Upaya KTH Makmur Restorasi Hutan Mangrove di Banyuwangi
Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dan kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satu ekosistem yang penting dan menjadi bagian dari keanekaragaman hayati tersebut adalah mangrove. Mangrove memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Namun, akibat dari perubahan iklim, eksploitasi berlebih dalam penangkapan ikan, dan perambahan hutan, wilayah mangrove di Indonesia mengalami kerusakan dan degradasi yang signifikan.
Di tengah ancaman kerusakan hutan mangrove yang semakin meningkat, peran dan partisipasi berbagai pihak dalam upaya pelestarian juga perlu ditingkatkan, termasuk komunitas akar rumput. Di Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Kelompok Tani Hutan (KTH) Makmur aktif melakukan restorasi hutan mangrove sekaligus memanfaatkan hasil hutan mangrove sebagai sumber pendapatan bagi warga.
Upaya Restorasi Hutan Mangrove oleh KTH Makmur
Mangrove bermanfaat bagi ketahanan lingkungan pesisir. Tanaman ini dapat meredam dan menurunkan tingkat abrasi air laut serta dapat menyerap dan menyimpan karbon. Sayangnya, dari sekitar 4.120.263 hektare, 700 ribu hektare hutan mangrove mengalami deforestasi, terutama akibat pembukaan lahan tambak.
Upaya restorasi hutan mangrove di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan penanaman mangrove di wilayah yang rusak atau terdegradasi. Kolam budidaya yang sudah tidak produktif juga menjadi target lokasi rehabilitasi mangrove. Secara umum, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menetapkan target untuk menanam 600 ribu hektare mangrove sejak 2020 sampai dengan 2024.
Restorasi hutan mangrove di lahan bekas budidaya di antaranya dilakukan di Teluk Pangpang, Banyuwangi oleh KTH Makmur. Sejak 1980-an, wilayah Teluk Pangpang memiliki banyak tambak udang, yang turut berkontribusi dalam menyebabkan kerusakan hutan mangrove. Apa yang dilakukan oleh KTH Makmur berangkat dari persoalan tersebut. Semenjak didirikan pada 1999, KTH Makmur telah merestorasi hutan mangrove seluas 70 hektare.
Restorasi hutan mangrove di Teluk Pangpang dilakukan KTH Makmur melalui kerjasama dengan beberapa pihak. Pada 2021 lalu, melalui kerja sama dengan pemerintah Jawa Timur, KTH Mangrove menerima 54 ribu bibit mangrove untuk ditanam di lahan seluas 25 hektare. Setahun berselang, tambahan 2000 bibit pohon mangrove ditanam oleh KTH Makmur bersama Bank BCA.
Selain itu, para anggota KTH Makmur juga memanfaatkan hasil hutan mangrove sebagai sumber pendapatan. Misalnya, mereka mengolah daun mangrove jenis acanthus ebracteatus menjadi keripik dan teh. Bahkan, produk teh dari olahan mangrove jenis ini, atau yang biasa disebut Jeruju, menarik peminat dari Hongkong dan Belanda.
“Ketika mangrove tumbuh, jumlah dan keanekaragaman kepiting, ikan, dan biota laut lainnya meningkat. Tanpa mangrove, stok pangan dan pendapatan masyarakat berkurang,” kata Hendro Supeno, aktivis KTH Makmur.
Meningkatkan Dukungan
Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 73 Tahun 2012, pemerintah Indonesia telah menetapkan Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Melalui perpres tersebut, pemerintah berkomitmen untuk melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan dalam upaya pelestarian mangrove, baik di tingkat lokal hingga regional dan internasional.
Apa yang telah dilakukan oleh KTH Makmur di Banyuwangi merupakan contoh praktik baik (good practice) tentang bagaimana masyarakat di tingkat akar rumput dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan. Inisiatif semacam ini perlu ditingkatkan dan diadaptasi di daerah-daerah lain di Indonesia agar dampak baik dapat menjangkau masyarakat dan lingkungan dalam skala yang lebih luas. Sinergi dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan juga mesti ditingkatkan untuk mendorong inisiatif-inisiatif seperti ini di tempat lain. Pada akhirnya, melestarikan dan merestorasi hutan mangrove bukan hanya berarti melindungi ekosistem pesisir, tetapi juga mendukung upaya perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, ketahanan pangan, dan perekonomian.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Fahmi adalah Reporter & Peneliti In-House untuk Green Network Asia - Indonesia.