Penambahan 200 Tanda untuk Istilah terkait Lingkungan dalam Kosakata Bahasa Isyarat Inggris
Aksesibilitas merupakan hal penting dalam pembangunan berkelanjutan. Prinsip “Tidak meninggalkan siapa pun” berarti memberikan akses terhadap informasi dan komunikasi yang bermakna kepada setiap orang, termasuk kelompok difabel. Baru-baru ini, 200 tanda baru untuk istilah terkait lingkungan telah ditambahkan ke dalam kosakata Bahasa Isyarat Inggris.
Berkomunikasi dengan Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat umumnya digunakan oleh komunitas Tuli untuk berkomunikasi. Bahasa ini mengandalkan isyarat visual dari gerakan tangan, mata, dan ekspresi wajah untuk menyampaikan pesan dan informasi. Ada lebih dari 300 bahasa isyarat yang digunakan di seluruh dunia. Setiap negara punya bahasa isyaratnya masing-masing yang unik sesuai dengan budayanya.
Seperti bahasa lainnya, bahasa isyarat juga memiliki struktur dan aturan tata bahasa tersendiri yang berkembang seiring waktu. Pengguna bahasa isyarat menggunakan isyarat—atau biasa disebut tanda—untuk menyampaikan suatu kata, dan ada kalanya mereka mengeja kata huruf demi huruf jika belum ada tanda resminya.
Selama ini, mengeja kata huruf demi huruf merupakan cara komunitas Tuli ketika mendiskusikan istilah-istilah rumit yang berkaitan dengan lingkungan dalam Bahasa Isyarat Inggris (BSL). Namun, hal tersebut tidak perlu lagi terjadi karena 200 tanda baru untuk istilah yang berhubungan dengan lingkungan telah ditambahkan ke dalam kosakata Bahasa Isyarat Inggris melalui Proyek Glosarium BSL (British Sign Language).
Proyek Glosarium BSL
Glosarium BSL adalah proyek dari Scottish Sensory Centre. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan daftar istilah khusus dalam Bahasa Isyarat Inggris. Selain tanda, kelompok ilmuwan dan ahli bahasa isyarat yang terlibat dalam proyek ini juga menjelaskan definisi istilah-istilah dalam Bahasa Isyarat Inggris agar lebih mudah dipahami. Proyek Glosarium BSL menargetkan remaja Tuli di sekolah dan mereka yang ingin belajar dari internet.
Jika kata disampaikan dengan isyarat, orang-orang dapat memvisualisasikan istilah tersebut dengan lebih baik dibanding jika dieja dengan huruf. Misalnya, istilah “gas rumah kaca” disampaikan dengan membentuk lingkaran dengan tangan tertutup dan menggerakkannya untuk menggambarkan bagaimana molekul gas bergerak di udara. Pada dasarnya, menambahkan tanda untuk istilah-istilah yang berhubungan dengan lingkungan memungkinkan komunitas Tuli untuk lebih memahami konsep-konsep yang kompleks dan berpartisipasi dalam diskusi tentang masalah dunia.
Dr Audrey Cameron, Chancellor’s Fellow di Universitas Edinburgh yang memimpin proyek ini, menceritakan pengalamannya dalam mengamati kelas yang mempelajari bagaimana benda mengapung dan tenggelam. Ketika ia menggunakan tanda untuk istilah ‘kepadatan’ alih-alih mengejanya dengan huruf, para murid menunjukkan antusiasme dan pemahaman yang lebih baik saat belajar.
“Saya pikir anak-anak berusia lima tahun itu tidak akan memahami hal ini. Namun beberapa saat setelah pelajaran berakhir, mereka ditanyai pertanyaan mengapa benda terapung atau tenggelam, dan mereka semua menjawab dengan menggunakan tanda kepadatan itu,” kata Dr Cameron kepada BBC.
Meningkatkan Aksesibilitas Bahasa
Bahasa adalah kunci aksesibilitas. Bahasa dapat menjembatani kesenjangan informasi dan memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi dalam pembahasan mengenai masalah-masalah mendesak dunia. Oleh karena itu, memperkaya kosakata bahasa isyarat di seluruh dunia merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan aksesibilitas bagi komunitas Tuli, melibatkan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai inisiatif untuk mencapai misi pembangunan berkelanjutan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.