Mesir Perluas Akses Energi Bersih untuk Rumah Tangga Berpenghasilan Rendah
Di seluruh dunia, masih banyak rumah tangga yang masih mengandalkan energi konvensional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di Mesir, misalnya, rumah tangga berpendapatan rendah masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk memanaskan air dan berbagai keperluan lainnya. Untuk membantu mengatasi hal ini, wirausaha sosial Shamsina mengembangkan sistem pemanas air tenaga surya yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Mesir. Inisiatif ini menawarkan akses terhadap energi bersih yang berkelanjutan dan terjangkau.
Dampak Berbahaya dan Biaya Pemanasan
Sistem pemanas merupakan aspek penting dalam menciptakan ruang hidup yang aman dan nyaman, terutama ketika cuaca semakin tidak menentu. Pemanas umumnya menggunakan sumber daya energi, yang digunakan untuk meningkatkan suhu udara dan menghasilkan air panas.
Namun, data menunjukkan bahwa 60% kebutuhan energi pemanas gedung masih bergantung pada bahan bakar fosil pada tahun 2022. Pada tahun yang sama, sistem pemanasan menyumbang hampir separuh dari total penggunaan energi dan bertanggung jawab atas 38% emisi CO2 global.
Tidak hanya itu, penggunaan bahan bakar fosil merupakan pilihan yang mahal bagi rumah tangga berpendapatan rendah. Hal ini terutama berlaku di Mesir, di mana rumah tangga sering kali memanaskan air secara manual beberapa kali sehari, satu panci dalam satu waktu. Selain itu, mereka juga sering menggunakan lampu minyak tanah, gas alam, atau api darurat untuk memanaskan sesuatu. Jika dikalkulasi, jumlah ini berarti membutuhkan sekitar USD 11-16 per bulan untuk energi, yang merupakan jumlah yang signifikan mengingat pendapatan rata-rata di Mesir hanya sekitar USD 178.
Shamsina: Mengarusutamakan Energi Bersih untuk Pemanasan
Memperluas akses terhadap pilihan energi terbarukan yang terjangkau merupakan inti dari upaya pengurangan emisi. Sebuah perusahaan sosial di Mesir bernama Shamsina berupaya mendukung akses energi bersih bagi rumah tangga berpendapatan rendah dengan mengembangkan desain termal yang memungkinkan energi surya memanaskan air dalam jumlah banyak.
Proses pemanasan diawali dengan masuknya air dingin ke dalam tangki penyimpanan. Dari sana, air dialirkan ke unit panel surya yang diisolasi untuk memerangkap sinar matahari. Setelah dipanaskan, air kembali ke tangki penyimpanan sebagai air panas.
Lebih dari 30 pemanas air percontohan telah dipasang di berbagai lingkungan permukiman berpenghasilan rendah di seluruh Mesir dengan menggunakan komponen lokal. Inovasi ini membantu meningkatkan akses terhadap energi alternatif bagi masyarakat berpenghasilan rendah, mengurangi waktu dan biaya pemanasan, sekaligus memberikan pilihan yang lebih aman dan ramah lingkungan.
Memastikan Keberlanjutan
Transisi energi yang berkeadilan harus melibatkan dan berdampak pada seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat akar rumput. Pendalaman melalui kesukarelaan dan observasi dapat meningkatkan peluang untuk menciptakan solusi baru, seperti yang dilakukan Shamsina. Oleh karena itu, mendukung dan mengembangkan lebih lanjut solusi-solusi bottom-up (dari bawah ke atas) sangat penting untuk dapat menciptakan dampak yang signifikan.
Pada akhirnya, kesadaran bersama merupakan langkah awal yang penting untuk mencapai kelestarian lingkungan, yang diikuti dengan tindakan nyata dari para aktor utama. Para inovator, pemerintah, dunia usaha, dan investor harus memprioritaskan perluasan sumber energi terbarukan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, sekaligus mendorong kesetaraan dalam akses energi bersih untuk semua.
Editor: Kresentia Madina & Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Dia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis tentang isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.