Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Our Very Body: Film Dokumenter yang Mengadvokasi Restorasi Tanah

“Manakala tanah musnah, segalanya juga musnah bersama dengannya, termasuk kita.”
Oleh Kresentia Madina
22 Juni 2022
Dua anak dalam baju yang mirip memegang bendera berbunyi ‘Save Soil’

Foto oleh Save Soil/Conscious Planet

Tanah merupakan fondasi dimana kehidupan di bumi dibangun. Dari makanan hingga tempat tinggal, kebutuhan pokok kita berkutat di sekitar tanah dengan satu atau lain cara. Namun, sebagai bagian integral dari kehidupan, kerusakan tanah akibat perubahan iklim kerap kali disepelekan, bahkan diabaikan.

Baru-baru ini, sebuah gerakan global bernama Save Soil meluncurkan sebuah film dokumenter berdurasi 30 menit mengenai degradasi tanah. Film tersebut mengeksplorasi akar, dampak, dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi krisis, menampilkan wawancara dengan Sadhguru–sang pendiri–dan sejumlah ilmuwan peraih berbagai penghargaan.

Tiada tanah tanpa kehidupan

95% makanan kita berasal dari tanah, karena itulah tanah yang subur sangat diperlukan untuk menghasilkan makanan yang bergizi. Film dokumenter ini dibuka dengan menyoroti pentingnya mikroorganisme dalam tanah yang sehat.

“Bakteri baik, jamur baik, protozoa, nematoda, mikroartropoda, cacing tanah. Semua organisme tersebut memerlukan tanah yang baik dan sehat, supaya tanaman Anda memperoleh keseimbangan akan semua yang dibutuhkan setiap detik setiap hari,” ujar Dr. Elaine Ingham, mikrobiologis dan Presiden Soil Foodweb Inc.

Tanah yang produktif mengandung 3-6% bahan organik. Walau demikian, lebih dari 62% tanah di India saat ini memiliki kurang dari 0.5% kandungan organik. Belahan dunia yang lain pun mengalami kondisi serupa. Sadhguru percaya bahwa penggunaan mesin pembajak modern membuat tanah menjadi terbuka dan terpapar sinar matahari, sehingga membunuh seluruh aktivitas mikroba di dalamnya. Dari sinilah, dokumenter ini berbicara mengenai penggurunan dan kepunahan tanah.

Tiada kehidupan tanpa tanah

Ketika fondasi kehidupan kita terguncang, akan terjadi rangkaian gangguan dalam setiap aspek kehidupan kita, mulai dari malnutrisi, kelaparan, hingga migrasi. Film ini lebih jauh memaparkan dampak degradasi tanah.

Tanah yang tidak sehat akan menyebabkan kurangnya gizi dalam makanan kita. Di Amerika Serikat, menurut film ini, penipisan tanah mengakibatkan tingkat gizi dalam buah-buahan dan sayur-sayuran menurun 20-40%. Hal ini menyebabkan kurangnya nutrisi dalam potasium, vitamin E, vitamin K, magnesium, serta vitamin A untuk sebagian besar penduduk Amerika.

Lebih jauh lagi, kelaparan tetap menjadi salah satu tantangan terbesar yang harus dipecahkan umat manusia. Bayangkan kalau masalah ini semakin parah tanpa upaya untuk menyelamatkan tanah. Dalam hal ini, akan semakin sulit bagi generasi masa depan untuk menghidangkan makanan. Tidaklah terlalu mengada-ada untuk mengatakan bahwa akan terjadi perang saudara atas nama makanan.

“Anda harus mengerti bahwa seluruh peradaban manusia telah dibangun hanya karena gejolak nafsu perut, untuk memenuhi ini. Gejolak nafsu yang sama yang membangun peradaban manusia telah menghanguskan segalanya jikalau tidak segera dipadamkan,” ujar Sadhguru.

Kekuatan masyarakat untuk membuat perubahan

Saat ini, tujuan utama Save Soil adalah mewujudkan perubahan kebijakan di 192 negara yang mengatakan bahwa tanah pertanian mesti memiliki minimal 3-6% kandungan organik untuk dapat dikelola. Sadghuru yakin jika kita bertindak sekarang, kita akan membuat perubahan yang masuk akal dalam 15 hingga 25 tahun. Kekuatan untuk menciptakan perubahan berada di tangan masyarakat, dan ini merupakan tugas kita untuk tetap mengadvokasi soal tanah.

“Ini bukan hanya tentang melukis kegelapan mengenai segala hal. Ini adalah saatnya bertanggung jawab, bahwa jikalau kita sebagai umat manusia memperjuangkannya saat ini, kita dapat memperbaikinya,” tambahnya.

Tonton film dokumenter tersebut selengkapnya di sini.

Penerjemah: Gayatri W.M

Editor: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Bagaimana Kota Umeå di Swedia Mengatasi Ketimpangan Gender di Perkotaan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Melihat Pendekatan Terpadu dalam Memperkuat Ketahanan di Afrika Selatan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Program Penghapusan Kendaraan di China

Continue Reading

Sebelumnya: Piala Dunia 2022: Perihal Perlakuan Tak Layak terhadap Pekerja Migran dan Greenwashing
Berikutnya: Kisah Penyintas yang Menggugah Perubahan Undang-Undang Kekerasan Seksual di Nepal

Artikel Terkait

lahan kering dengan sebuah pohon di kejauhan Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam

Oleh Abul Muamar
4 Juli 2025
miniatur bangunan dan cerobong yang mengeluarkan asap GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi

Oleh Kresentia Madina
4 Juli 2025
sekelompok orang berfoto bersama dengan sebagian berdiri dan sebagian berjongkok. Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene

Oleh Ihsan Tahir
3 Juli 2025
Serpihan arang dan serbuk arang Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi

Oleh Ayu Nabilah
3 Juli 2025
Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Sri Maulida
2 Juli 2025
bendera tuvalu Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu
  • Kabar
  • Unggulan

Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu

Oleh Kresentia Madina
2 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.