Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Partner
  • Unggulan

Melestarikan Lingkungan melalui Peran Kearifan Lokal

Kearifan lokal dapat menjadi solusi nyata dalam mengatasi tantangan kerusakan lingkungan yang terus terjadi. Ini merupakan fokus utama dari talkshow yang diselenggarakan oleh Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) bersama National Geographic Indonesia.
Oleh Andi Batara
25 Maret 2025
sekelompok orang peserta acara menyimak pemaparan dari lima narasumber

Talkshow bertajuk “Melestarikan Lingkungan melalui Peran Kearifan Lokal” yang diselenggarakan oleh Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia bersama National Geographic Indonesia, 21 Maret 2025. | Foto: Dokumentasi GEF SGP Indonesia.

Selama ribuan tahun, manusia telah memanfaatkan alam untuk berbagai keperluan, mulai dari bertahan hidup hingga menjalankan bisnis. Namun pada saat yang sama, berbagai bentuk perlakuan manusia terhadap alam telah memicu banyak masalah lingkungan seperti deforestasi, polusi plastik, hingga perubahan iklim. Hari ini, penanganan terhadap krisis lingkungan tersebut menjadi fokus utama demi menjaga keberlangsungan kehidupan di Bumi. Sehubungan dengan hal ini, Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia bersama National Geographic Indonesia menggelar talkshow bertajuk “Melestarikan Lingkungan melalui Peran Kearifan Lokal” pada 21 Maret 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk mengangkat praktik-praktik kearifan lokal di Indonesia yang telah terbukti efektif dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Kerusakan Alam di Indonesia

empat narasumber di acara talkshow
Para narasumber talkshow bertajuk “Melestarikan Lingkungan melalui Peran Kearifan Lokal” yang diselenggarakan oleh Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia bersama National Geographic Indonesia, 21 Maret 2025. | Foto: Dokumentasi GEF SGP Indonesia.

Berdasarkan laporan Forest Declaration Assessment, total luasan hutan Indonesia yang mengalami deforestasi mencapai 1,18 juta hektare pada tahun 2023. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia di peringkat kedua dalam daftar negara-negara yang kehilangan hutan paling luas setelah Brazil.

Selain deforestasi, polusi plastik juga menjadi masalah yang serius. Berdasarkan penelitian yang terbit di Jurnal Nature pada tahun 2024, Indonesia berada pada peringkat ketiga dunia penghasil polusi plastik, dengan 3,4 juta ton per tahun. Polusi plastik tersebut telah menjadi ancaman bagi kelestarian ekosistem di darat dan laut, serta memperburuk perubahan iklim.

Kearifan Lokal untuk Pelestarian Lingkungan

dua narasumber di sebuah acara talkshow
Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia Sidi Rana Menggala dan Direktur Eksekutif Yayasan Bina Usaha Lingkungan Yani Witjaksono dalam talkshow bertajuk “Melestarikan Lingkungan melalui Peran Kearifan Lokal” yang diselenggarakan oleh Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia bersama National Geographic Indonesia, 21 Maret 2025. | Foto: Dokumentasi GEF SGP Indonesia.

Menghadapi tantangan-tantangan kerusakan alam tersebut, diperlukan solusi yang efektif dan berkelanjutan. Di berbagai daerah di Indonesia, sejak dahulu telah ada praktik-praktik kearifan lokal yang selaras dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Di Sulawesi Selatan, misalnya, ada Pasang ri Kajang yang merupakan hukum lisan yang telah diturunkan dari generasi ke generasi Suku Kajang. Prinsip utama dari hukum ini adalah menerapkan pola hidup yang selaras dengan alam serta mempraktikkan kesederhanaan hidup melalui filosofi kamase-masea yang berarti cara hidup tradisional dan bersahaja. Di Bali, tradisi Subak dapat menjadi contoh kebijakan pengelolaan sumber daya air dengan prinsip kolektivitas dan keadilan guna menghadapi krisis air bersih akibat perubahan iklim. Subak adalah sistem irigasi tradisional sekaligus organisasi kolektif yang isinya pemilik atau penggarap sawah yang menerima air irigasi bersama dari bendungan tertentu.

Di Maluku, praktik Sasi menjadi contoh lain bagaimana kearifan lokal berperan dalam keberlanjutan lingkungan. Sasi merupakan suatu aturan adat yang melarang pengambilan hasil alam selama periode waktu tertentu untuk menjaga proses regenerasinya. Sementara itu, di Kalimantan terdapat tradisi Katuan Larangan (hutan larangan) yang diterapkan oleh Suku Dayak untuk melindungi kawasan hutan tertentu dari eksploitasi. Di hutan larangan ini segala macam aktivitas seperti bertani, berladang, hingga menebang pohon dilarang karena dipercaya bahwa di sana bersemayam arwah para leluhur serta agar kawasan tersebut terlindungi.

Praktik-praktik kearifan lokal ini dapat menjadi contoh solusi nyata yang bisa diterapkan secara luas guna mengatasi masalah lingkungan di berbagai wilayah. Dengan kekayaan suku dan budaya di Indonesia, masih banyak kearifan lokal lain yang dapat dipelajari dan diintegrasikan sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan integrasi dari kebijakan nasional, dukungan riset, pengembangan kapasitas, hingga advokasi & kampanye dengan kolaborasi lintas sektor untuk melestarikan dan memperluas skala praktik dan dampak dari berbagai kearifan lokal yang telah ada.

“Kearifan lokal bukan hanya warisan budaya, tetapi juga solusi nyata untuk masalah lingkungan global. Kami ingin menunjukkan bahwa masa depan keberlanjutan bisa dimulai dari akar budaya kita sendiri,” ujar Sidi Rana Menggala, Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia.

Editor: Abul Muamar


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Mengulik KDRT dan Kekerasan dalam Hubungan Intim dengan Korban Laki-laki
Berikutnya: Pentingnya Perubahan Paradigma dalam Penanganan Panas Ekstrem

Artikel Terkait

tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025
kaca yang retak Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan

Oleh Abul Muamar
27 Juni 2025
kumbang kepik menempel di dedaunan Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan
  • Kabar
  • Unggulan

Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan

Oleh Kresentia Madina
27 Juni 2025
lahan sawah dengan pepohonan kelapa di belakang Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Oleh Abul Muamar
26 Juni 2025
seorang anak berdiri di sebuah rumah kayu Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa

Oleh Abul Muamar
25 Juni 2025
penampakan mangrove Mikoko Pamoja, Proyek Karbon Biru untuk Ketahanan Iklim di Kenya
  • Kabar
  • Unggulan

Mikoko Pamoja, Proyek Karbon Biru untuk Ketahanan Iklim di Kenya

Oleh Attiatul Noor
25 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.