Gandum Al-Barakeh untuk Kedaulatan dan Warisan Pangan Yordania
Salah satu ladang Al-Barakeh Wheat | Foto oleh Al-Barakeh Wheat Facebook
Pangan adalah hal pokok dalam kehidupan kita. Melebihi bahan bakar, pangan juga merupakan hal yang sangat penting bagi begitu banyak budaya dan warisan di seluruh penjuru dunia. Di Yordania, program Gandum Al-Barakeh mengembalikan kekuatan dan keterhubungan rakyat yang telah lama hilang dengan tanah dan warisan mereka dengan menanam gandum.
Bagaimana Gandum Al-Barakeh Dimulai
Gandum Al-Barakeh merupakan inisiatif akar rumput yang mempromosikan pertanian kolektif dan bertujuan untuk mencapai kedaulatan pangan dengan menanam gandum varietas khas Yordania yang telah berusia ribuan tahun. Proyek ini dimulai pada akhir 2019 diprakarsai oleh Lama Khatieb dan Rabee Zureikat.
Khatieb dan Zureikat berhasil menanam satu setengah ton gandum dan memanggang sendiri roti mereka selama masa pembatasan akibat pandemi COVID-19 yang paling ketat diberlakukan di Yordania. Setelah itu, mereka mulai menemukan lahan yang tak tergarap di Amman dan mengajak warga Yordania lainnya untuk bergabung dengan mereka dalam memprakarsai pertanian gotong-royong.
Hilangnya Gandum Yordania dan Memperkenalkannya Kembali
Yordania merupakan rumah bagi roti tertua di dunia sejak 14,400 tahun lalu, dan gandum jenis durum keras dari kawasan ini merupakan bagian penting dalam sejarah bermulanya budaya bercocok tanam. Namun, Yordania saat ini justru mengimpor lebih dari 97% serealnya.
Gelombang urbanisasi pada 1960-an menyebabkan Yordania mengubah lahan pertanian dengan bangunan. Pemerintah Yordania mulai mengimpor gandum dan mensubsidi gandum impor untuk menurunkan harga roti. Akibatnya, para petani gandum pun menjual tanah mereka kepada pihak pengembang atau beralih menanam buah-buahan dan sayur-mayur.
Lalu, datanglah kenyataan memukul mereka. Pandemi COVID-19 menyingkapkan kerentanan negara ini karena harus mengimpor sebagian besar bahan makanan pokok. Berdasarkan laporan FAO, 53% rakyat Yordania sangat rentan terhadap kerawanan pangan.
La Via Campesina mengartikan kedaulatan pangan sebagai “hak masyarakat atas pangan yang sehat dan sesuai dengan budaya, yang diproduksi melalui cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta hak mereka untuk menentukan sistem pangan dan pertanian mereka sendiri.” Pendek kata, kedaulatan pangan adalah sistem pangan yang menempatkan rakyat yang menghasilkan, membagikan, dan mengkonsumsi pangan sebagai pihak yang mengendalikan produksi maupun distribusi. Inilah cita-cita program Gandum Al-Barakeh.
Pangan untuk Masyarakat
Selain merebut kembali kedaulatan pangan, Khatieb dan Zureikat berharap proyek ini dapat menjalin kembali hubungan rakyat Yordania dengan tanah air dan pangan khas mereka. Sejauh ini, ratusan orang Yordania telah bergabung dengan prakarsa Gandum Al-Barakeh ini.
“Keluarga dan individu yang terlibat belajar bagaimana menanam gandum selama musim penuh, mulai dari menyemai benih, dengan bimbingan para petani yang berpengalaman,” ujar Khatieb.
Kemudian, hasil panen dibagikan kepada seluruh peserta, sehingga mereka mencapai swasembada pangan bagi kebutuhan gandum mereka selama setahun. Sejumlah tokoh roti setempat menjual setidaknya 700 kantong roti yang terbuat dari gandum lokal tersebut kendati harganya lebih mahal daripada roti putih biasa.
Khatieb mengungkapkan bahwa 10% dari hasil panen dialokasikan untuk mendukung keluarga yang membutuhkan. Inilah roh dari barakeh yang berarti berkah. Zureikat menambahkan, “Ketika kita menanam makanan kita, kita memikirkan tetangga dan hewan di sekitar kita. Kita adalah bagian dari keseluruhan; kita tidak melakukannya untuk kepentingan maupun keuntungan pribadi.”
Editor: Abul Muamar
Penerjemah: Gayatri W.M
Baca juga versi artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Di tengah tantangan global yang semakin kompleks saat ini, membekali diri, tim, dan komunitas dengan wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan strategis untuk tetap terdepan dan relevan.
Join SekarangNaz is the Manager of International Digital Publications at Green Network Asia. She is an experienced and passionate writer, editor, proofreader, translator, and creative designer with over a decade of portfolio. Her history of living in multiple areas across Southeast Asia and studying Urban and Regional Planning exposed her to diverse peoples and cultures, enriching her perspectives and sharpening her intersectionality mindset in her storytelling and advocacy on sustainability-related issues and sustainable development.

Menghidupkan Kembali Sungai-Sungai yang Tertimbun dengan Daylighting
Menilik Simpul Antara ‘Gajah Terakhir’ dan Banjir di Sumatera
Meningkatnya Angka Pengangguran Sarjana dan Sinyal Putus Asa di Pasar Kerja Indonesia
Wawancara dengan May Tan-Mullins, CEO dan Rektor University of Reading Malaysia
Memperkuat Ketahanan Masyarakat di Tengah Meningkatnya Risiko Bencana
UU KUHAP 2025 dan Jalan Mundur Perlindungan Lingkungan