Selter untuk Anjing Liar di Thailand
Anjing-anjing liar berlindung di suatu selter | Foto oleh Yodsa Gap pada Facebook
Ada ribuan anjing liar hidup di jalanan Thailand. Meskipun bertemu anjing di jalanan secara tiba-tiba bisa menjadi pengalaman yang menggemaskan untuk kita, hidup liar di jalanan bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi anjing-anjing itu. Sebagian besar anjing liar hidup telantar, dan mereka bergantung kepada para pejalan kaki dan warga setempat yang kebetulan lewat untuk memberi mereka makan dan tempat perlindungan (selter).
Mengatasi masalah kelebihan populasi anjing liar bukanlah sesuatu yang mudah. Upaya mengatasi masalah ini meliputi berbagai aspek seperti ketersediaan makanan, kesehatan, selter, dan tentu saja kebersihan kota. Baru-baru ini, Stand for Strays merintis sebuah proyek untuk menyediakan selter bagi anjing liar.
Selter yang dapat dilipat dan berkelanjutan
Ajarn Yossaphon Chanthongjeen merancang selter dengan mendaur ulang papan reklame bekas. Tujuannya sederhana, yaitu untuk melindungi anjing liar dari panas dan hujan. Selter-selter itu dilekatkan pada dinding di sekitar Wat Nang Nong, sebuah kuil Budha di distrik Chom Thong Kota Bangkok dan Muang Thong Thani, sebuah area di distrik Pak Kret, Nonthaburi, tempat dimana proyek ini pertama kali dimulai.
Selter ini didesain dalam bentuk half-tent (tenda separuh). Tenda ini dirancang agar dapat dilipat, dengan permukaan datar yang disangga dengan besi agar anjing liar dapat berbaring di atasnya. Panduan dengan ilustrasi untuk mendirikannya juga diletakkan pada sampul pembungkus sehingga siapa pun dapat menggunakannya jika ada anjing yang membutuhkan. Tenda ini juga dilengkapi dengan mangkok untuk makan dan minum.
Mengatasi kelebihan jumlah anjing liar
Pada tahun 2016, jumlah anjing liar di Thailand telah mencapai 730,000. Banyak orang menelantarkan anjing mereka karena biaya perawatan yang mahal. Kurangnya upaya sterilisasi terhadap anjing liar juga meningkatkan populasi mereka.
Anjing-anjing yang belum divaksinasi dan tanpa perawatan yang layak sangat rentan dengan rabies. Wabah rabies 2018 di Thailand menemukan bahwa anjing adalah pembawa utama penyakit tersebut. Stand for Strays mendirikan selter untuk anjing seraya mempekerjakan relawan untuk merawat anjing liar. Perawatan ini termasuk sterilisasi, vaksinasi, memberi makan, dan membersihkan anjing liar untuk mencegah wabah rabies agar tidak kembali terjadi.
Untuk menyelesaikan masalah penelantaran hewan peliharaan dan mengatasi akar masalah overpopulasi anjing liar ini, pada tahun 2018 pemerintah Thailand mulai mengharuskan para pemilik hewan peliharaan mendaftarkan hewan peliharaan mereka dengan biaya 450 baht per hewan. Pemilik hewan peliharaan yang tidak mendaftarkan hewan peliharaan mereka terancam denda hingga mencapai 25,000 baht.
Pada awal pengumumannya, peraturan itu memunculkan banyak kekhawatiran terkait beban biaya yang mesti ditanggung para pemilik hewan peliharaan. Lebih dari itu, komunitas setempat meyakini bahwa merawat anjing liar dengan vaksinasi dan sterilisasi mesti menjadi bagian dari solusi utama.
Hewan dalam pembangunan berkelanjutan
Hewan adalah bagian dari keanekaragaman hayati, dan kesejahteraan hewan merupakan hal penting dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan masa depan yang lebih baik, hewan tidak boleh diabaikan. Upaya seperti konservasi hewan liar, meregulasi penggunaan hewan dalam pariwisata, dan konservasi ekosistem harus terus dilanjutkan.
Sumber: Nation Thailand
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Gayatri W.M
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member SekarangMadina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia