Survei Philips Ungkap Kesenjangan antara Pemantauan dan Tindakan Kesehatan Lanjutan di Indonesia

Foto: Mockup Graphics di Unsplash.
Kesehatan adalah tonggak utama bagi kita untuk beraktivitas. Di tengah berbagai krisis yang melanda dunia, terutama terkait kesehatan, kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan semakin meningkat. Salah satu bentuk kesadaran itu berupa pemantauan kondisi kesehatan dengan bantuan teknologi kesehatan pribadi.
Di beberapa negara Asia seperti Indonesia, Singapura, Thailand, dan Korea Selatan, semakin banyak orang yang memantau kondisi kesehatan dengan bantuan perangkat pribadi, terutama sejak Pandemi COVID-19. Namun, perilaku itu tidak diimbangi dengan tindakan kesehatan lanjutan. Hal itu terungkap dari Survei Gaya Hidup Sehat di Asia yang diadakan oleh Royal Philips, perusahaan elektronik dan teknologi kesehatan asal Belanda.
Hasil Survei Philips
Teknologi atau perangkat kesehatan pribadi dapat memudahkan penggunanya untuk mengetahui kondisi kesehatan tanpa perlu datang ke fasilitas kesehatan seperti klinik atau rumah sakit. Perangkat kesehatan pribadi juga dapat membantu dalam menentukan tindakan lanjutan.
Survei Philips menemukan bahwa Pandemi COVID-19 mendorong minat masyarakat terhadap kesehatan preventif. Hampir 41% responden di Indonesia saat ini menggunakan perangkat kesehatan pribadi lebih banyak daripada sebelum pandemi. Kesehatan jantung (54%), kesehatan mental (46%), dan kesehatan mulut (42%) adalah beberapa kondisi yang paling sering dipantau masyarakat, setidaknya setiap bulan.
Poin penting dari survei yang melibatkan 4.000 orang ini adalah bahwa rekomendasi dokter merupakan motivasi utama masyarakat untuk mulai melakukan tindakan lanjutan berdasarkan data yang diperoleh dari perangkat kesehatan pribadi. Di Indonesia, 62% responden akan menindaklanjuti data pribadi mereka apabila direkomendasikan oleh dokter atau penyedia layanan kesehatan. Namun kendalanya, hanya 37% orang Indonesia yang bersedia membagikan data pribadi mereka secara teratur dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan. Kekhawatiran seputar privasi menjadi alasan paling umum (41%).
“Sungguh menggembirakan melihat begitu banyak orang di Indonesia telah menyadari pentingnya mengelola kesehatan jangka panjang dan menjaga kondisi tubuhnya. Pemantauan adalah langkah pertama yang baik, tetapi untuk melihat manfaat nyata, tindakan korektif terkait kesehatanlah yang harus lebih banyak diambil,” kata Pim Preesman, Country Leader Philips Indonesia.
Menurut Preesman, pendidikan dan pemberdayaan merupakan kunci untuk meningkatkan literasi dan penggunaan data kesehatan. Selain itu, diperlukan sistem kesehatan dengan kerangka kerja dan infrastruktur yang terukur dan memadai untuk menghubungkan tenaga profesional ke data kesehatan pribadi dengan cara yang aman dan terlindungi.
Mendorong Tindakan Kesehatan Lanjutan
Laporan Future Health Index dari Philips mengungkap bahwa data dan teknologi prediktif merupakan fondasi penting dalam sistem kesehatan di Asia-Pasifik di masa mendatang. Mayoritas pimpinan layanan kesehatan (85%) di kawasan Asia-Pasifik mengatakan bahwa mereka memperoleh masukan berarti yang dapat ditindaklanjuti dari data yang tersedia. Laporan itu juga menemukan bahwa 21% pimpinan layanan kesehatan menyebut pelatihan dan pendidikan bagi petugas kesehatan dapat menjadi salah satu cara terbaik untuk membantu mereka dalam melakukan lebih banyak hal dengan data.
“Penelitian kami menyoroti pentingnya mengedukasi masyarakat dan tenaga kesehatan terkait penggunaan dan input data untuk meningkatkan kesehatan preventif di wilayah Asia Pasifik. Kolaborasi antar-pelaku ekosistem akan membantu mengatasi beberapa tantangan ini,” ujar Preesman.
Teknologi kesehatan yang lebih cerdas dan mudah digunakan juga diyakini dapat mendorong tindakan kesehatan lanjutan. Di Indonesia, petunjuk berbasis data kesehatan dan desain teknologi perangkat kesehatan pribadi yang lebih sederhana merupakan pendorong utama pengambilan tindakan lanjutan. Pada akhirnya, upaya untuk mendorong tindakan kesehatan lanjutan dan tindakan preventif juga mesti mempertimbangkan kelompok rentan agar tidak ada satu pun yang tertinggal.
“Untuk mendorong tindakan kesehatan proaktif berbasis data oleh konsumen pada tahun 2023 dan seterusnya, kami perlu melakukan lebih dari sekadar menghubungkan praktisi kesehatan dengan data kesehatan pribadi. Kami melihat potensi dalam menyediakan konsumen dengan rekomendasi cerdas untuk bertindak berdasarkan data mereka masing-masing agar hal tersebut dapat terwujud,” kata Muir Keir, Business Leader, Personal Health Philips ASEAN- Pasific.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network ID.