Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Meningkatkan Produksi Biodiesel dengan Minyak Biji Karet

Dengan memanfaatkan minyak biji karet untuk produksi biodiesel, kita dapat menyelamatkan sumber daya pertanian yang seringkali terbuang dalam rantai nilai.
Oleh Esra Siburian dan Ymelda Manurung
20 November 2024
ilustrasi biji karet

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.

Pengembangan sumber energi terbarukan telah menjadi hal yang penting di tengah perubahan iklim dan ketergantungan yang terus berlanjut pada sumber bahan bakar fosil. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah biodiesel, yang dapat diproduksi dari biji-bijian yang tidak dapat dimakan seperti minyak biji karet. Pemanfaatan biji karet dapat mengurangi ketergantungan terhadap tanaman pangan dalam produksi biodiesel, serta menawarkan cara yang efektif untuk memanfaatkan sumber daya pertanian yang kurang termanfaatkan.

Pengembangan Biodiesel di Indonesia

Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan, tidak beracun, dan dapat terurai secara alami (biodegradable) yang menghasilkan emisi karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan hidrokarbon (HC) yang lebih rendah, sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan solar berbahan dasar minyak bumi. Biodiesel adalah salah satu bahan bakar alternatif pilihan dalam rencana penghapusan batubara di Indonesia. 

Melalui siaran pers, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengumumkan bahwa tingkat pencampuran biodiesel telah meningkat secara bertahap dalam tujuh tahun terakhir: dari 15% (B15) pada tahun 2015 menjadi 20% (B20) pada tahun 2016 menjadi 30% (B30) pada tahun 2020.

Sebagai bagian dari komitmen pemerintah untuk mendorong transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan, tingkat campuran biodiesel yang wajib telah ditingkatkan menjadi 35% (B35) mulai 1 Februari 2023. Kebijakan B35 ini diperkirakan akan membutuhkan 13,15 juta kiloliter biodiesel untuk kebutuhan industri dalam negeri dan diproyeksikan akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2. 

Kabar baiknya, di Indonesia, pengembangan biodiesel sangat didukung oleh melimpahnya pasokan bahan baku, termasuk biji karet. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2023, Indonesia menempati peringkat kedua produsen tanaman karet terbesar di dunia setelah Thailand dengan luas perkebunan mencapai 3,5 juta hektare. 

Dengan demikian, pemanfaatan minyak lokal yang tidak dapat dimakan dan sering kali terbuang dalam rantai nilai seperti minyak biji karet sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Minyak Biji Karet untuk Produksi Biodiesel

Produksi biodiesel dari minyak biji karet mencakup proses transesterifikasi yang memerlukan katalis untuk meningkatkan efisiensi. Proses transesterifikasi umumnya digunakan untuk mengurangi viskositas minyak nabati. Dalam meningkatkan produksi biodiesel yang berkualitas tinggi dan berkelanjutan, muncul inovasi untuk mengembangkan teknologi katalis yang lebih efisien dan ramah lingkungan. 

Salah satu inovasi yang menonjol adalah penggunaan katalis heterogen. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan katalis KOH heterogen dengan dukungan karbon aktif dapat meningkatkan laju reaksi transesterifikasi minyak biji karet, sehingga menghasilkan peningkatan konversi minyak menjadi biodiesel yang signifikan dibandingkan dengan penggunaan KOH konvensional. Selain itu, praktik ini telah terbukti memenuhi standar bahan bakar terbarukan, termasuk titik nyala biodiesel. Keunggulan lainnya adalah lebih terjangkau, mudah dipisahkan, dan dapat digunakan kembali.

Namun, ada beberapa tantangan dalam penggunaan katalis heterogen yang dapat menghambat efektivitasnya. Tantangan tersebut antara lain stabilitas katalis dan efektivitas katalis dengan berbagai jenis minyak non nabati. Selain itu, masalah seperti sintering dan fouling dapat mengurangi aktivitas katalitik dari waktu ke waktu, sementara menjaga stabilitas tinggi demi hasil biodiesel yang konsisten dan pengurangan biaya merupakan hal yang penting.

Potensi katalis KOH heterogen dengan dukungan karbon aktif dalam meningkatkan produksi biodiesel dari minyak biji karet sangat besar, sehingga perlu lebih banyak penelitian mengenai topik ini.

Tindakan Kolektif untuk Masa Depan Berkelanjutan

Minyak biji karet memiliki potensi manfaat untuk memajukan keberlanjutan energi dan pelestarian lingkungan di Indonesia, namun perlu penelitian lebih lanjut untuk mengatasi tantangan terkait pengembangan biodiesel dari minyak biji karet.

Para peneliti perlu terus menemukan cara untuk meningkatkan produksi biodiesel dengan menggunakan minyak biji karet, seperti mengeksplorasi berbagai strategi untuk meningkatkan kinerja dan durasi katalis dengan mengembangkan formulasi katalis yang canggih dan mengoptimalkan kondisi reaksi untuk meningkatkan efisiensi dan hasil katalitik. Sementara itu, penting juga untuk memperhatikan dampak signifikan perkebunan karet terhadap deforestasi, dengan tetap memperhatikan kehati-hatian dan konservasi ekosistem.

Pada akhirnya, sangat penting untuk mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari peralihan menuju biodiesel, termasuk dampaknya terhadap emisi gas rumah kaca, perekonomian pedesaan, dan kemandirian energi. Mewujudkan masa depan yang lebih hijau memerlukan komitmen dan tindakan kolektif dari pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat. Dengan dukungan yang memadai terhadap penelitian dan pengembangan, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya lokal untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan mendorong sistem energi berkelanjutan untuk semua. 

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia


Terbitkan thought leadership dan wawasan berharga Anda bersama Green Network Asia, pelajari Panduan Artikel Opini GNA.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Esra Siburian
+ posts Bio

Esra adalah Peneliti Bioenergi di TSTH2 KHDTK Institut Teknologi Del (IT Del), Sumatera Utara. Ia adalah Sarjana Teknik Bioproses dari IT Del, dengan spesialisasi pemanfaatan mikroorganisme untuk produksi bioenergi. Esra saat ini bekerja sebagai asisten peneliti, berkontribusi pada upaya penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan solusi berkelanjutan untuk kebutuhan pertanian dan energi.

  • Esra Siburian
    https://greennetwork.id/author/esra/
    Pendekatan Genomik terhadap Tanaman Herbal untuk Pengembangan Farmasi Berbasis Alam
Ymelda Manurung
+ posts Bio

Ymelda adalah Peneliti Genomik Tanaman di TSTH2 KHDTK Institut Teknologi Del (IT Del), Sumatera Utara. Ia meraih gelar master di bidang Bioteknologi, dengan spesialisasi Ilmu Biokimia dan Kedokteran Molekuler dari National Dong Hwa University, Taiwan. Ymelda saat ini terlibat dalam penelitian genomik herbal yang berfokus pada pembukaan potensi genetik tanaman herbal untuk pengembangan pertanian dan pengobatan berkelanjutan.

  • Ymelda Manurung
    https://greennetwork.id/author/ymelda/
    Pendekatan Genomik terhadap Tanaman Herbal untuk Pengembangan Farmasi Berbasis Alam

Continue Reading

Sebelumnya: Deklarasi Suku Bajau untuk Pelestarian Cagar Biosfer Wakatobi
Berikutnya: Belas Kasih dan Kesadaran Kelas dalam Mempromosikan Gaya Hidup Berkelanjutan

Lihat Konten GNA Lainnya

meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025
orang-orang menunggang kuda menyusuri aliran sungai Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan

Oleh Dinda Rahmania
15 Oktober 2025
dua buah kakao berwarna kuning di batang pohon Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao

Oleh Abul Muamar
14 Oktober 2025
Beberapa orang berada di dalam air untuk memasang kerangka jaring persegi berwarna hijau, sementara lainnya berdiri di pematang tambak dengan pagar bambu sederhana di bagian belakang. Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Rehabilitasi Mangrove Berbasis Komunitas dengan Silvofishery

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
13 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia