Transformasi Guru dan Sistem Tenaga Kerja Pendidikan
Foto oleh Jordan Rowland di Unsplash.
Jujur saja, seberapa suka kita kepada guru-guru kita akan memengaruhi sikap kita terhadap mata pelajaran yang mereka ajar di sekolah, bukan? Pendidikan, anak muda, dan guru saling berkaitan erat. Pandemi COVID-19 menguak dan memperdalam celah-celah dalam sistem pendidikan, termasuk yang menyebabkan guru kelelahan, burn-out, dan berhenti.
Dalam Sidang Umum PBB ke-77 di New York, Transforming Education Summit menyoroti topik guru, belajar-mengajar, dan tenaga pendidik dalam Jalur Aksi Tematik (Thematic Action Track 3/AT3).
Masalah Utama
Krisis pendidikan global menyebabkan digitalisasi yang cepat dan menambah ketimpangan. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, 70% anak berusia 10 tahun tidak dapat membaca dan memahami cerita sederhana.
“Alih-alih menjadi pendorong besar, pendidikan dengan cepat mengkotak-kotakkan,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Ia yakin bahwa guru adalah tulang punggung sistem pendidikan yang baik, tetapi perlu ada perubahan mendasar. Ia menyesalkan, “Guru sering kali kurang terlatih, kurang dihargai, dan dibayar rendah, dan terhambat oleh peran, metode, dan alat pengajaran yang sudah ketinggalan zaman.”
Karenanya, Makalah Diskusi AT3 telah mengidentifikasi empat tantangan utama dalam sistem tenaga kerja pendidikan:
- Kekurangan personel
- Kesulitan dalam memastikan kualifikasi yang memadai, keterampilan, dan kebutuhan pengembangan profesional tenaga pengajar
- Status dan kondisi kerja yang kurang memadai
- Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan guru, otonomi, dan inovasi
Ekspektasi, Tujuan, dan Harapan
Tenaga kependidikan terdiri dari guru dan tenaga kependidikan lainnya, termasuk administrator, pelatih, tenaga pendukung pendidikan, dan pekerja pendidikan formal atau informal. Menurut Education 2030: Incheon Declaration, mereka perlu diberdayakan, direkrut secara layak, terlatih dengan baik, dan memenuhi kualifikasi profesional untuk mengubah pendidikan. Selain itu, mereka harus dimotivasi dan didukung dalam sistem yang dikelola dengan baik, efisien, dan efektif.
Ditambah lagi, laporan ILO tentang masa depan pekerjaan mengungkap perluasan peran guru. Selain sebagai penyalur pengetahuan (knowledge provider), guru juga harus menjadi produsen pengetahuan (knowledge producer). Guru diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap dunia. Dengan demikian, guru harus menguasai topik-topik seperti kesehatan, pedagogi transformatif gender dan pengajaran untuk aksi iklim, keberlanjutan, kewarganegaraan global, serta “keterampilan abad ke-21” sebagai bekal.
“Mereka harus mengenalkan pembelajaran berdasarkan pengalaman, penelitian, dan rasa ingin tahu; mengembangkan kapasitas, kesenangan, dan disiplin untuk memecahkan masalah,” kata Guterres.
Betapa tingginya harapan yang dipikul oleh guru. Tentu, 80 juta guru di seluruh dunia adalah pahlawan, tetapi mereka bukan manusia super. Perlu ada sistem yang sehat untuk mendukung mereka sehingga guru dapat memenuhi peran mereka sebagai agen perubahan. Makalah Diskusi AT3 memberi gambaran sistem tenaga kerja pendidikan yang efektif dengan memecahkan masalah utama:
- Setiap negara memiliki guru yang terlatih dan berkualitas serta profesional pendidikan lainnya dalam jumlah yang tepat, di tempat yang tepat, dengan keterampilan yang tepat.
- Semua guru menjalani pelatihan awal yang berkualitas dan pengembangan profesional berkelanjutan sepanjang karier mereka.
- Setiap guru, pemimpin sekolah, dan pekerja pendidikan lainnya memiliki status profesional yang sah, dapat berpartisipasi dalam dialog sosial dan kebijakan, dan bekerja dalam kondisi yang memungkinkan mereka untuk menjadi efektif dan mengubah pendidikan dari dalam.
- Guru dan tenaga pendidikan profesional lainnya diberdayakan untuk memimpin pembelajaran, berinovasi, dan memanfaatkan penelitian yang relevan.
Transformasi menyangkut tenaga kerja pendidikan ini semakin dibutuhkan. Dalam menghadapi pandemi global, tantangan perubahan iklim, konflik, dan krisis lainnya, guru harus mampu beradaptasi.
Transformasi Guru dan Pendidikan
Setelah proses konsultasi global, catatan online pada draft makalah diskusi, dan masukan yang diterima selama Pra-KTT di Paris pada Juni 2022, AT3 merekomendasikan sepuluh strategi konkret untuk menciptakan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengubah pendidikan. Strategi ini menyasar area yang perlu dikembangkan, didukung, dipromosikan, dan diprioritaskan, yaitu:
- Kebijakan nasional yang komprehensif untuk guru dan tenaga pendidik
- Kerangka standar dan kompetensi untuk para guru, termasuk integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ke dalam pendidikan dan praktik guru
- Mekanisme sertifikasi dan program peningkatan berkelanjutan tenaga pengajar dalam jabatan
- Pendekatan berbasis tim untuk mendukung proses belajar-mengajar
- Pemberdayaan kepemimpinan, motivasi, dan inovasi
- Dialog sosial yang sehat dan partisipasi guru dalam pengambilan keputusan pendidikan
- Strategi reformasi nasional yang terintegrasi dan tata kelola fungsional yang efektif
- Pelibatan pengungsi dan guru lain pada situasi krisis dalam sistem manajemen dan pengembangan guru nasional
- Pendidikan keuangan seperti yang dilakukan dalam Call to Action on Education Finance (2021)
- Dukungan tambahan bagi para guru dalam Pelatihan Pendidikan Teknik dan Kejuruan dan Pembelajaran Seumur Hidup
Pada KTT tersebut, sepertiga dari negara yang hadir telah berkomitmen untuk mendukung kesehatan mental dan sosial siswa dan guru. Ini baru permulaan.
Jalan mengubah sistem pendidikan masih panjang. Organisasi guru dan tenaga pendidik global, nasional, dan regional harus bersatu dan berpartisipasi aktif dalam proses tindak lanjut, termasuk mengamankan keuangan, mengembangkan kebijakan, dan memantau.
Penerjemah & Editor: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Naz adalah Manajer Editorial Asia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network Asia dan Reviewer untuk Green Network ID.