Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Sungai-Sungai di Dunia Semakin Kering Akibat Krisis Iklim

Ketika sungai-sungai di dunia semakin kering pada tahun 2023, kekhawatiran akan kondisi sumber daya air global pun semakin meningkat.
Oleh Nazalea Kusuma
15 Oktober 2024
foto udara sungai yang kering dengan tumbuhan yang juga kering di sisinya

Foto: Keagan Henman di Unsplash

Meskipun lebih dari 70% Bumi terdiri atas air, air tawar yang ada tidak sampai 1% jumlahnya. Celakanya, tahun 2023 menandai tahun terkering bagi sungai-sungai di dunia. Krisis iklim yang semakin terasa seiring meningkatnya suhu Bumi turut meningkatkan kekhawatiran terhadap sumber daya air di seluruh dunia.

Bencana Hidrologi Ekstrem

Tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah. Secara keseluruhan, suhu pada tahun tersebut 1,48°C lebih hangat dibandingkan suhu acuan pada tingkat pra-industri, dengan hampir 50% hari di sepanjang tahun melebihi ambang batas 1,5°Ct.

Selain itu, transisi alami dari La Niña ke El Niño pada pertengahan tahun 2023 dan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menyebabkan kekeringan dan banjir di berbagai belahan dunia. Misalnya, dua bendungan di Libya runtuh karena kelalaian dan banjir besar pada September 2023, yang merenggut 11.000 nyawa.

“Akibat kenaikan suhu, siklus hidrologi semakin cepat. Siklus hidrologi juga menjadi semakin tidak menentu dan tidak dapat diprediksi, dan kita menghadapi masalah yang semakin memburuk entah itu karena terlalu banyak atau terlalu sedikit air. Atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan sehingga mendorong curah hujan yang tinggi. Penguapan dan pengeringan tanah yang lebih cepat memperparah kondisi kekeringan,” kata Celeste Saulo, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

Celakanya, kita semua tidak mengambil tindakan segera yang diperlukan, kata Saulo.

Tahun Terkering

Menurut laporan State of Global Water Resources, tahun 2023 adalah “tahun terkering bagi sungai-sungai di dunia dalam lebih dari tiga dekade”. Selama lima tahun terakhir, aliran sungai berada di bawah normal. Kondisi yang semakin buruk ini menunjukkan bahwa ketersediaan air bagi masyarakat dan ekosistem berkurang.

Debit sungai (volume air yang mengalir melalui sungai) di banyak daerah tercatat lebih rendah dari biasanya. Lembah Mississippi dan Amazon mengalami tingkat air terendah yang pernah terjadi. Kondisi serupa yang menyebabkan kekeringan parah juga dialami wilayah lain di Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Di Asia, lembah Sungai Gangga, Brahmaputra, dan Mekong mengalami kondisi yang lebih rendah dari biasanya di hampir seluruh wilayahnya.

Sementara itu, tingkat kelembapan tanah di seluruh dunia berada di bawah atau jauh di bawah normal pada tahun 2023. Tanah di Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika Utara, dan Timur Tengah mengalami kekeringan pada bulan Juni hingga Agustus. Di Meksiko, kondisi ini berlangsung hampir sepanjang tahun akibat kekeringan.

Selain itu, dalam lima dekade terakhir, terjadi kehilangan massa gletser secara besar-besaran. Dari September 2022 hingga Agustus 2023 saja, gletser kehilangan lebih dari 600 Gigaton air. Tahun 2023 menjadi tahun kedua berturut-turut di mana seluruh wilayah yang memiliki gletser mengalami kehilangan es. Saulo memperingatkan, “Mencairnya es dan gletser mengancam keamanan air jangka panjang bagi jutaan orang.”

Mengelola Sumber Daya Air Global

“Terlalu sedikit yang kita ketahui mengenai kondisi sumber daya air tawar dunia yang sebenarnya. Kita tidak bisa mengelola apa yang tidak kita ukur,” kata Saulo. 

Peningkatan pemantauan dan pembagian data hanyalah langkah pertama. Mendorong partisipasi dan kolaborasi negara-negara untuk memperoleh data observasi dan variabel relevan lainnya sangat penting untuk memahami dinamika siklus air. Pada akhirnya, pemahaman yang lebih baik akan menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih baik untuk mencapai pengelolaan sumber daya air global yang berkelanjutan.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Nazalea Kusuma
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Langkah Mundur India dalam Kebijakan Emisi Sulfur Dioksida
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pentingnya Ruang Terbuka Hijau Perkotaan yang Aksesibel dan Inklusif untuk Semua
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)

Continue Reading

Sebelumnya: Paradoks AZEC: Potensi Peningkatan Emisi dalam Kerja Sama Dekarbonisasi
Berikutnya: Keamanan Penggunaan Internet di Kalangan Anak-Anak Masih Lemah

Lihat Konten GNA Lainnya

Beberapa perempuan Mollo sedang menenun Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Wawancara

Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan

Oleh Andi Batara
18 September 2025
Seorang penyandang disabilitas di kursi roda sedang memegang bola basket di lapangan. Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel

Oleh Attiatul Noor
18 September 2025
alat-alat makeup di dalam wadah Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
17 September 2025
kawanan gajah berjalan melintasi ladang hijau yang subur Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem

Oleh Kresentia Madina
17 September 2025
foto kapal di lautan biru gelap dari atas udara Memperkuat Standar Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memperkuat Standar Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan

Oleh Abul Muamar
16 September 2025
Siluet keluarga menyaksikan bencana kebakaran hutan Memahami Polusi Udara sebagai Risiko bagi Kesehatan Manusia dan Bumi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memahami Polusi Udara sebagai Risiko bagi Kesehatan Manusia dan Bumi

Oleh Kresentia Madina
16 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia