Skip to content
  • Tentang
  • Advisory & Consulting
  • Kemitraan Iklan
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Belas Kasih dan Kesadaran Kelas dalam Mempromosikan Gaya Hidup Berkelanjutan

Menanamkan inklusivitas, belas kasih, dan kesadaran kelas dalam mempromosikan gaya hidup berkelanjutan merupakan hal yang sangat penting serta selaras dengan semangat tidak meninggalkan seorang pun di belakang.
Oleh Nazalea Kusuma
20 November 2024
illustration of megaphone

Ilustrasi: Irhan Prabasukma.

Hidup berkelanjutan di dunia yang tidak berkelanjutan merupakan hal yang mustahil. Banyak orang ingin melakukan perubahan, namun mengarusutamakan gaya hidup berkelanjutan masih menjadi tantangan yang kompleks. Di tengah gencarnya kampanye dan upaya yang dilakukan untuk mempromosikan gaya hidup berkelanjutan, sangat penting untuk menanamkan belas kasih dan kesadaran kelas.

Tren dan Tantangan

Untuk waktu yang lama, perubahan iklim hanya dianggap mitos bagi masyarakat umum. Ketika suhu bumi semakin panas dan kejadian cuaca ekstrem semakin sering terjadi, semakin sulit untuk menyangkal kenyataan perubahan iklim. Setelah upaya selama puluhan tahun, sebagian besar orang, terutama kaum muda, kini memandang perubahan iklim sebagai suatu hal yang mengkhawatirkan dan bahkan menimbulkan eco-anxiety bagi sebagian orang.

Kini, banyak orang mulai menyadari bahwa cara hidup mereka berdampak terhadap lingkungan sekitar. Hal ini membawa pada pergeseran tren, dimana masyarakat semakin bersedia untuk menyesuaikan gaya hidupnya agar lebih berkelanjutan.

Meski demikian, mendorong perubahan holistik dan mengarusutamakan gaya hidup berkelanjutan secara global tetap merupakan hal yang sulit.

Ada beberapa faktor, namun salah satu yang utama adalah mahalnya ongkos yang dibutuhkan. Dengan biaya hidup yang terus meningkat, banyak orang tidak memiliki sumber daya keuangan untuk melakukan perubahan menyeluruh demi hidup yang lebih berkelanjutan. Kehidupan berkelanjutan mestinya lebih hemat biaya dalam jangka panjang, namun perubahan yang perlu dilakukan sejak awal bisa jadi mahal dan memakan banyak waktu.

Faktor lainnya adalah kurangnya dukungan sistemik dan akses terhadap pilihan-pilihan yang berkelanjutan, yang dipengaruhi oleh lokasi geografis, kurangnya infrastruktur, kebijakan yang tidak mendukung, dan berbagai hal lainnya. Pendeknya, produk, layanan, dan peralihan kebiasaan menuju gaya hidup berkelanjutan, pada tahap ini, sebagian besar masih ditujukan untuk kalangan masyarakat yang sehat, berbadan sehat, kelas atas dan kelas menengah.

“Target Mudah”

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mendefinisikan gaya hidup berkelanjutan sebagai “sekelompok kebiasaan dan pola perilaku yang tertanam di masyarakat dan difasilitasi oleh institusi, norma, dan infrastruktur yang membingkai pilihan individu untuk meminimalkan penggunaan sumber daya alam dan produksi limbah sekaligus mendukung keadilan dan kesejahteraan bagi semua.”

Individu adalah ‘target murah’ dalam kampanye global untuk membuat dunia lebih berkelanjutan. Namun, gaya hidup berkelanjutan seringkali tidak hanya sekadar pilihan individu. 

Fokus yang tidak proporsional pada pilihan individu dibandingkan perombakan sistem secara besar-besaran tidaklah membantu, terutama ketika perusahaan-perusahaan besar dunia tidak melakukan upaya yang cukup untuk membatasi kenaikan suhu global.

Target utama dari advokasi gaya hidup berkelanjutan, seperti perjuangan melawan perubahan iklim, adalah pemerintah dan entitas perusahaan besar di dunia. Merekalah yang membentuk sistem global yang telah mendorong planet ini menuju kehancuran lingkungan dan krisis iklim, semua demi kepentingan pembangunan dan keuntungan jangka pendek. Oleh karena itu, mereka punya tanggung jawab untuk melakukan perubahan yang diperlukan dalam mengarusutamakan gaya hidup berkelanjutan. 

Mempromosikan Gaya Hidup Berkelanjutan dengan Belas Kasih

Mendorong gaya hidup berkelanjutan berarti membuat individu mampu untuk melakukan hal tersebut, bukan sekadar mendorong mereka untuk membuat pilihan yang lebih berkelanjutan. Sebagai contoh, mengubah perilaku masyarakat dalam membuang sampah pada tingkat rumah tangga memerlukan intervensi sistemik dari pemerintah dan sektor swasta.

Bagaimana pun, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kehidupan berkelanjutan adalah hal yang penting. Langkah ini perlu diiringi dengan memberikan informasi yang berguna tentang bagaimana memulai perubahan untuk hidup lebih berkelanjutan.

Pada akhirnya, para aktivis dan penggiat mesti ingat bahwa perubahan iklim adalah masalah kesenjangan sosial dan tidak ada gaya hidup berkelanjutan yang bersifat universal. Apa yang berkelanjutan bagi satu orang di suatu tempat belum tentu berkelanjutan bagi orang lain dalam kondisi berbeda. Beberapa contohnya meliputi:

  • Penggunaan sedotan plastik sekali pakai bagi penyandang disabilitas tertentu.
  • Penggunaan barang sekali pakai dalam layanan kesehatan, seperti masker, sarung tangan, dan jarum suntik.
  • Mempersiapkan makanan atau membeli bahan makanan dalam jumlah besar dan bukan dalam kemasan kecil mungkin sulit dilakukan dan tidak terjangkau oleh orang-orang dengan waktu dan uang terbatas.
  • Produk menstruasi bisa menjadi pilihan yang sangat pribadi, dan kemiskinan menstruasi merupakan masalah yang terus berlanjut.
  • Mengonsumsi lebih sedikit daging atau lebih banyak mengonsumsi makanan nabati merupakan kampanye yang cocok untuk negara-negara dan rumah tangga berpendapatan tinggi, namun mendapatkan nutrisi hewani yang cukup adalah isu utama bagi negara-negara dan rumah tangga lain, terutama yang berpendapatan rendah.
  • Memperbaiki apa yang Anda miliki alih-alih membeli yang baru mungkin merupakan pilihan gaya hidup yang disengaja bagi sebagian orang, namun merupakan kebiasaan yang menjadi kebutuhan bagi sebagian orang lainnya, termasuk mereka yang hidup dalam rumah tangga berpendapatan rendah. 

Prinsip utama pembangunan berkelanjutan adalah tidak meninggalkan seorang pun di belakang. Oleh karena itu, upaya advokasi gaya hidup berkelanjutan harus mencerminkan prinsip inklusivitas dan welas asih. Mempromosikan gaya hidup berkelanjutan akan membantu setiap orang membuat pilihan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri, planet Bumi, dan masa depan, termasuk memerangi greenwashing, mendorong kebijakan iklim yang lebih baik, hingga mengajak teman-teman untuk mulai membawa botol yang dapat digunakan kembali.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Nazalea Kusuma
Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Polusi Cahaya dan Dampaknya terhadap Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Menurunnya Keterampilan Literasi Orang Dewasa di Seluruh Dunia

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatkan Produksi Biodiesel dengan Minyak Biji Karet
Berikutnya: Sistem Deteksi Dini untuk Kesiapsiagaan Kebakaran Hutan dengan Ponsel

Artikel Terkait

gedung tinggi dengan pepohonan dan rumput hijau di sekelilingnya Jerman Danai Proyek SETI untuk Dekarbonisasi Sektor Bangunan dan Industri di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Jerman Danai Proyek SETI untuk Dekarbonisasi Sektor Bangunan dan Industri di Indonesia

Oleh Abul Muamar
18 Juli 2025
sebuah tangan dengan latar gelap Memutus Lingkaran Setan Kekerasan dalam Pendidikan Dokter Spesialis
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Memutus Lingkaran Setan Kekerasan dalam Pendidikan Dokter Spesialis

Oleh Abul Muamar
17 Juli 2025
sekelompok anak-anak dengan peralatan belajar di atas perahu Menengok Sekolah Terapung Bertenaga Surya di Bangladesh, Inisiatif Berbasis Komunitas di Tengah Krisis Iklim
  • Kabar
  • Unggulan

Menengok Sekolah Terapung Bertenaga Surya di Bangladesh, Inisiatif Berbasis Komunitas di Tengah Krisis Iklim

Oleh Attiatul Noor
17 Juli 2025
Lima kincir angin yang berjejer di tengah bukit Peluang dan Tantangan Industri Manufaktur Energi Terbarukan di Indonesia
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Peluang dan Tantangan Industri Manufaktur Energi Terbarukan di Indonesia

Oleh Andi Batara
16 Juli 2025
piring berwarna merah dengan garpu dan pisau UKRI Danai Enam Proyek untuk Atasi Kerawanan Pangan di Inggris Raya
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

UKRI Danai Enam Proyek untuk Atasi Kerawanan Pangan di Inggris Raya

Oleh Kresentia Madina
16 Juli 2025
foto udara kawasan dengan lahan yang ditambang, dengan beberapa truk Pelanggaran HAM dan Dampak Lingkungan Tambang Nikel di Pulau Kabaena
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Pelanggaran HAM dan Dampak Lingkungan Tambang Nikel di Pulau Kabaena

Oleh Seftyana Khairunisa
15 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.