‘Hooked on Peace’: Peran Generasi Muda dalam Mempromosikan Bahasa Daerah Lewat Storytelling
Bahasa adalah saluran untuk mengekspresikan diri dan menjalin komunikasi dengan orang lain. Setiap komunitas memiliki bahasanya sendiri, termasuk komunitas etnis, komunitas Tuli, dan masyarakat Adat di seluruh dunia. Di Asia-Pasifik saja, terdapat lebih dari 3.000 bahasa yang terdokumentasi. Sayangnya, banyak bahasa yang punah seiring hilangnya budaya mereka. Proyek ‘Hooked on Peace’ mengeksplorasi bagaimana generasi muda dapat membantu mempromosikan budaya dan bahasa daerah (indigenous language) melalui penyampaian cerita (storytelling).
Bahasa Daerah di Asia
Dengan ribuan bahasa yang digunakan, Asia adalah salah satu wilayah yang paling beragam bahasanya di dunia. Sayangnya, keberagaman yang indah itu kini terancam, dan bahasa daerah berada di garis depan. Hal ini merupakan dampak langsung dari praktik kolonial seperti perampasan tanah, kebijakan asimilasi, serta undang-undang dan tindakan yang diskriminatif terhadap masyarakat adat.
Bahasa daerah memainkan peran di luar komunikasi praktis. Bahasa daerah juga merupakan gudangnya nilai-nilai dan pengetahuan masyarakat adat yang kaya, kompleks, dan luas dengan sejarah ribuan tahun. Ancaman terhadap bahasa daerah adalah ancaman bagi Masyarakat Adat.
Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat Pasal 13 menyatakan, “Masyarakat adat memiliki hak untuk merevitalisasi, menggunakan, mengembangkan dan mewariskan sejarah, bahasa, tradisi lisan, filsafat, sistem penulisan, dan kesusastraan mereka kepada generasi mendatang, dan hak untuk menandai dan mempertahankan milik mereka.”
Hooked on Peace
Seiring globalisasi yang terus berlanjut, penting untuk mengakui bagaimana generasi muda masyarakat adat dapat menjadi aktor penting dalam mempromosikan dan menjaga budaya dan warisan mereka. Proyek Hooked on Peace bertujuan untuk memberdayakan mereka untuk melakukan hal tersebut.
Hooked on Peace merupakan kolaborasi lintas sektoral antara UNESCO, Asia Foundation, Asia Indigenous Youth Platform (AIYP), dan Asia Indigenous Peoples Pact (AIPP) dengan dukungan Kementerian Luar Negeri Jepang. Proyek ini mendorong hubungan antara generasi muda masyarakat adat dan para tetua masyarakat untuk berkolaborasi dan mempromosikan pengetahuan dan kearifan masyarakat adat untuk menjawab tantangan masa kini.
Pada dasarnya, Hooked on Peace berupaya untuk mempromosikan pembangunan perdamaian dengan mendorong dialog antargenerasi melalui cerita dan tradisi naratif lainnya. Tujuan dari program ini adalah untuk menggunakan storytelling digital dalam bahasa-bahasa daerah untuk mempromosikan pengembangan generasi muda, pendidikan bahasa ibu, literasi digital, kesetaraan gender, dan pelestarian budaya adat.
Kekuatan Storytelling
‘Hooked on Peace’ dimulai pada September 2022. Proyek ini terutama diwujudkan dalam bentuk masterclass dan workshop, yang melatih generasi muda masyarakat adat di Asia Selatan dan Tenggara dalam berbagai metode dan teknik bercerita. Beberapa di antaranya berupa pembuatan film dokumenter, cerita foto, cerita anak, dan karya nonfiksi.
Kegiatan ini melibatkan pakar storytelling dari berbagai organisasi, seperti Indigenous Media Network dari Thailand, Asia Foundation dari Bangladesh, dan Lao New Wave Cinema dari Laos. Sejauh ini, kegiatan berlangsung dengan tatap muka (offline) dan virtual.
Bahasa dan cerita adalah alat yang ampuh untuk pelestarian dan mencapai kemajuan. Oleh karena itu, memberdayakan generasi muda masyarakat adat dengan keterampilan bercerita untuk berkontribusi pada pelestarian budaya dan pembangunan perdamaian sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan yang tidak meninggalkan siapa pun.
Twisa Tripura, peserta workshop Hooked on Peace dari Bangladesh, mengatakan, “Saya sangat senang menjadi bagian dari proyek Hooked on Peace ini, karena saya selalu berusaha untuk berkontribusi pada komunitas saya. Sebagai generasi muda masyarakat adat yang merupakan pembuat perubahan, saya merasakan tanggung jawab besar untuk melindungi dan mempromosikan budaya tradisional kami dan mendokumentasikan semua kisah yang tak terhitung untuk generasi masa depan kita.”
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.