Rencana Pemulihan Pariwisata ASEAN Pascapandemi COVID-19

Teluk Hạ Long, Vietnam. | Foto: Valeriy Ryasnyanskiy di Unsplash.
Pariwisata merupakan sektor penting di banyak negara. Sektor ini menciptakan ribuan pekerjaan, meningkatkan pendapatan lokal dan nasional, dan memungkinkan pertukaran budaya antar-manusia. Sayangnya, pariwisata terkena dampak hebat secara global akibat Pandemi COVID-19. Tidak terkecuali sektor pariwisata di ASEAN.
Saat pembatasan kegiatan (lockdown) mulai dilonggarkan, membangun kembali sektor pariwisata ASEAN merupakan hal yang mendesak dan penting. Untuk mendukung hal tersebut, Menteri Pariwisata ASEAN baru-baru ini meluncurkan kerangka pembangunan pariwisata berkelanjutan pascapandemi COVID-19.
Pariwisata ASEAN sempat lumpuh
Pandemi COVID-19 membuat pariwisata di ASEAN sempat lumpuh total. Jumlah kunjungan wisatawan ke negara-negara ASEAN turun drastis, dari 143,6 juta pada 2019 menjadi hanya 26,2 juta pada 2020. Jutaan orang terkena dampak parah akibat hilangnya sumber pendapatan secara tiba-tiba.
Dalam Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025, Asia Tenggara menyatakan tujuan untuk menjadi destinasi wisata berkualitas yang menawarkan pengalaman unik dan berkomitmen untuk pembangunan pariwisata berkelanjutan. Baru-baru ini, Kerangka Kerja ASEAN tentang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Era Pascapandemi COVID-19 diluncurkan dengan dukungan Lembaga Riset Ekonomi ASEAN dan Asia Timur (ERIA).
Pilar utama dan prioritas strategis
Kerangka tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi area fokus sehingga upaya untuk membangun kembali sektor pariwisata ASEAN dapat dimaksimalkan, terutama pada tahun 2025. Kerangka tersebut menguraikan lima pilar utama dan prioritas strategis:
- Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan: memprioritaskan kebijakan dan strategi pariwisata berkelanjutan; investasi hijau dan infrastruktur; dan kampanye pemasaran keberlanjutan.
- Inklusivitas sosial, lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan: memprioritaskan pekerjaan berkualitas di sektor pariwisata; distribusi manfaat ekonomi dan sosial yang diperluas dan adil; tantangan khusus seputar perempuan; intervensi yang terukur untuk UMKM; dan kemitraan publik-swasta-masyarakat untuk melibatkan dan memberdayakan masyarakat lokal.
- Efisiensi sumber daya, perlindungan lingkungan, dan perubahan iklim: memprioritaskan penggunaan sumber daya yang rendah karbon dan efisien; perlindungan lingkungan, pelestarian ekosistem, dan konservasi keanekaragaman hayati; dan mitigasi perubahan iklim.
- Nilai-nilai budaya, keragaman, dan warisan: memprioritaskan pariwisata budaya; perlindungan warisan budaya benda dan tak benda; dan promosi budaya hidup dan industri kreatif.
- Sikap saling pengertian dan perdamaian; kesehatan, keselamatan, dan keamanan: memprioritaskan manajemen masalah keamanan; perencanaan kesiapsiagaan krisis; manajemen risiko multi-bahaya dan peningkatan komunikasi/kemitraan; dan berbagi informasi dari inisiatif internasional.
Langkah selanjutnya
Bila didukung dengan perencanaan yang tepat dan efektif, pariwisata dapat menjadi alat yang ampuh untuk memberdayakan ekonomi suatu negara dan rakyatnya. Kerangka pemulihan pascapandemi COVID-19 ASEAN dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pariwisata jangka panjang yang lebih baik, lebih berkelanjutan yang mengundang semua pemangku kepentingan terkait untuk berpartisipasi. Juga termasuk memasukkan tata kelola yang baik, komunikasi, partisipasi, dan pemantauan dari para pemangku kepentingan di tingkat regional dan nasional.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Reporter & Peneliti In-House untuk Green Network Asia. Dia meliput Global, Asia Tenggara, Asia Timur, dan Australasia.