Pekan Kebudayaan Nasional 2023: Meningkatkan Gerakan Kebudayaan untuk Merawat Bumi
Kebudayaan bukan hanya tentang kesenian, melainkan mencakup seluruh gagasan, pengetahuan, tindakan, dan seluruh hasil karya manusia dalam kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa Kebudayaan adalah sumber daya vital untuk mengatasi berbagai permasalahan dunia, termasuk kerusakan Bumi dan perubahan iklim. Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang berlangsung sejak bulan Juni menjadi momentum untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya peran Kebudayaan dalam menciptakan masa depan Bumi yang lebih baik dan berkelanjutan.
Pekan Kebudayaan Nasional
Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) adalah rangkaian festival dwitahunan yang diselenggarakan secara rutin sejak tahun 2019 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). PKN merupakan salah satu implementasi strategi Pemajuan Kebudayaan yang disepakati dalam Kongres Kebudayaan Indonesia pada 2018. Acara ini juga diselenggarakan untuk menghidupkan gerakan Kebudayaan di tingkat akar rumput dari berbagai komunitas dengan dukungan pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Tujuan PKN adalah mewujudkan dan menyediakan ruang untuk apresiasi, ekspresi, serta kreasi seni dan budaya yang beragam, serta mendukung terciptanya interaksi budaya yang inklusif di seluruh Indonesia.
Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan
Pekan Kebudayaan Nasional 2023 atau PKN 2023 mengangkat tema “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan” dengan maksud untuk memberikan makna dan relevansi dalam setiap aksi berkesenian dan berkebudayaan yang dilakukan dengan tetap berakar pada nilai-nilai budaya serta kearifan lokal. Acara ini mengundang individu dan komunitas dari berbagai latar belakang untuk berbagi pengetahuan dan wawasan yang lebih dalam tentang isu-isu keberlanjutan.
“Tema ini merupakan sebuah refleksi dari visi kita tentang bagaimana budaya dan alam bisa dan harus berjalan beriringan. Ketika kita berbicara tentang merawat budaya, kita juga bicara tentang etos dan nilai yang mengajarkan kita untuk merawat Bumi sebagai satu-satunya rumah kita,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.
Mengusung filosofi “Lumbung” sebagai simbol wadah kolektif dan kolaboratif gerakan Kebudayaan, PKN 2023 dibagi ke dalam tiga fase acara, yaitu Rawat, Panen, dan Bagi.
Fase Rawat, yang berlangsung sejak bulan Juni, merupakan pra-acara berbentuk kegiatan residensi dan penelitian. Selanjutnya, pada fase “Panen”, karya-karya dikumpulkan, didokumentasikan, dan diarsipkan sepanjang Juli hingga Agustus. Terakhir, fase Bagi digelar pada September hingga Oktober, di mana seluruh karya ditampilkan melalui pameran, tur, perjamuan, pagelaran, konferensi, lokakarya, hingga penerbitan untuk dapat dikonsumsi publik.
PKN 2023 meliputi delapan kegiatan kuratorial utama, yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project. Secara keseluruhan, terdapat 35 subkegiatan turunan dari delapan kegiatan utama tersebut.
Puncak acara ini adalah dibukanya “Ruang Tamu” PKN 2023 di beberapa lokasi di Jakarta pada 20-29 Oktober 2023, dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap. Beberapa lokasi yang dimaksud di antaranya Galeri Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, Taman Suropati, Taman Menteng, Sungai BKT, Stasiun Senen, kampus UIN Syarif Hidayatullah, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Sempur, Cilandak Town Square, Alun-Alun Kota Bogor, dan Terowongan Kendal.
Perlu Gerakan Konkret
PKN 2023, dan semua acara Kebudayaan lainnya, mesti menjadi momentum sekaligus misi untuk mendorong dan meningkatkan peran Kebudayaan dalam menciptakan solusi atas berbagai masalah mendesak dunia, termasuk mewujudkan masa depan Bumi yang lebih baik dan berkelanjutan. Pemerintah, bisnis, institusi pendidikan, lembaga penelitian, dan semua aktor Kebudayaan mesti bersatu dan bersinergi dalam gerakan Kebudayaan kolektif yang konkret untuk mewujudkan tujuan itu.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.