dirilis oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) yang mencakup aspek utama seperti makanan, perumahan, mobilitas, produksi dan konsumsi, serta pemanfaatan waktu luang.

        “Konsumen tak bisa diharapkan untuk mencapai perubahan perilaku skala besar karena ada faktor-faktor di luar kendali mereka seperti kendala keuangan dan infrastruktur…. Untuk itu, kita perlu mengubah pendekatan, yang bukan lagi mengandalkan tanggung jawab konsumen untuk membuat pilihan yang tepat, melainkan mendorong peran perusahaan untuk membuat konsumen hidup lebih baik dan berkelanjutan. Konsumen tidak harus memikirkan hal ini sendiri, melainkan bisa mengandalkan pemerintah untuk melakukan perubahan sistemik yang diperlukan dengan dukungan dunia usaha,” tulis tim GlobeScan.

        Pada akhirnya, mendukung gaya hidup berkelanjutan memerlukan pemahaman tentang berbagai kebudayaan yang unik dan spesifik, sehingga tidak ada rumusan atau pola yang dapat diseragamkan secara universal. Perlu juga dipahami bahwa bahwa apa yang disebut “gaya hidup berkelanjutan” tidak selalu harus melibatkan “cara-cara baru” atau segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumsi. Praktik-praktik tradisional, teknologi kuno, dan pola hidup “sederhana” tanpa terlalu konsumtif juga dapat memberikan pelajaran penting dalam merumuskan solusi skala besar. Sekali lagi, menerapkan gaya hidup berkelanjutan bukan hanya tentang menyelamatkan lingkungan, melainkan juga untuk mendukung kehidupan yang baik tanpa meninggalkan seorang pun di belakang.

         

        Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

        Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

        Pilih Paket Langganan Anda

        Abul Muamar
        Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

        Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

        • Abul Muamar
          https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
          Demokrasi yang Cacat di Indonesia: Kebebasan Berpendapat di Bawah Ancaman Kekerasan Aparat
        • Abul Muamar
          https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
          Ketimpangan, Pengangguran, hingga Korupsi yang Merajalela: 6 Isu Sosial yang Mendesak untuk Diatasi
        • Abul Muamar
          https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
          Dunia yang Kian Gemerlap dan Kelap-kelip Kunang-Kunang yang Kian Lenyap
        • Abul Muamar
          https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
          Peta Jalan Dekarbonisasi Industri untuk Tekan Emisi di Subsektor Intensif-Energi

        Continue Reading

        Sebelumnya: Krisis Air Dunia yang Kian Mengkhawatirkan
        Berikutnya: Urgensi untuk Mengatasi Kehamilan Remaja di Seluruh Dunia

        Lihat Konten GNA Lainnya

        ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
        • GNA Knowledge Hub
        • Ikhtisar

        Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

        Oleh Seftyana Khairunisa
        12 September 2025
        Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
        • GNA Knowledge Hub
        • Soft News

        Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

        Oleh Attiatul Noor
        12 September 2025
        pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
        • GNA Knowledge Hub
        • Komunitas

        Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

        Oleh Dilla Atqia Rahmah
        11 September 2025
        Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
        • GNA Knowledge Hub
        • Soft News

        Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

        Oleh Dinda Rahmania
        11 September 2025
        foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
        • GNA Knowledge Hub
        • Ikhtisar

        Jerat Kemiskinan di Perkotaan

        Oleh Seftyana Khairunisa
        10 September 2025
        seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
        • GNA Knowledge Hub
        • Soft News

        Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

        Oleh Attiatul Noor
        10 September 2025

        Tentang Kami

        • Surat CEO GNA
        • Tim In-House GNA
        • Jaringan Penasihat GNA
        • Jaringan Author GNA
        • Panduan Artikel Opini GNA
        • Panduan Konten Komunitas GNA
        • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
        • Program Magang GNA
        • Pedoman Media Siber
        • Ketentuan Layanan
        • Kebijakan Privasi
        © 2021-2025 Green Network Asia