Tabu Makanan dan Risiko Kekurangan Nutrisi pada Ibu Hamil

Photo: Ivan Samkov di Pexels
Tabu makanan mengacu pada pantangan makanan karena prinsip tertentu, seperti budaya dan agama. Kepercayaan ini terutama diturunkan dari generasi ke generasi melalui mulut ke mulut.
Jenis makanan dan alasannya beragam antara satu budaya dengan budaya lainnya. Di Sulawesi, misalnya, masyarakat setempat percaya bahwa makan udang dan cumi saat hamil akan membuat bayi memerah seperti udang atau memiliki tulang lunak seperti cumi. Sementara di Madura, sebagian masyarakat menganggap cabai sebagai makanan tabu bagi ibu hamil karena akan membuat bayi kotor, sakit, dan mudah menangis.
Di belahan dunia lain, penelitian tentang makanan tabu di Uganda, Afrika Selatan menemukan lebih dari empat belas makanan tabu di kalangan komunitas Acholi. Beberapa di antaranya adalah ayam, daging dan ikan asap, tebu, terong telur, kacang tanah, buah-buahan asam, dan ‘Lalaa’ (jenis sayuran). Sebagian besar makanan tabu justru menyediakan sumber nutrisi penting yang kaya untuk masa kehamilan dan pertumbuhan bayi. Sayangnya, banyak ibu hamil yang menghindarinya karena takut keguguran dan membahayakan janin.
Dampaknya terhadap Ibu dan Bayi
Sebuah penelitian di Indonesia menemukan bahwa jika seorang ibu hamil mengikuti tabu makanan, maka ia dua kali lebih mungkin memiliki risiko kekurangan energi kronis (KEK). Pilihan makanannya juga otomatis akan lebih sedikit dibanding mereka yang tidak mengikuti tabu makanan. Selain itu, mereka juga lebih mungkin memiliki bayi dengan berat badan kurang, yang merupakan faktor penyebab stunting.
Secara umum, stunting dan bentuk-bentuk malnutrisi lainnya merupakan masalah yang paling umum terjadi di negara-negara yang memiliki tabu makanan yang kuat. Survei Demografi dan Kesehatan Uganda menunjukkan bahwa sekitar 30% balita mengalami stunting. Selain itu, sekitar 71% anak-anak dan 47% perempuan di Acholi menderita anemia. Indonesia juga mengalami hal yang sama, dengan prevalensi stunting nasional sebesar 21,5% pada tahun 2023.
Budaya dan Kesejahteraan
Kebudayaan merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah komunitas, antara lain dapat menjadi penggerak kemajuan dan kemakmuran. Setiap intervensi memerlukan pemahaman dan pertimbangan yang menghormati konteks lokal dan budaya. Menyediakan pendidikan tentang tabu makanan dan konseling gizi untuk kehamilan sehat yang disesuaikan dengan komunitas sasaran adalah langkah awal yang baik.
Namun, penting untuk diingat bahwa tabu makanan bukanlah satu-satunya penyebab kekurangan nutrisi pada ibu hamil dan bayi. Mengatasi kemiskinan struktural dan multidimensi serta kerawanan dan kelangkaan pangan bergizi dan terjangkau sangat penting dalam menjamin kesehatan dan kesejahteraan semua orang, termasuk perempuan dan bayi.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.