Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kawasan Ekosistem Leuser Tak Tergantikan, HAkA Teguh Melestarikan

Kawasan Ekosistem Leuser adalah rumah terakhir bagi orangutan, badak, gajah, dan harimau Sumatra untuk hidup berdampingan di alam liar.
Oleh Aliyah Assegaf
20 Agustus 2021

Orangutan di Kawasan Ekosistem Leuser | Foto: Wikimedia Commons

Hutan adalah rumah bagi flora dan fauna di Bumi. Ia juga memegang peranan penting dalam menghadapi perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya, seperti bencana alam, berkurangnya kadar oksigen, serta kekeringan. Kawasan Ekosistem Leuser merupakan area hutan yang tak tergantikan di Indonesia, dan keberadaannya dalam bahaya.

Kawasan Ekosistem Leuser membentang seluas 2,6 juta hektar di Aceh dan Sumatra Utara, Indonesia. Wilayahnya mencakup hutan montana (pegunungan) dan hutan pesisir, hutan hujan dataran rendah, hutan gambut, dan hutan tundra. Ekosistem ini merupakan sumber utama air bersih juga penghidupan bagi lebih dari empat juta penduduk.

Kawasan Ekosistem Leuser adalah rumah terakhir bagi orangutan, badak, gajah, dan harimau Sumatra. Keempat spesies tersebut kini dikategorikan sebagai Hewan Terancam Punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN)一Uni Internasional untuk Konservasi Alam. Area ini juga menjadi tempat tinggal sedikitnya 130 spesies mamalia dan 45% dari 10.000 spesies tanaman dalam kelompok flora Indo-Melayu.

Walaupun memiliki status hukum sebagai Kawasan Strategis Nasional yang berfungsi sebagai Cagar Alam, Kawasan Ekosistem Leuser tengah terancam penggundulan hutan dan perburuan liar. Ancaman utamanya datang dari perluasan lahan sawit. Sedangkan ancaman lainnya berupa perburuan hewan liar, penebangan liar, pertambangan, proyek energi, dan fragmentasi hutan untuk pembangunan jalan raya.

HAkA adalah sebuah LSM yang bertempat di Aceh. Nama itu merupakan singkatan untuk Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh. HAkA bertujuan untuk membangun kesehatan di Provinsi Aceh dalam jangka panjang—secara sosial, finansial, dan lingkungan. Organisasi ini berusaha mengajak penduduk bersama-sama memperbaiki fungsi lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat, riset, penghijauan, dan konservasi satwa liar.

Sejauh ini, HAkA telah memberikan pelatihan paralegal untuk perempuan dari kalangan akar rumput dan pelatihan jurnalisme warga bagi penduduk sekitar Kawasan Ekosistem Leuser. HAkA telah berkontribusi mendirikan Hutan Desa di Damaran Baru dan Bunin, sebagai respon terhadap bencana air bah di waktu sebelumnya.

HAkA juga membantu pembukaan kembali Stasiun Riset Ketambe, stasiun riset orangutan pertama yang ada di dunia. Sempat ditutup pada 2011 dan dibakar oleh oknum, stasiun riset ini kini dibuka kembali setelah proses kerja sama yang panjang antara FKL, Departemen Kehutanan Aceh, dan petugas Hutan Nasional.

HAkA mendukung lebih dari 23 regu perlindungan margasatwa yang dipimpin oleh Forum Konservasi Leuser (FKL) untuk menyelesaikan konflik antara manusia dengan hewan liar. Mereka melakukannya dengan berpatroli, menghancurkan jebakan yang dibuat oleh pemburu liar, dan mengajak warga sekitar serta pemerintah daerah untuk membuat kebijakan pelestarian lingkungan yang lebih baik.

Konservasi hutan sangat penting bagi kehidupan kita di Bumi. Penerapan manajemen hutan yang berkelanjutan memerlukan kerja sama dari semua pihak一pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat lokal. HAkA memimpin dan mendukung kolaborasi di semua sektor untuk menyelamatkan hutan.

Sebagai sebuah LSM, HAkA menerima bantuan finansial melalui donasi yang dikelola oleh The Orangutan Project (TOP) dan Wildlife Asia (WA). HAkA juga menerima pekerja sukarelawan dan magang.

Penerjemah: Inez Kriya

Versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris dapat dibaca di sini.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Aliyah Assegaf
Website |  + postsBio

Aliyah adalah seorang eksekutif ESG dan penulis konten di Green Network Asia.

  • Aliyah Assegaf
    https://greennetwork.id/author/aliyah/
    Menilik 7 Tren Keberlanjutan dalam Bisnis
  • Aliyah Assegaf
    https://greennetwork.id/author/aliyah/
    Octopus: Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Ekosistem Pengelolaan Sampah yang Baik
  • Aliyah Assegaf
    https://greennetwork.id/author/aliyah/
    Recycling Village, Memanfaatkan Limbah Plastik untuk Fesyen
  • Aliyah Assegaf
    https://greennetwork.id/author/aliyah/
    Jendela Papua: Cerminan Kita, Papua, dan Indonesia, untuk Dunia

Continue Reading

Sebelumnya: Korean New Deal 2.0 dan BTS: Strategi Korea Selatan Menjadi Negara Terdepan di Era Pasca COVID-19
Berikutnya: Pesantren Nurul Huda Gratiskan Biaya Hidup dan Pendidikan untuk 1.500 Santri

Lihat Konten GNA Lainnya

foto palu sidang berwarna coklat dan sebuah borgol yang tergelak di atas permukaan kayu Mekanisme Anti-SLAPP Lewat Putusan Sela: Harapan Baru bagi Pembela Lingkungan?
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mekanisme Anti-SLAPP Lewat Putusan Sela: Harapan Baru bagi Pembela Lingkungan?

Oleh Seftyana Khairunisa
21 Oktober 2025
Hutan rumput laut dengan sinar matahari yang menembus air Potensi Budidaya Rumput Laut untuk Aksi Iklim dan Ketahanan Masyarakat
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Potensi Budidaya Rumput Laut untuk Aksi Iklim dan Ketahanan Masyarakat

Oleh Attiatul Noor
21 Oktober 2025
tangan memutari bibit tanaman Mengarusutamakan Spiritualitas Ekologis dalam Praktik Keagamaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Mengarusutamakan Spiritualitas Ekologis dalam Praktik Keagamaan

Oleh Polykarp Ulin Agan
20 Oktober 2025
Seseorang memberikan paper bag kepada orang lain Bagaimana Hong Kong dapat Membangun Kepercayaan Konsumen terhadap Keberlanjutan
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bagaimana Hong Kong dapat Membangun Kepercayaan Konsumen terhadap Keberlanjutan

Oleh Kun Tian
20 Oktober 2025
bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia