Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Upaya Agradaya Berdayakan Petani Rempah di Menoreh

Agradaya berupaya mewujudkan pertanian rempah berkelanjutan untuk mendukung ekonomi petani lokal di perbukitan Menoreh.
Oleh Maulina Ulfa
4 Oktober 2023
Rempah kunyit

Foto: Julia Topp di Unsplash

Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk rempah-rempah. Namun, selama ini, banyak petani rempah yang belum sejahtera karena harga jual hasil panen yang rendah dan tidak adil di tingkat hulu. Agradaya, sebuah platform penjualan dan pengembangan rempah-rempah jenis biofarmaka, berupaya mengentaskan persoalan tersebut dengan menyasar petani rempah di wilayah perbukitan Menoreh, Yogyakarta.

Potensi Rempah-Rempah

Perdagangan rempah merupakan salah satu bisnis yang sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Rempah-rempah banyak digunakan sebagai obat-obatan, bumbu masakan, hingga  wewangian. 

Di era kiwari, rempah-rempah masih memiliki nilai ekonomi yang besar. Terlihat dari total nilai ekspor rempah-rempah dunia yang mencapai USD 26,9 miliar pada 2020,  tumbuh 10,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa rempah masih menjadi komoditas yang bernilai secara ekonomi baik secara lokal maupun global. Banyak masyarakat memanfaatkan rempah-rempah sebagai bahan pengobatan untuk memperkuat imun dari berbagai penyakit. 

Persoalan Petani Rempah Agradaya

Pertanian rempah di Indonesia, termasuk di wilayah Menoreh, Yogyakarta masih menghadapi sejumlah tantangan. Sebagai gambaran, para petani rempah di wilayah tersebut masih menghadapi kemiskinan dan kerawanan pangan. Rendahnya nilai ekonomi rempah di tingkat hulu membuat para petani tak menikmati hasil tanaman ini.

Petani juga menghadapi panjangnya rantai distribusi pemasaran hingga tidak adanya teknologi tepat guna untuk pengolahan pascapanen yang membuat komoditas ini memiliki nilai ekonomi rendah. Tantangan lainnya, produksi rempah-rempah menghadapi permasalahan ketenagakerjaan hingga permasalahan lingkungan, khususnya yang disebabkan penggunaan bahan kimia pertanian yang berlebihan.

Praktik pertanian yang buruk, kurangnya fasilitas pemrosesan yang memadai, dan beralihnya petani rempah-rempah ke tanaman lain yang lebih menguntungkan bagi mereka,  juga mendorong munculnya kekhawatiran terkait pasokan jangka panjang, dampak terhadap keamanan pangan, dan juga kesejahteraan petani.

Yang Dilakukan Agradaya

Agradaya berupaya menciptakan nilai tambah untuk produk rempah-rempah demi membantu meningkatkan kesejahteraan petani rempah skala kecil di wilayah perbukitan Menoreh. Melibatkan lebih dari 150 petani binaan, Agradaya memanfaatkan lahan demplot rempah organik seluas 500 meter persegi yang berada di Dusun Pringtali, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo sejak November 2016.

“Kami fokus untuk menghasilkan produk dari olahan rempah jenis biofarmaka seperti jahe, temulawak, dan kunyit untuk dihasilkan dalam bentuk essential oil, herbal drink, dan ekstrak powder,” kata Andhika Mahardika, CEO Agradaya.

Agradaya tidak hanya memproduksi olahan hasil rempah para petani. Kelompok wirausaha sosial itu juga memberikan pelatihan pertanian alami (organic farming) dan manajemen lahan kepada petani binaan, analisa usaha tani, pembuatan solar dryer house, dan mendorong akses pasar melalui pola pembelian langsung (direct-fair trade). Agradaya menekankan penggunaan metode pertanian yang memperhatikan prinsip people, planet, process, dan product. Secara keseluruhan, tiga strategi utama bisnis sosial Agradaya adalah:

  1. Pertanian Alami – Sistem pertanian yang menggunakan bahan alami dan lokal sebagai bahan pupuk makro dan mikro, pestisida, fungisida dan herbisida agar menjaga kelestarian lingkungan.
  2. Budidaya di Lahan Hutan dan Pekarangan (Agroforestry) – Pemanfaatan lahan hutan atau pekarangan yang diolah dengan prinsip tumpang sari dengan menanam di sela-sela pohon utama atau pohon keras di hutan.
  3. Teknologi Tepat Guna Terbarukan – Penggunaan teknologi Rumah Surya (Solar Dryer House) yang berfungsi untuk mengeringkan hasil panen rempah menggunakan sinar matahari dan tungku biomassa.

Agradaya menjadi contoh bahwa kewirausahaan sosial dapat berkontribusi bagi perekonomian lokal, meskipun dengan skala kecil. Kehadiran kewirausahaan sosial perlu mendapat dukungan dari stakeholder terkait, khususnya pembuat kebijakan dari sisi permodalan dan akses terhadap investasi.

Editor: Abul Muamar


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Maulina Ulfa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Maulina adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Jember.

  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Darurat Kebakaran Hutan di Tengah Kemarau Panjang dan Bagaimana Mengatasinya
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Upaya Perkuat Pembangunan Berkelanjutan Melalui Indonesian Sustainability Forum 2023
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Seatech Seaweed Farming Dukung Potensi Ekonomi Biru di Indonesia

Continue Reading

Sebelumnya: Penelitian: Isu Perubahan Iklim & Transisi Energi Belum Jadi Fokus Utama Partai Politik
Berikutnya: Kesejahteraan Hewan dalam Pembangunan Berkelanjutan

Artikel Terkait

sekelompok orang berfoto bersama dengan sebagian berdiri dan sebagian berjongkok. Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene

Oleh Ihsan Tahir
3 Juli 2025
Serpihan arang dan serbuk arang Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi

Oleh Ayu Nabilah
3 Juli 2025
Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Sri Maulida
2 Juli 2025
bendera tuvalu Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu
  • Kabar
  • Unggulan

Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu

Oleh Kresentia Madina
2 Juli 2025
seorang nelayan berdiri di kapal kecil di tengah perairan Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Oleh Abul Muamar
1 Juli 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.