Inisiatif Dari Dapur: Memberdayakan Migran melalui Cerita dan Makanan
Para migran seringkali mengalami berbagai bentuk diskriminasi, baik itu sebelum, ketika, dan setelah mencari suaka. Stigma dan narasi negatif mengenai migran berdampak pada kemampuan mereka untuk mengakses bantuan dan layanan dasar yang diperlukan untuk membangun kembali kehidupan. Di Malaysia, inisiatif Dari Dapur (Cerita dari Dapur) berupaya mengubah wacana seputar migran dan menjunjung hak asasi manusia.
Isu Migran di Malaysia
Migran sering mengalami kesulitan dalam membangun kehidupan yang aman dan bermakna bagi diri mereka sendiri karena berbagai faktor. Penolakan dan permusuhan dari masyarakat setempat termasuk di antaranya yang paling sering terjadi.
Di Malaysia, diperkirakan terdapat 2,6 hingga 5,5 juta migran pada rentang tahun 2019 hingga 2020. Isu migran masih mendapat tanggapan beragam dari masyarakat Malaysia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Hak Asasi Manusia PBB, 63% masyarakat setuju bahwa mereka bisa menjadi lebih kuat jika mereka mendukung semua orang. Sementara itu, lebih dari 50% masyarakat percaya bahwa mereka harus membantu orang lain tanpa memandang identitas dan asal usul mereka.
Namun, hanya sekitar 35% responden yang sangat atau cukup yakin bahwa orang-orang yang melarikan diri dari penganiayaan atau perang harus diterima. Persentase yang sama menyatakan kesediaan untuk menyambut para migran yang tidak mampu memperoleh layanan kesehatan, pendidikan, makanan, atau pekerjaan yang layak. Dalam hal ini, Dari Dapur berupaya untuk meningkatkan persepsi masyarakat melalui kekuatan bercerita.
Inisiatif Dari Dapur
Melalui serial film dokumenter pendek andalannya, Dari Dapur menghubungkan beberapa tokoh ternama Malaysia dengan komunitas migran, pengungsi, dan orang-orang terlantar melalui makanan sebagai titik temu. Serial ini menunjukkan bagaimana cerita, harapan, dan impian dibagikan ke keluarga migran dan tokoh Malaysia melalui makanan yang dimasak oleh tuan rumah keluarga tersebut.
“Makanan selalu menarik perhatian orang,” kata Chef Wan dalam episode kedua serial tersebut.
Chef dan aktivis Malaysia Dr Hartini Zainudin mengunjungi Hameed dan keluarganya, pengungsi Pakistan yang meninggalkan negara asal mereka untuk menghindari penganiayaan berbau sentimen agama. Mereka telah tinggal di Malaysia selama enam tahun pada saat pembuatan film dokumenter tersebut. “Saya selalu mengatakan bahwa apapun budayanya, dari mana kita berasal, semua orang perlu makan,” lanjut Chef Wan selagi Hameed menyiapkan Kurma Ayam Pakistan.
Serial dokumenter ini diproduksi atas kerja sama dengan tim produksi dampak sosial yang berbasis di Kuala Lumpur, Untitled kompeni, dan saat ini memiliki tujuh episode yang menampilkan komunitas pengungsi dari seluruh dunia yang tinggal di Malaysia.
Migran dalam Sudut Pandang yang Baik
Dari Dapur adalah bagian dari kampanye global #StandUp4Migrants Badan HAM PBB. Inisiatif ini merupakan yang kedua di kawasan Asia-Pasifik setelah kampanye MyGreat Story diluncurkan di Australia pada September 2022. Kampanye #StandUp4Migrant berangkat dari kebutuhan mendesak untuk mempertanyakan dan mengubah cara masyarakat berbicara tentang migran dan migrasi ke arah narasi yang positif.
Menggambarkan orang-orang yang mengungsi dari sudut pandang negatif dapat berdampak signifikan terhadap hak asasi manusia dan peluang mereka untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik. Sebaliknya, memperkenalkan gambaran positif tentang migran dapat membantu mengurangi diskriminasi. Di tengah meningkatnya risiko pengungsi akibat krisis iklim dan ketegangan geopolitik, mendukung hak hidup mereka merupakan aspek penting dalam mendukung hak asasi manusia bagi semua orang.
“Migrasi adalah masalah yang rumit dan seringkali abstrak bagi banyak warga Malaysia,” kata Pia Oberoi, penasihat senior OHCHR bidang migrasi di kawasan Asia Pasifik. “Tetapi bercerita adalah cara yang baik untuk menghilangkan kebisingan.”
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.