Kesejahteraan Hewan dalam Pembangunan Berkelanjutan
Keberadaan hewan telah mengiringi perjalanan hidup manusia sejak dahulu kala. Mereka hadir sebagai teman, pekerja, objek hiburan, objek eksperimen, hingga sumber makanan—kadang dengan pasrah, dan kadang dengan sedikit perlawanan yang sia-sia. Namun, dalam berbagai urusan manusia, kesejahteraan hewan seringkali diabaikan. Hewan-hewan sering diperlakukan dengan buruk dan bahkan mengalami kekerasan sehingga membuat mereka menderita. Demi kebaikan bersama, penting untuk mendukung kesejahteraan hewan dalam berbagai kepentingan manusia.
Masalah Kesejahteraan Hewan
Mengatasi masalah kesejahteraan hewan bukanlah perkara mudah. Bahkan ketika gerakan dan kampanye telah mencuat secara global, masih banyak orang yang tetap memperlakukan hewan dengan buruk. Di berbagai tempat, hewan-hewan dikurung di kebun binatang yang hanya mementingkan keuntungan dan tidak mematuhi etika pelestarian satwa, dan biasanya mereka adalah satwa-satwa liar dan langka.
Pada saat yang sama, hewan-hewan lainnya dijadikan sebagai alat untuk mencari uang dan sarana rekreasi, seperti andong kuda, gerobak sapi, dan topeng monyet. Di alam bebas, hewan-hewan liar diburu untuk diperjualbelikan, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Sebagian dari mereka dijadikan hewan peliharaan dan menjalani sisa hidup dengan kondisi yang sepenuhnya berbeda dari habitat asli mereka.
Di sudut-sudut yang lain, jutaan hewan ternak ditempatkan di dalam kandang yang sempit, dan seringkali mereka tidak punya cukup ruang untuk sekadar membalikkan badan dan melakukan perilaku-perilaku alamiah mereka. Demi memenuhi kuota permintaan pasar, produksi daging, telur, dan susu mereka digenjot dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Di dalam laboratorium-laboratorium penelitian biomedis, hewan-hewan rentan menjadi objek eksperimen tanpa penerapan etika penelitian. Etika penelitian yang dimaksud adalah menghargai kehidupan hewan (respect), melakukan analisis manfaat dan kerugian (beneficiary), dan memenuhi rasa keadilan (justice).
Tidak sampai di situ, hewan-hewan peliharaan dan hewan pendamping pun juga tidak luput dari masalah kesejahteraan. Hewan peliharaan dan hewan pendamping yang kurang mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari pemiliknya, biasanya sering menderita rasa lapar hingga rasa takut dan stres.
Prinsip-prinsip Kebebasan
Di Indonesia, kesejahteraan hewan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 95 Tahun 2012. Menurut peraturan tersebut, kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.
Seekor hewan dianggap merasakan kesejahteraan jika hidup sehat, nyaman, bergizi baik, aman, tidak mengalami kondisi yang tidak menyenangkan seperti kesakitan dan ketakutan, serta dapat mengekspresikan perilaku alamiah yang penting bagi kondisi fisik dan mental mereka.
Kesejahteraan hewan juga mencakup pencegahan penyakit dan perawatan yang tepat, tempat berlindung, nutrisi yang baik, lingkungan yang mendukung dan aman, serta perlakuan yang baik—termasuk saat pengangkutan dari kandang, pengiriman ke rumah jagal, hingga proses penyembelihan untuk hewan ternak.
Terdapat lima prinsip kebebasan sebagai panduan untuk mendukung kesejahteraan hewan yang diakui dunia, yakni:
- Bebas dari rasa lapar dan haus. Dapat dilakukan dengan pemberian pakan dan minum yang ad libitum dan memberikan kemudahan bagi hewan dalam mengakses pakan dan minum dalam waktu kapan pun. Jenis pakan yang diberikan mesti sesuai dengan pakan alami mereka dengan kandungan nutrisi yang seimbang.
- Bebas dari rasa tidak nyaman. Dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan hewan akan tempat tinggal yang sesuai. Temperatur, kelembaban, ventilasi, dan pencahayaan mesti dibuat sesuai dengan kondisi alamiah hewan yang bersangkutan. Untuk jenis-jenis hewan yang hidupnya berkelompok, sosialisasi dan hierarki di dalam suatu kelompok mesti diperhatikan.
- Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit. Tidak menyakiti atau menyiksa hewan adalah cara yang paling sederhana. Menempatkan hewan di lingkungan yang bersih dan sehat akan sangat mendukung.
- Bebas dari rasa takut dan stres. Menghindari segala bentuk tindakan dan kondisi yang dapat membuat hewan merasa takut dan stres.
- Bebas untuk mengekspresikan perilaku alamiah. Menyediakan kandang yang luas dengan kualitas yang baik, sesuai dengan kondisi alamiah hewan.
Sementara itu, dalam dunia biomedis, terdapat tiga prinsip R yang menjadi panduan dalam menentukan jumlah dan jenis hewan yang layak untuk dijadikan objek penelitian, yaitu:
- Replacement (penggantian). Prinsip ini menghindari sedapat mungkin penggunaan hewan di dalam penelitian, mendorong peneliti untuk menjajaki kemungkinan penggunaan kultur organ/jaringan/sel sebagai pengganti penggunaan hewan hidup. Selain itu, prinsip ini juga mendorong penggunaan hewan yang lebih rendah ordonya, misalnya tikus sebagai pengganti monyet, unggas pengganti tikus, ikan pengganti unggas, dan seterusnya.
- Reduction (pengurangan). Prinsip ini mengembangkan strategi penggunaan hewan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk menghasilkan data yang serupa yang diharapkan dari penelitian. Prinsip ini meliputi optimalisasi informasi yang diperoleh dari suatu percobaan tanpa menambah jumlah hewan coba atau jumlah perlakuan sehingga manfaat yang diperoleh dapat dimaksimalkan tanpa menambah penderitaan dan jumlah hewan coba.
- Refinement (perlakuan halus). Melakukan modifikasi sedemikian rupa di dalam prosedur tindakan penelitian sehingga dapat mengurangi/menghilangkan rasa sakit dan stres pada hewan coba.
Mendukung Kesejahteraan Hewan
Mendukung kesejahteraan hewan pada dasarnya bertujuan untuk menggugah manusia agar memperlakukan hewan secara bijaksana. Memperlakukan hewan dengan baik berarti menjunjung nilai-nilai kemanusiaan; dan mengakui pentingnya kesejahteraan hewan berarti mendukung perlindungan terhadap spesies dan keanekaragaman hayati, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pada gilirannya, kesejahteraan hewan bukan hanya untuk hewan semata, tetapi juga untuk kebaikan seluruh makhluk di Bumi. Satu di antara banyak kebaikan itu adalah membantu mencegah penyebaran zoonosis, terutama di tengah krisis iklim dan kerusakan lingkungan.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Di dunia profesional, ia memiliki pengalaman sepuluh tahun bekerja di bidang jurnalisme di beberapa media sebagai reporter dan editor.