Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Dedikasi OIC Menyelamatkan Orangutan di Pulau Sumatera

Orangutan Information Center (OIC) telah menyelamatkan 223 orangutan, termasuk yang disita dari kepemilikan pribadi, dan memulihkan 2.629 hektare lahan terdegradasi di Ekosistem Leuser.
Oleh Abul Muamar
6 Oktober 2022
dua anak orangutan bermain-main di ranting pohon.

Foto oleh Stuart Jansen di Unsplash.

Orangutan merupakan salah satu satwa ikonik Indonesia yang dilindungi. Hewan endemik Indonesia ini memiliki peran vital dalam menjaga kesehatan ekosistem hutan tropis dengan menyebar biji berbagai jenis pohon.

Namun, orangutan berada di bawah bayang-bayang kepunahan. Berdasarkan daftar merah IUCN, tiga spesies orangutan yang ada di Indonesia (orangutan Sumatera, orangutan Kalimantan, dan orangutan Tapanuli) berstatus Kritis. Hal ini terutama akibat kerusakan atau hilangnya hutan yang merupakan habitat asli mereka.

Melihat kenyataan itu, Orangutan Information Center (OIC) bergerak untuk menjalankan misi penyelamatan orangutan dan habitat hutan mereka di Pulau Sumatera. NGO ini berdedikasi bersama masyarakat lokal yang hidup berdampingan dengan habitat asli orangutan di wilayah Ekosistem Leuser dan Batang Toru, Tapanuli Selatan.

Bukan Hanya tentang Orangutan

OIC didirikan pada tahun 2001 oleh Panut Hadisiswoyo. Salah satu gerakan yang dilakukan oleh OIC adalah menangani konflik orangutan-manusia melalui Human-Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU). Seiring waktu, OIC juga berfokus pada perlindungan satwa liar, rehabilitasi habitat, restorasi kawasan hutan yang terdegradasi, pemberdayaan masyarakat melalui pertanian berkelanjutan, serta membangun kolaborasi berkelanjutan dengan institusi pemerintahan dan berbagai organisasi untuk mendorong penegakan hukum terhadap kejahatan menyangkut hutan.

Sejak 2008, OIC mempelopori program restorasi hutan di lahan yang terdegradasi di Ekosistem Leuser, di mana lebih dari 2.390 hektare hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi dibuka secara ilegal untuk pengembangan perkebunan. Dalam hal ini, OIC telah mereklamasi perkebunan ilegal dengan menebang lebih dari 15.000 pohon kelapa sawit, 5.000 pohon karet, dan banyak tanaman ilegal lainnya. 

OIC mengembalikan hutan dengan menanam kembali lebih dari 2,2 juta bibit dari 97 spesies pohon asli di lebih dari 800 hektare hutan di dalam dan di luar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Setiap hektare lahan kritis ditanami dengan sekitar 1.100 bibit dari 20-30 spesies pohon yang berbeda.

Memberdayakan Masyarakat

Untuk pemberdayaan masyarakat, OIC membantu menyediakan mata pencaharian alternatif melalui pertanian berkelanjutan. Dalam hal ini, OIC membentuk Community Agroforestry, Reforestationn and Education (CARE) untuk mendorong terciptanya desa-desa yang dapat menjadi model kehidupan yang berorientasi pada konservasi. OIC mengenalkan pendidikan lingkungan, kesadaran, dan perlindungan habitat. CARE menyasar sejumlah komunitas yang hidup berdampingan dengan habitat orangutan. 

Sejak tahun 2001, sekitar 6.164 petani di 53 desa di kawasan Ekosistem Leuser dilibatkan dalam berbagai program pelatihan pendidikan untuk meningkatkan praktik pertanian berkelanjutan. Bekerja sama dengan Orangutan Republik Foundation, OIC juga mengimplementasikan skema Orangutan Caring Scholarship (OCS) untuk mendukung studi yang dibutuhkan tentang ekologi dan konservasi orangutan di Sumatera. 

Selain itu, OIC juga membentuk The Forest and Wildlife Patrol Unit (ForWPU) untuk mendorong partisipasi masyarakat lokal untuk terlibat dalam upaya konservasi dan perlindungan hutan dengan membantu proses hukum terhadap tindak pidana yang terjadi di kawasan Ekosistem Leuser. 

Pencapaian OIC

Untuk mengukur keberhasilan dan dampak dari gerakan yang mereka lakukan, OIC juga melakukan riset dan survei berdasarkan data. Berikut beberapa yang sudah dilakukan OIC dari 2012 hingga 2020:

  • Menyelamatkan 223 orangutan (ditranslokasi dan disita dari kepemilikan pribadi).
  • Memulihkan 2.629 Ha lahan terdegradasi di Ekosistem Leuser sejak 2008 hingga 2020.
  • Menanam 2.523.352 bibit pohon untuk memulihkan lahan yang terdegradasi.
  • Memberikan beasiswa kepada mahasiswa dari Aceh dan Sumatera Utara setiap tahun sejak 2006.
  • Membantu mengadili 46 kasus pidana hutan, bekerja sama dengan Badan Konservasi Nasional. 
  • Melatih 6.229 komunitas masyarakat tentang konflik manusia-orangutan, pertanian organik, dan restorasi hutan.

Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Abul Muamar
Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor di beberapa media tingkat nasional.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengulik Dampak Lingkungan dan Kesehatan dari Industri Nikel di Teluk Weda
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Kolaborasi Indonesia-PBB dalam Penyediaan Lapangan Kerja dan Perlindungan Sosial
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Sekolah Lansia dan Hal-Hal yang Diperlukan untuk Mendukung Kesejahteraan Lansia

Continue Reading

Sebelumnya: Transformasi Guru dan Sistem Tenaga Kerja Pendidikan
Berikutnya: Memperkuat Platform Riset Ilmu Iklim di Negara Berkembang

Artikel Terkait

seekor orangutan duduk di ranting pohon di hutan GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Oleh Abul Muamar
20 Juni 2025
mesin tik dengan kertas bertuliskan “artificial intelligence” Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
  • Kabar
  • Unggulan

Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab

Oleh Ayu Nabilah
20 Juni 2025
Pulau-pulau kecil di tengah laut Raja Ampat Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

Oleh Andi Batara
19 Juni 2025
bunga matahari yang layu Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana

Oleh Kresentia Madina
19 Juni 2025
tulisan esg di atas peta negara ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Opini
  • Unggulan

ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?

Oleh Setyo Budiantoro
18 Juni 2025
beberapa megafon terpasang pada pilar Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik

Oleh Kresentia Madina
18 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.